Yule Ball (II)

1K 180 31
                                    

Ketika Agalia dan Adrian sudah sampai di depan Aula, mereka menjadi bahan perhatian orang lain. Banyak pasang mata yang tertuju kearah mereka bukan karena mereka datang terlambat, tetapi orang yang terpana melihat keserasian mereka.

"Lihat cocok sekali mereka."

"Waw, Agalia cantik sekali malam ini serasi dengan Adrian"

"Oh tidak. Mereka begitu terlihat manis"

"Bagaimana pakaian mereka bisa senada?"

"Adrian sangat tampan."

Begitulah kira kira bisikan mereka yang dapat dijangkau oleh pendengaran Agalia dan Adrian.

Agalia tak tahu harus bagaimana ketika mendengar bisikan dan pujian mereka, ia menjadi sangat gugup. Agalia mengeratkan rangkulan nya di tangan Adrian. Adrian yang merasakannya pun memandang Agalia seakan memberi kode 'tak apa'.

Adrian dan Agalia mulai memasuki Aula yang terlihat ramai, murid Drumstrang dan Beauxbattons pun menggandeng pasangannya masing masing. Agalia melihat Gaurey yang menggandeng tangan Aidan, mereka terlihat lucu ketika bersama. Gaurey melambaikan tangan pada Agalia, dan langsung dibalas Agalia dengan lambaian pula.

Agalia menyadari bahwa banyaknya perempuan perempuan yang memandang ke arah Adrian. Ya, Agalia tahu lelaki yang berada disampingnya sangat tampan malam ini. Tetapi keegoisan menguasai dirinya, ia tak mau senyum Adrian dinikmati banyak orang.

Disudut lain, lelaki pirang menujukan matanya ke arah Agalia. Draco disana dengan Pansy yang merangkul lengan Draco manja. Draco melihat Agalia dengan wajah hambar, tatapan panjang ia tujukan pada Agalia tak peduli Pansy di sampingnya.

Agaliapun memutuskan kontak mata dengan Draco, terlalu sakit memandang wajahnya sekarang. Agalia membencinya, tetapi disisi lain Agalia pun tidak suka melihat Draco dengan Pansy. Ia tahu ini egois, tapi mau bagaimana lagi? Ini memang kenyataan.

Adrian memberhentikan langkahnya, bergabung dengan teman temannya. Di sana terdapat teman gengnya beserta masing masing pasangan dansa mereka. Teman Adrian tersenyum ramah pada Agalia. Adrian sungguh pandai dalam berteman, tidak heran jika ia mempunyai banyak teman.

"Kita tunggu saja disini sampai acara dimulai." Ujar Adrian pada Agalia yang kini melepas gandengannya pada Adrian.

"Okay." Menyetujui dengan senyum singkat.

"Bagaimana acara ini dimulai." Adrian bertanya pada keramaian, tetapi Agalia terlanjur menjawabnya.

"Keempat juara yang mulai berdansa duluan, nanti baru disusul oleh kita." Jawab Agalia setaunya.

"Kamu pernah mengikuti acara ini?" Tanya Adrian sedikit heran. "Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"

Jelas saja Agalia bisa mengetahui alur yang berjalan ini. Ia sudah membaca novelnya mengetahui bagaimana semua akan terjadi dan berlalu.

"Hanya menebak." Ujar Agalia mengangkat kedua bahunya.

Adrian tidak menjawab balik ia hanya mengacak lembut puncak kepala Agalia seraya tersenyum.

Tidak habis pikir, kenapa? Kenapa Adrian selalu bersikap manis padanya? Jika dilihat mungkin Adrian mengalami kesalahan di topi seleksi. Slytherin bahkan tidak menggambarkan dirinya. Mungkin kecuali satu hal, Adrian sangatlah ambisius. Terutama dalam masalah quidditch, Adrian selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Tetapi gambaran Slytherin lainnya mungkin hanya sedikit kejailan Adrian, yaitu selalu mendorong orang di tangga. Adrian bahkan tidak pandai menghina, ketika ia berusaha menghina seseorang, hinaannya tidak goals.

"Baiklah semuanya harap menepi." Suara Prof. Mcgonagall memecah keramaian, ia berjalan memebelah keramaian membentuk sebuah jalan. "Acara akan kita mulai."

MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang