Ciittt
Brak!
___🐾🐾____
Gradak!
"Hah. Bisa gila gue,"nafas Aksa memburu tak beraturan. Bagaimana tidak? hampir saja ia menghampiri maut.
Iya! Dia baru saja meloncat dari motornya yang sudah jatuh ke dasar jurang, untung saja dia cepat meloncat dan berguling ke samping, kalau tidak Aksa sudah di temukan tewas dekat motor yang sudah meledak di dasar jurang keesokan harinya.
Aksa dengan cepat membuka helmnya dan memutar arlojinya ke arah kanan lalu menekannya.
"Halo?"jawab orang di sebrang sana.
"Bang, bisa bawain gue mobil ke jalan X, gue habis mau terjun ke akhirat tapi ke tunda,"ucap Aksa yang kini berusaha bangkit dari duduknya.
"Okey gue kesana sekarang,"timpal seseorang itu lalu menutup saluran telepon itu secara sepihak.
"Ck, mending gue gila sekalian,"gumam Aksa yang memutuskan untuk tiduran di atas rerumputan malam itu, dengan segala pemikiran yang datang pada otaknya, memutar kembali kejadian di mana ia di pukul oleh papanya, kejadian itu kembali berputar di dalam pikirannya.
Tak lama kemudian mobil silver datang menghampiri Aksa yang kini tengah terduduk sambil memegangi kepalanya.
Seseorang baru saja keluar dari mobil itu pun menghampirinya.
Menatap keadaan Aksa secara lekat-lekat."Iya gue ganteng gue tau,"celetuk Aksa saat ia mengangkat kepalanya menghadap orang yang ia panggil dengan sebutan abang ditelfon tadi.
Sebut saja dia bang Zafran, kakak dari seorang Aksa Lechi Viestro itu perlahan mendekati adiknya dan mengambil alih helm full face milik Aksa,"gila lu! Helm mahal kek begini lu bawa terjun, cih mending buat gue aja napa?"ucap Zafran sambil membelai helm itu lembut membuat Aksa yang melihatnya bergidik ngeri.
"Kampret lu bang! Adeknya mau mati yang dielus-elus helmnya, dasar lu sedeng!"protes Aksa pada sang kakak.
"Idih geli gue! Emang lu mau gue elus-elus? Sini!"protes Zafran yang dibalas tatapan tajam oleh Aksa,"ogah!"jawabnya cepat.
Lalu Zafran pun membantu Aksa memasuki mobil, dengan kecepatan tinggi Zafran mengemudi menuju rumah sakit terdekat, sebagai abang dia juga sebenernya hawatir terhadap adek gilanya satu ini, namun terkalahkan dengan rasa gengsi yang meluap-luap.
Entah lah dua saudara ini aneh, saling sayang namun tak bisa mengungkapkan rasa sayang itu dengan benar yang mengakibatkan pertengkaran selalu saja muncul.
*****
Di rumah sakit.
"Maksut lu ngapain terjun kek gitu? Mau jadi apa lu ha? Mau minta tanda tangan ama malaikat maut buat tiket ke akhirat?"ledek Zafran pada adeknya yang baru saja di periksa oleh dokter.
"Ledek aja terus ledek, secara gue nanti makin ganteng,"ucap Aksa yang tingkat kepedeannya semakin mengebu, sambil bangkit dari tidurnya dan terduduk di tepi brankar.
"Kepedean lu! Yang ada gue yang lebih gan-"
Plar!
Seketika petir menyambar menghentikan kata-kata yang akan keluar dari bibir Zafran, lalu hujan pun turun dengan derasnya malam itu.
Setelah pemeriksaan itu Aksa dan Zafran keluar dari ruangan dan berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit,"lu habis ngapain sih?"tanya Zafran memulai pembicaraan.
"Bang, gue nggk mau jadi penerus dan papa marah sama gue, untung-untung ada mama jadi gue masih bisa kabur dengan selamat,"jelas Aksa pada Zafran.
Nah kini Zafran mengerti apa yang sedang adeknya alami, sepertinya dia harus ikut masalah ini agar adeknya bisa tenang dan tidak mengalami apa yang dialami oleh Zafran sewaktu dia seumuran Aksa.
Tak terasa meraka berdua sudah berada di lobi,"tunggu sini, gue ambil payung,"ucap Zafran lalu pergi meninggalkan Aksa sendiri di lobi sambil melihat langsung proses turunnya hujan malam itu.
Helaan nafas berat terdengar, kini Aksa menoleh kesekitar melihat-lihat apa saja yang bisa terjadi di hadapannya, namun tiba-tiba seorang gadis menabraknya sambil tetap berlari.
"Au,"rintih Aksa lalu menoleh memastikan siapa orang yang berani menabraknya.
"Reila,"gumamnya dalam hati yang melihat bahwa orang yang menabraknya ialah gadis yang duduk dengannya di sekolah, namun seketika Aksa membelalakkan matanya saat Reila berlari dan terduduk di bawah hujan yang deras malam itu.
"Nih payungnya,"ucap Zafran yang baru tiba membawa satu payung besar yang langsung saja disabotase oleh Aksa.
Entah perasaan apa ini? Rasanya Aksa berjalan menurut nalurinya, dia berjalan membawa payung itu menuju keberadaan Reila memastikan gadis itu tidak lagi terkena tetesan hujan, dan membuat Reila seketika menoleh padanya.
"Lu gila ya?!"ucap Aksa tanpa sadar sedikit membentak Reila.
"Woi Sa!"teriak Zafran saat dia sengaja ditinggalkan begitu saja oleh Aksa di lobi membuatnya mengumpat adek satu-satunya itu karena kesal.
"Gue yang susah nyari payung, malah ditinggal. Emang dasar adek akhlaknya minus ya kek gitu,"gerutu Zafran kesal, membuatnya menelfon seseorang disebrang sana dan duduk dilobi demi menunggu kedatangan seseorang itu.
"Kenapa diem? Yuk balik!" ucap Aksa sambil menggandeng tangan Reila sampai di depan mobilnya, lalu mengemudikan mobilnya sedang meninggalkan rumah sakit itu tanpa sedikitpun ingat pada sang kakak yang tengah mengupatnya tiada henti hingga sekarang.
*****
"Nih! Teh anget buat lu,"ucap Dila dengan kesal.
"Makasih Dila cantik,"puji Aksa pada Dila yang kini rasanya mata Dila akan keluar dari tempatnya saat mendengar perkataan yang terlontar dari sepupunya ini.
"Gila lu ya?! Gue mau baca novel terganggu dengan adanya lu disini nyadar, nggk?"
"Ih kok jahat banget sih lu ke gue, secarakan gue makin ganteng kek gini awas aja lu naksir ke gue?"celetuk Aksa dengan pedenya.
"Pede lu!"respon Dila lalu ia pun duduk di samping Aksa sambil menyeruput coklat panas miliknya.
"Ngapain lu dateng ke sini?"tanya Dila yang mulai fokus menatap Aksa. aksa tau tentang tatapan itu, tatapan penuh tanya dan kehawatiran yang di pancarkan oleh gadis super cuek di sampingnya ini.
"Gue butuh cewek."
"Hadehhh!!!"ucap Dila senbari menepuk dahinya karena menyesal seperkian detik dia menghawatirkan apa yang telah menimpa sepupunya ini sekarang ini tengah menyesali perbuatannya.
==🍒🍒==
Dengan pencet bintang
Kalian ngedukung agar
Cerita destiny ini menjadi
Lebih baik✨✨✨✨✨See you all:)
KAMU SEDANG MEMBACA
🥀Destiny🥀[ON GOING]
Teen Fiction[BUDAYAKAN FOLLOW DULU] Selamat menikmati🐾:") "Pacaran yuk!"ucap Aksa dengan wajah yang serius. Cuaca yang mendung, dengan banyak awan terlihat di langit siang itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah, kini dihadapanku pria tinggi dengan...