Drrrt Drrrt
Beberapa kali ponsel ditangannya ini bergetar dan menampilkan sebuah nama di layar ponsel itu.
Pemeras!
"Sa kamu dimana!? Udahlah itu nggk penting. Sekarang dengerin papa."
Deg!
Seketika Reila tertegun.
"Pemilik club B sudah melanggar kontrak, kamu kasih peringatan kalau sudah lakukan sesukamu. Bunuh juga nggk apa. Dia sudah tidak berguna."
Lalu panggilan pun terputus. Reila gemetar saat mendengar suara beraura menyeramkan itu memasukki indra pendengarannya. Bulir-bulir bening mulai membasahi pipinya, tangannya yang tidak kuat menggengam ponsel pun jatuh di atas roknya.
Ia sekarang tengah berada di taxi dalam perjalanan pulang setelah berlari dari Aksa. Namun ia tidak sadar saat membawa ponsel Aksa bersamanya.
Ada apa ini kenapa orang itu. Papa? Apa ini semua? Sebenarnya apa yang terjadi padaku?
"Sudah sampai mbak,"ucap supir taxi yang berhasil menyadarkan Reila. Reila dengan segera menyeka air matanya dan memasukkan ponsel Aksa dalam tasnya lalu turun dari mobil dan berjalan ke arah pekarangan rumahnya.
Reila segera memasukki kamar mandi dan membersihkan dirinya. Mungkin dia kelelahan membuatnya seperti ini, pikir Reila. Akhirnya Reila pun memutuskan untuk menyibukkan dirinya dengan aktifitas lain seperti membaca novel contohnya.
_______
Disisi lain Aksa tengah mengetok-ngetok pintu rumah Reila namun nihil sama sekali tidak ada yang membukakan pintu itu.
"Kak Aksa?"panggil Alita yang baru saja tiba dari belakang Aksa.
Dengan panik Aksa berkata,"Lit kak Reila udah pulang?"
"Nggk tau kak. Kan Alita barusan nyampek, bentar Alita masuk dulu,"Alita pun membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia bawa lalu memasukki rumah.
Sambil melangkahkan kaki Alita mengucap salam,"assalamualaikum,"namun sama sekali tidak ada jawab.
"Kak Ela kak!"teriak Alita sambil berjalan menaiki tangga.
"Kak!"ucapnya sambil membuka pintu.
"KAKAK!"teriak Alita dari dalam kamar membuat Aksa yang berada di bawah berlari ke sumber suara dengan paniknya.
"Kenapa?"tanya Aksa di amba pintu.
"Kak Ela pingsan kak! Ini badannya panas banget,"ucap Alita sambil mengoyang-goyangkan tubuh Reila yang tengah terkapar lemas di bawah lantai.
Perlahan Reila membuka matanya,"hnggg Lit...."
Tanpa basa basi Aksa yang melihat wajah pucat Reila itu pun masuk dan mengendong Reila ala bridal style menuruni tangga dan membaringkannya di kursi belakang mobilnya.
"Lit ayo kamu juga ikut kakak,"ucap Aksa lalu berjalan ke arah kursi kemudi.
Alita yang mengekori Aksa pun menaruh kepala Reila pada pahanya. Saat Aksa melihat Reila sudah aman, ia pun mengemudi dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit terdekat.
*****
"Kenapa bisa kayak gini sih hiks,"gumam Alita menangis dengan bersender pada tembok rumah sakit. Kini pikirannya melayang pada kejadian ia melihat Reila sedang terkapar lemas di bawah lantai.
"Ini salah gue,"rutuk Aksa dalam hati.
"Ma. Kak Reila pingsan ma hiks,"ucap Alita yang sedang menelfon tante Nela.
"...."
"Alita juga nggk tau kenapa bisa kayak gini. Mama cepet kesini ya?"ujar Alita sambil menyeka air matanya.
Aksa menyugar rambutnya frustasi. Dia tidak tahu apa yang membuat Reila hingga seperti ini, dia hanya bisa menyalahkan dirinya karena telat mengejar Reila.
"Ini semua salah gue!"gumam Aksa sambil meremas rambutnya kasar.
"Kak Ela.... Hiks."
"Dok gimana pacar saya?"tanya Aksa cepat saat dokter yang memeriksa Reila baru saja menutup pintu.
"Dia mengalami shock parah, dan stres karena banyak pikiran dan tekanan sebaiknya dia harus memperbanyak istirahat, nanti saya akan menuliskan resepnya,"jawab dokter itu dengan mengalungkan stetoskop pada lehernya.
"Baik dok. Trima kasih,"ucap Aksa. Lega seketika menghampiri perasaannya.
"Yaudah Alita mau beli teh anget dulu kak sama kue buat kak Reila sama jemput mama di bawah,"pamit Alita pada Aksa sambil mengahapus air mata yang sempat membasahi pipinya tadi yang dibalas anggukan kepala oleh Aksa.
Dengan tak sabar Aksa memutar knok pintu dam membukanya menampakkan Reila yang tengah baring lemas di atas brankar dengan wajah pucatnya membuat Aksa melangkah mendekat.
Perlahan Aksa mengingkirkan rambut yang menutupi wajah Reila dengan pandangan sangat fokus pada wajah cantik itu. Lalu ia duduk sambil menggenggam tangan Reila. Rasa tidak ingin ditinggalkan itu muncul seketika saat melihat wajah lemas Reila kala itu.
"Gue nggk akan pernah maafin diri gue sendiri kalau sampai terjadi sesuatu sama lu Rei,"ucap Aksa tanpa sadar ia mencium sekilas pundak tangan Reila dan mengenggamnya dengan erat, seakan-akan tidak akan ia lepaskan lagi.
_____
Perlahan Reila mengerjap-ngerjapkan matanya, dilihat sekelilingnya dan aroma obat yang menyegrak ini membuatnya tersadar. Tangan kanannya terasa berat membuat ia menoleh ke arah tangannya yang ternyata di sana terlihat seseorang tengah menggenggam erat tangan kanannya.
Senyum simpul menghiasi wajahnya. Namun sedetik kemudian ia mengingat kejadian sebelum ia pingsan dan membuat raut wajah itu kembali sedih.
Perlahan buliran-buliran bening itu mulai mengalir keluar dari pelupuk matanya.
Isakan Reila membuat Aksa terbangun dari tidurnya dan perlahan mengangkat kepalanya. Dilihatnya Reila yang tengah menangis hingga sesegukan membuatnya reflek memeluk gadis cantik di hadapannya ini.
Tanpa bertanya Aksa terus saja memeluk Reila dengan erat.
"Hiks... Hiks, kenapa hiks,"gumam Reila di dalan pelukan Aksa. Aksa memeluk Reila sambil mengusap puncak kepala Reila berusaha menenangkan gadis yang kini bersetatus menjadi pacarnya kala itu, tanpa tau apa yang membuat gadis ini menangis.
_______
Kira-kira ada yang tahu kenapa Reila nangis?? Yuk komen gaes :)
Jan diem-diem bae ea:)
Autornya nggk gigit say:)
Yuk next jangan lupa bintang di pojok kiri bawah.
✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨20-Feb-21
Salam hangat
Dari Yaya:)
Sang autor^o^
KAMU SEDANG MEMBACA
🥀Destiny🥀[ON GOING]
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW DULU] Selamat menikmati🐾:") "Pacaran yuk!"ucap Aksa dengan wajah yang serius. Cuaca yang mendung, dengan banyak awan terlihat di langit siang itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah, kini dihadapanku pria tinggi dengan...