20. Firasat 1🥀

41 14 0
                                    

Reila merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini mamanya menyuruhnya mampir ke butiknya, dan itu sangatlah membuatnya makin males secara hari ini adalah hari minggu, dan Reila memutuskan menghabiskan waktunya di dalam kamar.

"Kak kok tidur sih bantuin Alita buat tugas dung,"rengek Alita sambil menarik-narik tangan Reila agar ia berdiri.

"Aduh Lit ini hari minggu loh, kenapa kamu dapet tugas dihari libur kek gini?"ucap Reila yang masih aja berbaring di atas ranjang.

"Ya emang Lita bisa nawar ke guru nggk usah di kasih tugas dong pak? Adanya sih kena hukum kan Lita nggk mau kena hukum kak. Ayok!"Alita dengan sekuat tenaga membuat Reila berdiri dari duduknya.

"Iya iya sini mana yang nggk bisa?"tanya Reila sambari berdiri.

"Ini kak, kapan BPUPKI dibentuk?"ucap Alita sembari menunjuk soal yang telah dilingkari di sana.

"Haha... Kakak mau beli vitamin dulu ya Lit, kayaknya kakak lagi nggk enak badan nih, kamu kerjain dulu yang ngerti-ngeti aja,"elak Reila, dengan sigap tangannya meraih ponsel di atas kasur dan keluar kamar dengan tergesa-gesa.

"Eh kak Lita kan-"

"Haduh gimana sih hua pengen nangis,"ucap Alita frustasi dengan beberapa buku yang tertumpuk rapi di meja belajarnya.

"Mana tau gue soal sejarah-sejarah kek gitu, mending ke mama aja deh,"gumam Reila sembari berjalan menuruni tangga.

Tante Nela yang tengah membaca koran itu menoleh ke arah tangga saat suara langkah kaki seseorang semakin mendekat,"mau kemana El?"tanya tante Nela yang tetap fokus pada koran di tangannya.

"Hehe... Ela mau ke butik mama te, mumpung libur,"jawab Reila seadanya.

"Tadi katanya nggk jadi, mau di kamar aja soalnya hari libur,"sangkal tante Nela sambil menyeruput secangkir teh di hadapannya.

"Hm,"Reila hanya tersenyum mendengar perkataan tante Nela,"Nggk jadi tan sambil jalan-jalan gitu mumpung libur."

"Ouh gitu ati-ati ya jangan pulang malem-malem."

"Siap tante."

Sambil berjalan ke luar Reila menelfon tante Dewi, ibu Reyhan. Sudah dua minggu Reyhan sama sekali belum menghubunginya, masuk sekolah saja tidak. Reyhan tipe orang yang rajin, namun belakangan ini setelah ke jadian di rumah sakit dengan Anatha Reyhan berubah. Reila pun enggan kalau bertanya langsung pada Reyhan, alhasil dia menelfon tante Dewi.

"Halo Reila,"sapa tante Dewi dari sebrang sana.

"Halo tante, Reila mau tanya Reyhan lagi pulang ke sanakah? Soalnya udah dua minggu Reyhan nggk masuk sekolah, dan nggk pernah hubungin Reila."

Tante Dewi terdiam cukup lama membuat Reila angkat bicara,"halo tante."

"Ouh iya Rei, Rey-Reyhan em... Di sini kok, katanya dia ada perlu di Surabaya mau ngurusi sesuatu, nggk tau apa. Tante juga nggk berani tanya-tanya,"ucap Tante Dewi dengan terbata-bata.

Mendengar ucapan tante Dewi itu semakin membuat Reila curiga akan kondisi Reyhan,"Reyhan nggk apa kan te?"tanya Reila yang mulai hawatir.

"Ha? Nggk kok Reyhan nggk apa-apa. Nanti kalau Reyhan dah di rumah tante telfon kamu lagi ya Rei, sekarang tante lagi ada diluar soalnya."

"Ouh iya tante."

"Baik-baik ya Reila di sana. Jaga kesehatan juga,"pesan tante Nela pada Reila.

"Siap tante,"jawab Reila, setelah itu sambungan pun terputus.

*****

Di lain tempat kini Dewi dan Dandi berada di sebuah rumah sakit di Swiss. Sudah seminggu lebih Reyhan tidak sadarkan diri membuat papanya, Dandi. Memutuskan membawa Reyhan ke Swiss untuk mendapat pengobatan lebih intens lagi.

"Siapa ma?"tanya papa Reyhan yang melihat mata istrinya itu kini merah dan berkaca-kaca.

"Reila pa hiks, mama harus bilang apa sama Reila pa hiks?"ucap mama Reyhan sambil mengusap buliran-buliran kristal yang mulai membasahi pipinya.

"Masa mama harus bilang kalau Reyhan lagi kritis, pasti Reila sedih pa hiks. Mama nggk bisa kasih tau Reila pa, mama bohong sama dia."

Papa Reyhan menyeka air mata istrinya lalu membawanya dalam pelukannya,"sabar ma Reyhan pasti sembuh dia anak yang kuat ma. Mama jangan seakan-akan Reyhan dah mau pergi. Kita harus kuat ma biar Reyhan juga kuat."

"Hiks ta-tapi pa... Hiks."

________
___🐾____

Tin!

"Astagfirullah!"ucap Reila yang baru saja tersadar dari lamunannya.

klatak!

Suara klakson mobil yang sangat keras itu membuat Reila menjatuhkan ponselnya karena kaget.

"Yah ponsel gue,"ucap Reila jongkok sambil memungut ponselnya yang hancur menjadi tiga bagian itu.

"Hue ponsel gue,"Rengek Reila yang melihat ponsel kesayangannya itu hancur.

"Gila! Siapa sih yang berani ngagetin gue,"Reila semakin kesal saat si pemilik mobil itu berjalan ke arahnya.

"Elu lagi lu lagi. Enek gue liat lu setiap hari di depan rumah gue!"ucap Reila sebal,"ini tuh hari minggu, ngapain lu ke sini, coba!?"tanya Reila pada seseorang yang semakin mendekat itu.

"Kan lu pacar gue dan secara hari ini hari minggu ya ngedate lah,"celetuk Aksa yang membuka kaca matanya. Menampakkan wajah kesal Reila yang yang tetap membuat kecatikannya menambah.

"Wah makin hari makin ngelunjak lu ya!? Udah sana minggir!"ucap Reila sambil menyenggol pundak Aksa kasar.

Aksa dengan cepat mencekal tangan Reila sebelum gadis itu semakin menjauh,"Ets mau kemana?"

"Ke Jonggol! Udah ah lepas!"ucap Reila jutek.

"Ok gue minta maaf, tapi kan yang jatuhin hp lu bukan gue kan lu sendiri."

Reila melotot saat mendengar perkataan Aksa yang seenak jidat itu.

"Yakan lu yang ngagetin gue sampe ponsel gue jatoh. Pecah!"

"Ya lu sih dipanggil kagak dijawab."

"Ah bodo serah! Gue males ngeladenin orang gila kek lu."

Lagi-lagi Aksa pun mencekal tangan Reila.

"Apa lagi?"tanya Reila malas.

"Ikut gue,"ucap Aksa.

"Nggk ah gue nggk mau,"tolak Reila.

"Udah ikut aja,"pinta Aksa. Lalu Aksa pun membukakan pintu untuk Reila memasuki mobilnya. Dengan kecepatan sedang ia meluncurkan mobilnya membelah keramaian kota metropolintan itu dengan gesitnya.

===🍒🍒===

06-Feb-2020

Jangan lupa tersenyum:)
Dan jangan lupa tekan
✨✨✨✨✨✨✨✨

See you^ω^

🥀Destiny🥀[ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang