0.4 lulus 🥀

143 35 34
                                    

Sudah tiga bulan sejak kejadian Rafa koar koar di depan kelas, sekarang ini mereka semua tengah dilanda UN (ujian nasional), semua kelas 9 kini tengah fokus memandang layar komputer di depannya.

Ada yang sangat tenang mengerjakan, ada yang gugup sambil memainkan kakinya, ada yang males pakek banget, ada yang heboh clingak-clinguk cari contekan, dan sebagainya.

Karena yang jaga ruangan itu adalah bu Arin tak sampai hati mereka merepotkan guru setabah dia, jadi mereka diem-diem bae padahal tuh ini mata pelajaran bahasa inggris. Karena pada nggk tau artinya ada yang cap cip cup demi ke isi semua.

Gimana tidak orang diotak udah kebayang segernya es teh es jeruk yang dapat membasahi tenggorokan itu woah kacau sih.

"Cap cip cup kembang kuncup, B ouh okey."

"Wah sip tuh gue mau coba ah,"ucap salah seorang siswa saat melihat Rafa tengah cap cip cup,"udah aus banget nih, cap cip cup kembang kuncup C,"ucapnya lagi.

Namun beda dengan Reyhan dia mah beginian doang mah lewat. Baginya cuman main nan doang, dengan gampangnya dia tahu semua arti sekaligus jawabannya.

"Woi, Mal no 7 do kan,"tanya Rafa berbisik pada Akmal.

"Iya,"jawabnya acuh, gimana tidak? Ini waktu tinggal 15 menit cuy masih aja ditanya in melulu sama si Rafa.

"Woi Rei, lu no 5 apaan?"tanya Rafa lagi ganti bertanya pada Reila yang tepat di depannya.

"Woi,"ucap Rafa lagi saat ia tidak mendapatkan jawaban dari yang dipanggil.

Nyesek banget sih, ini kopok apa bagemane sih elah, batin Rafa menangis.

Kumenangis membayangkan

Betapa kejamnya dirinya atas dirikuT-T

"15 menit lagi anak-anak,"ucap Bu Arin sambil melihat semua anak didiknya itu satu persatu.

Tai!

"Woi Reila Agatha, no li-ma-pa-an?"ucap Rafa penuh penekanan namun tetap dengan berbisik.

"Apaan sih woi?! cap cip cup sana!Orang gue juga belum kelar,"gerutu Reila sambil memelototi Rafa.

Fuck!

Akhirnya pun Rafa cap cip cup juga, dia sudah tak tahan dengan hawa mencengam ini membuatnya sangat gerah, padahal ruangan itu berAC.

*****

"Pa, Lala nggk mau pa,"ucap Reila lirih.

"La kamu itu punya keturunan menjadi dokter turun menurun dari kakek buyutmu, jadi kamu harus ambil smk,"jelas Herman pada anak semata wayangnya yang kini sangat lah keras kepala.

"Nggk mau pa, Lala nggk mau,"sargahnya.

"La tinggal nurut aja sama papa apa susahnya sih?"

"Nggk mau pokoknya nggk mau,"ucap Reila lalu dengan langkah tergesa gesa ia menuju kamarnya dan menutup pintunya dengan sangat kasar hingga terdengar gebrakan pintu hingga lantai bawah.

🥀Destiny🥀[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang