🥀Happy reading🥀
.
.
.==🍒🍒==
"Rey." Panggil Anatha yang membuat langkah Reyhan terhenti dan menengok kembali ke arah Anatha.
"Gue suka sama lu,"ucap Anatha seraya tersenyum.
"Reyhan Anggara,"lanjutnya lagi.
****
Kejadian dimana Anatha mengutarakan perasaannya pada Reyhan. Selalu terngiang di kepala Reyhan, membuatnya terus-menerus melamun disetiap mata pelajaran yang ada.
"Eh Rey lu kenapa sih?"tanya Reila dengan kedua tangan yang penuh dengan nasgor dan es jeruk itu.
Saat gadis itu sudah berada tepat di hadapan Reyhan membuatnya langsung saja mendaratkan bokongnya di kursi kantin.
"Hm? kenapa?" bukanya menjawab malah pertanyaan yang keluar dari mulut pria itu.
"Kayaknya dari tadi lu ngelamun deh, ngelamun in sapa hayo?" Goda Reila sambil menoel hidung mancung milik Reyhan.
"Kamu,"jawab Reyhan santai sambil memegang hidungnya yang tadi Reila sentuh.
Senyuman Reila mengembang seketika, lalu ia melanjutkan memakan nasgor yang sudah ia pesan itu dengan sangat lahap.
"Eh La?"tanya Reyhan sambil menatap Reila yang tengah menyantap makanannya itu.
"Hm?" tanya Reila sambil menyuap nasgornya lagi.
"La kalau ada yang nembak kamu... Kamu terima nggk?"
"Ha? Uhuk... Uhuk...."
"Eh pelan-pelan dong La," ucap Reyhan sambil menyodorkan segelas es jeruk yang diambil kasar oleh Reila.
"Ehem huh..., emang siapa yang nembak lu Rei?"tanya Reila to the poin.
"Eh? Enggk! Kan aku tanyanya kalau kamu La."
"Ya otomatis gue tolak lah. Kecuali yang nembak itu lu Rey,"batin Reila.
"Ya liat-liat dulu dong dia ganteng nggk? Dia baik nggk? Dia kasar nggk? Dia bisa nyenengin gue nggk? Yah pokok tergatung sih,"jawab Reila sambil melanjutkan aksi makan-makannya.
"Ouh..."
"Hmabnsbjmg?"tanya Reila yang hanya ditatap bingung oleh Reyhan.
Reila mengunyah dengan cepat dan menelanya lalu berkata,"Emang kam--"
Brakk!
"Astagfirullah,"ucap Reila tobat.
"Elah pacaran mulu nih, nggk tau lagi di sekolah?"kata Rafa yang tiba-tiba memukul cukup keras meja di hadapan Reila dan Reyhan, membuat seisi kantin mulai memerhatikan tingkah mereka bertiga.
"Buset anak kadal!" cetus Reila sambil memukul bahu Rafa sedikit keras.
"Ih cewek mah gitu ya main pukul-pukul aja,"ucap Rafa sambil memegangi bahunya yang terasa panas berkat pukulan gratis dari Reila.
"Lu sih cari ribut!"
*****
Kini Reyhan tengah berjalan santai menuju gerbang belakang sekolah dan bersiap melakukan rutinitas yang sejak tiga hari ini ia lakukan.
Tangan Reila terulur menoel pundak Aksa berusaha mengusik tidurr siang lelaki ini namun tidak ada sedikit pun pergerakan yang dihasilkan dari kejailan Reila itu.
Reila yang jengah karena diabaikan oleh Aksa pun memutuskan mengalihkan perhatiannya ke arah jendela luar, dan tidak sengaja melihat Reyhan yang sedang berjalan santai menuju gerbang belakang.
"Pak permisi mau ke belakang,"ucap Reila yang dijawab anggukan kepala oleh guru yang mengajar.
Seketika suara itu membuat Aksa yang semula terlelapun menegakkan kepanya dan seketika matanya terbuka sangat lebar.
"Hayo mau kemana?"tanya Reila yang sudah ada di belakamg Reyhan.
"Aku? Nggk ada kok cuman lagi bosan aja sama pelajara,"ucap Reyhan sambil bersiap memanjat pagar.
"Aku ikut," ucap Reila.
"Nggk boleh La, kamu harus tetap di sini," ujar Reyhan seraya memanjat pagar, namun tanpa sengaja ia menjatuhkan sebuah kertas.
****
Reyhan tengah sibuk merogoh saku celananya mencari selembar kertas yang sempat ia siapkan untuk ditunjukkan pada Anatha.
"Kenapa Rey?"tanya Anatha yang duduk di tepi brankar rumah sakit.
"Emm nggk ada,"katanya lagi sambil duduk di kursi dekat brankar Anatha.
"Apa munkin jatuh waktu naik pager ya?"gumam Reyhan.
"Rey?"tanya Anatha yang hanya ditoleh oleh Reyhan.
Senyumnya mengembang melihat Reyhan selalu menjenguknya di rumah sakit. Kalau boleh jujur Anatha sangat kesepian karena selalu sendiri di rumah sakit ini.
"Gimana tentang ucapanku kemarin?"tanya Anatha lagi sambil bangkit dari duduknya dan perlahan menghampiri Reyhan.
Anatha terus mendekat memangkas jarak antara mereka.
Cup
Sekilas bibir mereka bertemu membuat Reyhan mematung di tempatnya.
Kegiatan itu membuat Anatha sedikit menarik bibirnya membuat senyum tipis terlihat di wajah cantiknya.
"Gue tau Rei, lu pasti nggk bisa nerima perasaan gue, gue tau lu suka ama Reila, gue tau! Tapi gue pingin sekali aja egois dalam hidup gue sekali aja...,"ucap Anatha seraya mundur beberapa langkah membuat jarak di antara keduanya kembali ada.
"Sekali aja gue pingin dapetin apa yang gue mau, sayangnya lagi-lagi tuhan nggk ngehendakin itu terjadi di kehidup gue,"senyuman yang semula menghiasi wajah gadis itu perlahan memudar dari wajahnya.
Hal itu membuat perasaan Reyhan bercampur aduk dan menimbulkan tatapan sendu pada Anatha.
*****
Kejadian yang terjadi di hadapannya ini membuat Reila kecewa, mambuat matanya yang indah kini merah karena menahan air mata yang akan tumpah kapan saja ini, seakan tidak kuat, air matanga lolos begitu saja membuat pipinya dibanjiri oleh air mata yang terus menerus mengalir dari matanya itu.
Membuat gadis itu segera meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang sangat hancur.
Ya Reila sengaja mengikuti Reyhan secara diam-diam dari belakang, membuat gadis itu menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sangat lah terasa amat sakit.
Seakan langit mengerti perasaan yang sedang Reila rasakan, hujan turun dengan derasnya membasahi seluruh ibu kota, membuat gadis cantik itu kini basah kuyup.
Terdengar gemuruh petir membuat Reila menutup telinganya sambil menangis tersendu-sendu.
Namun sekejap Reila merasakan tetesan-tetesan hujan tidak mengenai tubuhnya lagi. Dia menengadahkan kepalanya ke atas. Ternyata payung besar kini melindungi tubuhnya dari derasnya hujan, membuat gadis itu menengok ke arah pria disampingnya ini.
Dalam hati Reila terus berharap bahwa itu ialah Reyhan.
"Lo gila ya?!"
===🍒🍒===
Gimana ges ada yang mau nyumbang buat kedepannya?
Ayo dong komen mumpung masih gratiiiiisss nih ges hehe...
Sampai jumpa di chapter selanjutnya...bubay...
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
🥀Destiny🥀[ON GOING]
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW DULU] Selamat menikmati🐾:") "Pacaran yuk!"ucap Aksa dengan wajah yang serius. Cuaca yang mendung, dengan banyak awan terlihat di langit siang itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah, kini dihadapanku pria tinggi dengan...