Make My Fucking Day

752 99 23
                                    

Peringatan ya guys!
Khusus Chapther ini percakapannya minim. Hope you enjoy;)


Pagi yang cerah, matahari menerangi sebagian tempat dalam kamar Agalia. Gadis itu tidak ingin bangkit dari posisinya, ia dalam keadaan putus asa. Tetapi tidak bisa begitu, karena ibunya memanggil terus menerus.

Agalia berfikir bahwa apa yang dialaminya selama di Hogwarts hanyalah sebuah mimpi. Ia mencoba menerima kenyataan pahit ini, tetapi semua itu gagal ketika Agalia sadar bahwa ia benar benar masih memakai cincin yang Adrian beri. Bukan hanya itu, tetapi kalung dan gelangnyapun masih berada di tempat asalnya.

Perlahan Agalia mencoba mengubur semua rasa sedih, mencoba untuk bangkit dari tempat tidur untuk menyusul ibunya. Pening. Satu hal yang sedang dirasakan gadis itu, kepalanya terasa berat, bola matanya melotot seperti ingin keluar. Spontan Agalia memegang kepala dan menjambak rambutnya. Mungkin terlalu banyak menangis adalah akar masalah sakit kepala ini. Gadis itu duduk sebentar untuk meredakan sakit di kepala, sebelum akhirnya keluar dari kamar.

"Lia, cepat kesini." Titah ibunya ketika baru saja melihat Agalia membuka pintu kamar.

"Iya iya." Agalia tidak berani menolak perintah ibunya, karena ibunya sangat sensitif, wanita itu sangat handal untuk memarahi seseorang. Dan Agalia tidak sanggup jika ia harus dimarahi hari ini juga.

"Ini daftar belanjaan yang harus kamu beli." Ujar ibunya memberikan sehelai kertas pada Agalia. "Dan barang ini harus ada sebelum jam 2 siang nanti."

Selamat datang dikehidupan Agalia, gusam, guram, jengkel, dan terhina. Itulah ungkapan yang tepat dari Agalia untuk dunianya.

"Hm." Jawab Agalia singkat.

"Jangan lupa-" Cegah ibunya ketika Agalia hendak membalikkan badan.

"Rokok? Ya aku tahu itu." Ujar Agalia berbalik badan bersiap untuk pergi.

Agda, itulah nama ibu Agalia. Nama yang cantik bukan? Tetapi kalian harus tahu, bahwa nama seseorang tak selalu seindah sikapnya. Begitu juga dengan ayahnya, Agalia sudah lama tidak menemui ayahnya lagi, dikarenakan pria itu kini sudah mempunyai keluarga baru. Berbeda dengan ibu, ayah tampaknya memiliki keluarga yang bahagia, Agda yang tidak ingin menikah kembali, hidup berdua dengan anak gadisnya yang cupu, culun, dan pastinya kuper.

Cukup menjelekkan diri, Agalia dari dulu sudah sadar akan hal itu, dan hampir setiap hari selalu mengucapkannya. Kecuali ketika ia berada di Hogwarts kemarin, ia seakan cinta pada dirinya. Tidak akan ada kata 'bahagia' disini, didunianya yang sekarang.

Bersyukurnya Agalia adalah ketika ia ditakdirkan menjadi penghayal yang hidup dalam dunia yang disusun dalam pikiran. Seburuk buruknya hidup Agalia, ia tidak pernah berniat untuk bunuh diri. Banyak orang diluar sana yang begitu bodoh, menyia nyiakan kehidupan yang singkat, kehidupan yang sangat diinginkan orang orang yang sedang terbaring sakit diluar sana. Mereka pikir dengan mengakhiri hidupnya masalah akan selesai, haha that's funny.

***

Agalia memarkirkan mobil, mengunci lalu pergi meninggalkannya masuk ke dalam mall. Rasanya sudah lama bagi Agalia tidak berkunjung ke tempat ini.

Hoodie abu oversize dengan celana pendek santai adalah setelan Agalia sekarang, rambut yang diikat messy bun memperlihatkan bahwa dirinya orang yang sangat tidak peduli dengan penampilan.

"Sabun cuci, pembalut, shampoo." Ujar Agalia membaca pelan secarik kertas yang baru ia keluarkan dari saku hoodie.

Agalia harus menaiki lift untuk mengambil barang yang dicarinya. Lantai satu mall ini hanya terdapat food booth , barang yang dicari Agalia berada di lantai tiga, pastinya sangat tidak mengemat tenaga jika ia harus memakai eskalator untuk kesana.

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang