Happy reading
==🍒🍒==
.
.
.
==🍒🍒==
Sebuah tangan dengan perlahan menyentuh pundak Reila, sontak membuatnya menoleh, dia mendongak untuk melihat siapa itu. Namun dengan cepat ia membuang tatapannya ke arah sebaliknya.
"Sorry, gue tadi keterlaluan,"ucap Aksa, sang pemilik tangan itu.
Tanpa sadar air mata itu lolos, entah mengapa ucapan Aksa membuat hati Reila luluh,"gu-gue ngaku, tadi gue keterlaluan jadi lu harus maafin gue,"ucap Aksa dengan gugup.
Karena tak ada respon dari gadis di hadapannya ini. Aksa berjalan dan duduk tepat di samping Reila yang tengah menunduk, butiran demi butiran air tanpa henti keluar dari pelupuk matanya.
Tangan Aksa terulur untuk menampung butiran demi butiran air yang jatuh dari pelupuk mata gadis cantik di depannya ini, membuat Reila mendongak dengan muka yang lebam dan mata yang sembam karena menangis.
"Guemintamaaf!"ucap Aksa dengan lantang dan cepat tanpa adanya jeda antar katanya. Beruntung di taman belakang ini hanya ada Aksa dan Reila.
"Pffft, lu ngapain sih?"timpal Reila sambil menutup mulutnya, karena tawa yang akan pecah ini membuat wajah Aksa sedikit merah karena malu.
"Lu yang apa apaan, tadi nangis! Sekarang ketawa, emang dasar ratu drama,"elak Aksa sambil menghadap lurus ke depan.
"Eh, btw gue baru kenal orang kek lu pffft,"ucap Reila sambil terkekeh.
"Yaiyalah secara gue kan ganteng kek gini, sedangkan yang lu kenal modelan kek Rafa ama si Akmal."
"Idih narsis bat jadi orang,"ucap Reila sambil memutar bola manya malas,"kepedean lu tuh nggk bisa dikurangin apa volumenya, biar jadi satu persen gitu?"
"Udah dari sononya mau gimana lagi?"jawab Aksa seadanya.
Rafa yang melihat kelakuan Aksa dibalik pohon pun mengemukakan pendapatnya,"hadeh. Kirain gue, mau dipeluk atau gimana gitu, eh ternyata nggk ngapa-ngapain, nggk asik mah sepupu lu Dil,"canda Rafa sambil menyenggol tangan Dila yang tepat di sampingnya.
"Udah diem napa sih lu Raf, berisik tau nggk?!"sewot Aya yang tetap mengamati Aksa dan Reila dari balik pohon itu.
"Husst,"ucap mereka berempat kompak menatap ke arah Aya.
Rafa memutar bola matanya malas dengan sahutan dari Aya,"udah yuk ke kelas biarin mereka, kenapa kalian kepo?"ucap Rafa yang mulai sesak karena ditindih oleh Akmal dan Aya.
"Ck kek lu nggk pernah kepo gitu?"timpal Aya.
"Ih bentaran ngapa, kan mereka lagi berdua ehe...,"sangkal Bila yang tetap fokus memperhatikan gerak gerik Aksa dan Reila.
"Bentaran jidat lu! Gue udah sesek nih,"protes Rafa.
"Udah lah biar si Aksa yang urus, yuk cabut gue juga aus nih,"ajak Dila, lalu berbalik dan berjalan menuju kelas.
"Eh Dil tungguin gue, gue nggk mau deketan ama si Rafanjing woi,"ucap Aya lalu mengikuti jejak Dila disusul oleh Akmal.
"Buset napas gue, gila sih sumpah,"cerocos Rafa sambil mengikuti mereka bertiga.
*****
"La yuk balik!"ajak Reyhan yang baru saja melangkah memasuki kelas Reila.
Nana yang baru saja bangkit menepuk pundak Reila pelan,"gue balik duluan Rei, bye."
"Ouh okey. Bye,"ucap Reila lalu melambaikan tangannya pada seseorang di amba pintu itu,"sini Rey,"lanjutnya menyuruh Reyhan yang berada di amba pintu untuk menghampirinya.
Aksa memutar bola matanya malas, mengendong tas di pundak kanannya lalu berjalan keluar.
Reila membereskan alat tulis yang berserakan di mejanya,"jadikan ke RS?"tanya Reila yang dibalas anggukan kepala setuju oleh Reyhan,"okey yuk!"ucap Reila sambil menuntun Reyhan keluar dari kelas.
Di lorong sekolah beberapa orang sempat berbisik bisik tentang Reila dan Reyhan pasalnya Reila adalah anak baru disekolah itu eh udah main deket aja sama beberapa cogan sekolah.
Ya Reila sih biasa aja, tapi bagi Reyhan itu sangat lah membuatnya risih, ditatap oleh beberapa orang secara intens itu sangat menggagu bagi Reyhan.
Reyhan menggaruk tengkuknya yang agak gatal,"em... La,"Reila pun menoleh pada Reyhan,"Hmm?"
Reyhan mencondongkan tubuhnya ke arah Reila, dengan perlahan membuat Reila sedikit mencondongkan diri ke belakang,"lari!"bisik Reyhan lalu berlari menyusuri lorong.
"HEI REY, KAU GILA?! BERHENTI! YA..."
*****
"Gila ya kamu Rey?!"ucap Reila yang menatap Reyhan dengan sangat sengit sambil menyusuri lorong rumah sakit yang hanya di balas cengiran tak berdosa oleh Reyhan.
Reila sudah bersiap akan melayangkan pukulan ke arah Reyhan.
dret dret
namun kegiatannya terhenti saat benda pipih itu bergetar, Reila berdecak sambil melirik ke arah Reyhan dengan tangan yang merogoh saku jaketnya utuk mengambil ponselnya. Tatapan Reila membuat Reyhan bergidik ngeri.
"Halo pa? Ouh okey okey."
"....."
"Iya ini dah di lobi kok, bentar lagi nyampe."
"....."
"Iya pa iya, ini sama Reyhan kok."
"....."
"Iya pa... Reila sayang papa bye," ucap Reila lalu memutuskan saluran telepon itu.
"Ais woah, awas ya lu Rey ampe gitu lagi gue aduin ke tante Diana biar mampus lu, tau ah sebel,"ucap Reila dengan berjalan cepat menuju lift.
"Eh La jangan ngambek dung, La,"panggil Reyhan yang berusaha mengejar langkah Reila yang semakin di kejar semakin cepat.
Reila berjalan sambil mengulum senyumnya. Reyhan yang hawatir karena Reila marah, namun nyatanya Reila malah senyam senyum sendiri karena berhasil menggoda Reyhan.
mampus lu, batin Reila.
Tangan Reyhan dengan cepat mencekal tangan Reila yang akan menekan tombol lift,"beneran ngambek Rey?"
Reila berbalik menghadap Reyhan seketika tangannya dicekal olehnya,"pffft, ya nggk lah, yaudah yuk buruan."
"Kirain beneran..."
Ting
Perlahan pintu lift terbuka menampakan beberapa orang yang berada didalamnya.
Begitu terbuka sempurna Reila segera melangkah memasuki lift itu.
Dug!
"Duh sorry,"ucap Reila saat bahunya baku hantam dengan bahu seseorang.
Orang itu menoleh saat mendengar suara Reila,"Reila... Reyhan,"ucap seseorang itu dengan mimik wajah yang sangat terkejut.
===🍒🍒====
Jangan lupa votenya manteman
Next yuk :)
KAMU SEDANG MEMBACA
🥀Destiny🥀[ON GOING]
Dla nastolatków[BUDAYAKAN FOLLOW DULU] Selamat menikmati🐾:") "Pacaran yuk!"ucap Aksa dengan wajah yang serius. Cuaca yang mendung, dengan banyak awan terlihat di langit siang itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah, kini dihadapanku pria tinggi dengan...