Di kelas
"Hoooo~"sorak sorai anak kelas ipa 1 yang melihat Aksa dan Reila berangkat sekolah dengan kendaraan yang sama.
"Piuwit aduhai~ aduh manisnya,"ucap Rafa sabil menyengol-nyengol pundak Akmal.
"Hu~ manisnya,"beo Akmal yang ikut bergoyang bersama Rafa.
"Widih ada pasangan baru nih,"timpal Aya dengan antusian.
"Apaan sih, nggk kok!"elak Reila yang mulai sebal dengan keadaan ini.
Tiba tiba Aksa melingkarkan tangannya pada pundak Reila,"okey kalian semua ayo kantin,"teriak Aksa sambil memasang wajah songongnya.
"Wah asik,"sorah anak sekelas dengan perasaan senang.
Benerapa anak yang mendengar ucapan Aksa berbondong-bondong berebutan keluar pintu menuju kantin.
Pletak!
"Au,"rintik Aksa saat Reila tanpa aba-aba menjitak dahinya yang kini terlihat semburat merah menghiasi dahinya.
"Apaan sih lu?"ucap Reila jutek sambil menatap sinis ke arah Aksa.
"Au, gilak sakit tau,"protes Aksa yang mulai mengelus-ngelus dahinya yang terasa panas.
"Yuk ngantin!"ajak Aksa, dan lagi-lagi ia merangkul Reila dan merusaha menyeretnya ke arah kantin.
"Apaan sih lu nggk jelas, jan pegang-pegang!"risih Reila.
"Loh kenapa kan kita pacaran, wajar dung kalau gue mau mesrah ke lu,"celetuk Aksa dengan entengnya.
"Kapan sih?! Lu aja yang ke geeran. Emang gue terima lu jadi pacar gue. Nggk kan?"tanya Reila menegaskan.
"Mulai kemarin lu udah jadi pacar gue jadi... By yuk nganti!"ucap Aksa lembut diakhir kalimatnya sambil tetap memaksa Reila berjalan ke arah kantin.
"Gue udah bawa bekal kali,"tolak Reila.
"Udah ayok Rei mumpung mau di traktir juga kan enak, hemat uang saku,"ucap Dila, orang terakhir yang ke luar dari kelas.
Reila yang mendengar ucapan Dila itu pun pasrah di seret Aksa ke arah kantin.
Dila perlahin mencubit pinggang Aksa dari samping yang membuat wajah merah padam menahan sakit atas cubitan itu membuat Aksa menoleh pada sang pelaku.
"Lu apa-apaan?"bisik Dila dengan membuat gerakan mulut memperjelas kata katanya.
"Bukan urusan lu,"jawab Aksa dengan melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Dila.
Dila memasang muka yang seakan akan ingin menerkam sepupunya ini dengan sekali cakaran detik itu juga.
*****
"Okey teman teman sekalian,"teriak Rafa,"mari kata ucapkan selamat pada papa Aksa dan mama Reila atas hubungan mereka yey~"lanjut Rafa lagi dengan desertai tepuk tangan yang meriah di kata terakhirnya.
"Dan trima kasih atas traktirannya, papa Aksa dengan segala hormat waktu dan tempat di persilahkan,"ucap Rafa yang di akhiri menunjuk Aksa yang kini menjadi pusat perhatian.
"Dengan ini teman-teman, gue nyatain bahwa sejak saat ini gue sama Reila telah resmi pa-ca-ran, jadi hari ini kalian bebas pilih mau makan apa aja, gue yang traktir."
"Yey~"seru semuanya sebelum mereka berbendong-bondong mengantri setiap makanan yang ingin meraka makan.
Plak!
"Gila lu ya?!"tanya Reila sambil memukul pundak Aksa cukup keras yang membuat Rafa, Akmal, Dila, Aya, dan Bila yang berada satu meja dengan mereka menoleh karena kaget.
"Ish kenapa sih by? Mau pesen apa biar aku yang pesenin,"ucap Aksa tanpa menghiraukan pukulan maut dari Reila.
"A~ cie aduh panas-panas,"celetuk Rafa alay.
"Uh~ mau makan apa by?"beo Akmal berusaha meniru logat Aksa dengan dilebih-lebihkan.
"Apa daya yang jomblo ini?"ucap Aya mendramatis.
"Iya..., gue jadi pengen punya pacar hua,"timpal Bila sambil berlagak akan menangis.
"Uh..., sini say ama gue aja,"ucap Aya membentangkan tangannya membuat Bila langsung saja memeluknya.
Dila yang melihat teman-teman yang sudah tidak waras ini memilih membuka novelnya dan fokus membacanya tanpa menghiraukan teman-temannya yang mulai tidak waras itu.
___🐾_____
____🐾____Bug!
Baru saja satu pukulan mendarat sempurna meninggalkan bekas pada bibir seorang lelaki itu.
"Papa sudah bilang kamu akan jadi penerus papa, kenapa kamu nggk nurut sama papa!"bentak seorang pria paruh baya pada anaknya.
"Udah pa, udah,"tenang sang istri berusaha membendung emosi suaminya agar berhenti memukul anaknya itu.
"Bakar saja semua buku yang ada di kamarnya! Papa sudah bilang jangan baca buku yang nggk berguna! Udah belajar aja ilmu bela diri apa susahnya sih?!"bentak Viestro pada anaknya itu.
"Awas sampek papa liat kamu lagi baca buku-buku itu lagi, akan papa bakar semuanya sekaligus,"ancamnya lagi.
"Aksa nggk mau,"ucapnya lirih.
"Apa? Apa kamu bilang?!"
"Aksa nggk mau jadi penerus papa!"bentak Aksa pada papanya.
"Mulai berani ya kamu?!"ucap papanya yang sudah mulai tersulut oleh emosi.
Papa Aksa sudah akan melayangkan pukulannya lagi, namun tercekal oleh Aksa, dengan cepat Aksa menatap tajam pada papanya ini.
"Dasar anak kurang ngajar! Berani kamu?!"ucap papa Aksa yang akan melayangkan tangannya lagi.
"Udah pa udah cukup!"terik Ninka ibuk Aksa yang sudah tidak tahan akan perbuatan suaminya.
"Gitu mau kamu? Boleh kamu keluar dari karegori penerus tapi kamu harus punya yang namanya wanita baru kamu bisa tercoreng dari kategori itu, tapi papa nggk yakin kamu bisa dapetin wanita yang akan nerima kamu yang seperti ini,"ucap papanya penuh penekanan.
"Aksa!"teriak Ninka pada anaknya yang akan beranjak pergi dari tempatnya berdiri.
Namun tanpa kata-kata lagi Aksa keluar dari rumah itu dengan memakai helm full facenya dan mengendarai motornya, membelah jalanan Jakarta malam itu, dengan penuh kegelapan dan amarah yang menyalimutinya, membuatnya mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata pengendara normal.
Ciittt
Brak!
_______
Thanks for reading:)
Jan lupa ✨✨✨
Okey see you^o^
KAMU SEDANG MEMBACA
🥀Destiny🥀[ON GOING]
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW DULU] Selamat menikmati🐾:") "Pacaran yuk!"ucap Aksa dengan wajah yang serius. Cuaca yang mendung, dengan banyak awan terlihat di langit siang itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah, kini dihadapanku pria tinggi dengan...