Come back

690 111 28
                                    

Sore hari yang tenang, Agalia menghirup udara kastil dengan sangat mendalam. Ia menikmati setiap sepoi angin yang mengibaskan anak rambutnya. Disinilah dia, di menara astronomi. Tempat yang mungkin ia rindukan.

Agalia sendirian diatas sana, tetapi ia tidak bermaksud untuk bunuh diri. Ia hanya ingin menumpahkan semua perasaan sedih, kesal dan perasaan tak karuan lainnya. Jika kalian bertanya Gaurey dimana sekarang, baiklah ia bersama Aidan. Agalia yang menyuruh gadis itu menghabiskan waktu dengan pasangannya, karena waktu Aidan di Hogwarts tidak lama lagi. Dengan demikian, Agalia tidak mau Gaurey sibuk mengurus dirinya dan menyia nyiakan waktu bersama Aidan.

Jujur, Agalia merasa kesepian. Ia baru merasakannya, setelah beberapa hari menghabiskan waktu sendirian. Agalia merindukan seseorang, tapi ia tidak mau mengakui bahwa dirinya merindukan orang itu. Fred dan George seakan tertelan bumi, ia tidak terlihat akhir akhir ini. Biasanya mereka yang selalu memancing Agalia agar tidak kesepian.

Agalia hening, bungkam, tidak tau apa yang akan diungkapkan karena pikiran yang berkelabut di benaknya. Pelan pelan kesedihan soal Draco menghilang walaupun Agalia kadang masih merasakannya.

Ketika Agalia sedang menikmati lamunannya ia tersadar oleh box yang tiba tiba berada tepat di depan wajahnya.

"Ambil" ujar seseorang di belakangnya.

Agalia tidak bisa bergerak untuk beberapa saat, sebelum akhirnya berbalik untuk melihat pemilik dari suara itu.

"Ambilah" ulang lelaki itu, kini tangannya yang memegangi box kembali dihadapkan ke wajah Agalia.

"Ad?" Ujar Agalia sedikit kaget tetapi berusaha datar.

"Ya"

"Untuk apa kamu kesini?" Pertanyaan Agalia tidak sopan.

"Memberikanmu ini" matanya terarah pada box ditangannya.

"Apa lagi ini?" Ujar Agalia sedikit dingin.

"Aku berjanji untuk membelikanmu coklat kan? Jika aku kalah taruhan." Jelas Adrian mengingatkan.

"Ohh" Agalia mengambil box itu dari tangan Adrian. Sejutek juteknya Agalia ia tidak bisa menolak coklat.

"Sama sama" ujar Adrian membuat Agalia memutar bola matanya.

"Thanks" singkatnya.

Adrian hanya tersenyum tipis mebalas Agalia.

"So, apa lagi yang kamu tunggu?" Tanya Agalia mengerutkan dahinya.

"Kata maaf darimu" Adrian benar benar mengucapkan spontan isi hatinya.

"For what?" Ujar Agalia dengan wajah tanpa dosa.

Kini wajah Adrian berubah datar dan dingin.

"Haruskah?" Ulang Agalia lagi.

Adrian tak menjawab ia masih setia dengan wajah seperti itu.

"Ck" Agalia memutar bola matanya. "Maaf"

"Karena?" Satu kata terucap dari Adrian, dengan wajah yang masih juga datar.

"Aku tidak tahu"

"Baiklah" Adrian menghela nafas berat.

"Hm." Agalia lalu membelakangi Adrian, kembali memandang danau dari atas menara.

"Aku ingin mengakatakan sesu-"

"Katakan" potong Agalia sebelum Adrian menyelesaikan perkataannya.

"Masalah kemarin, aku tak tahu Ga kenapa bisa seperti itu. Aku kaget saat kamu mengucapkan hal itu, tapi aku tidak bisa menyalahkanmu. Ga, kenapa kamu tidak bilang dari awal?" Adrian melihat wajah Agalia yang terlihat bimbang.

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang