Agalia mengusap air mata yang terus mengalir di pipinnya. Sepanjang koridor ia berlari, berusaha menutupi kesedihannya agar orang orang disekitar tidak tahu bahwa ia sedang menangis.
Yang ingin Agalia lakukan sekarang adalah pergi ke kamarnya lalu memasang mantra kedap suara disana dan menangis sekeras mungkin.
Draco benar benar jahat, dia keterlaluan. Memperlakukan Agalia seenaknya, menarik ulur sesuka hati. Apa yang dia mau dari Agalia? Mentang mentang Agalia menyukainya, ia memperlakukan Agalia seperti sampah.
Kenapa ia tidak mencium Pansy sesuka hatinya? Kenapa harus Agalia? Malam kemarin ia mencium Pansy dan paginya ia mencium Agalia. Draco benar benar brengsek.
Kini Agalia sampai di depan pintu masuk asrama Slytherin ia mengucapkan password lalu masuk kedalamnya. Baru saja Agalia membuka pintu ia melihat Adrian dan teman temannya di ruang rekreasi sana, berjalan menuju pintu asrama hendak keluar.
Agalia mengentikan langkahnya, begitu juga dengan mereka. Adrian berhenti lalu melihat wajah Agalia bingung. Agalia akhirnya menemukan wajah seseorang yang mampu menenangkan hatinya. Ia merasa sangat lega ketika melihat orang itu berada dihadapannya.
Pipi Agalia sudah kering dari air mata karena ia terus menerus menghapusnya, tetapi matanya masih terlihat merah. Semua teman Adrianpun mengarahkan pandangan pada Agalia. Agalia rasanya ingin menyembunyikan wajahnya sekarang juga, ia sedang tidak mau dilihat oleh siapapun saat ini.
Agalia berlari ke arah Adrian lalu memeluknya erat seakan tidak mau melepas lelaki itu, membenamkan wajahnya pada dada Adrian. Adrian bingung dengan gerakan Agalia yang tiba tiba, badannya terlonjak kaget karena tenaga Agalia. Teman teman Adrian melihat kearahnya, mereka terlihat bingung dicampur dengan wajah 'biasalah'. Flint sebagai perwakilan teman temannya, mengangkat bahu enteng pada Adrian menandakan 'urus saja dia dulu', lalu mereka pergi keluar asrama.
Adrianpun membalas pelukan Agalia, menunduk untuk menenggelamkan kepalanya pada lekuk leher Agalia. Lalu berbisik pada perempuan itu.
"Ada apa hm?" Ujarnya dengan nada halus dan lembut.
Agalia belum bisa berbicara ia hanya mengeratkan pelukannya pada Adrian, seakan tidak mau kehilangan Adrian saat ini.
"Sayang?" Tanya Adrian sekali lagi berbisik di telingan Agalia.
"Dari mana saja kamu?" Akhirnya satu kalimat keluar dari mulut Agalia dengan suara yang sedikit bergetar.
"Hey... apakah kamu menangis?" Adrian melepas pelukannya berusaha untuk melihat wajah Agalia, tetapi Agalia masih memeluk erat dan membenamkan wajahnya pada dada Adrian.
"Tidak." Jawab Agalia singkat dengan suara yang berusaha ia tegarkan.
"Terus ada apa dengan suaramu?" Adrian mengelus rambut blonde Agalia lembut.
"Aku hanya sedikit tidak enak badan." Agalia masih belum mengubah posisinya.
"Manja sekali tomatku ini." Ujar Adrian lalu kembali memeluk Agalia dengan dagu yang ia sandarkan pada puncak kepala Agalia.
Pintu masuk asrama terbuka, manampakkan Draco yang masuk asrama dengan wajah yang terlihat kacau. Agalia tidak melihat Draco karena wajahnya masih dalam pelukan Adrian. Tetapi Adrian melihat Draco dengan wajah datar tanpa ekspresi karena ia tidak tahu apa-apa antara Draco dan Agalia. Tetapi Draco terlihat sangat marah, matanya seperti mengeluarkan kobaran api ketika memandang mereka berdua yang sedang berpelukan.
Draco pun pergi meninggalkan mereka berdua menuju kamarnya dengan mendorong piala perak kecil yang berada di atas meja ruang rekreasi, penuh kekesalan yang membara. Sehingga menimbulkan dentangan yang cukup keras dari piala tersebut ketika jatuh menyentuh lantai ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes
FantasíaAgalia Emerald gadis cantik jelita dengan rambut blonde yang indah, matanya biru terang, senyumnya bagai sihir yang membuat semua orang menyukainya. Agalia tidak menyukai dunia yang ia tempati sekarang ini, dunia yang penuh drama, kebohongan, konfli...