"RAFAAAA"teriak Nana yang emosinya sudah diubun-ubun menangani sang penyebab emosi itu.
"GUE SLEDING KOIT LU!"ucap Nana yang sudah nggk bisa selowly lagi,"KALAU LU KAGAK BALIK LAGI SEKARANG. BESOK TINGGAL NAMA LU YANG ABSEN DI KELAS!"
Brak!
"Au!"pekik Rafa yang baru saja akan melintasi pintu kelas namun tertabok oleh buku keramat.
"Mampus lu!"ucap Aya yang baru saja kembali dari kantin membawa beberapa jajanan dari sana.
"Ahaha... Mampus lu kecot,"kompor Akmal.
"Gilak! Diem lu comberan!"timpal Rafa yang masih saja mengelus-ngelus kepalanya yang terasa sangat sakit.
Buku bendahara itu tebelnya nggk main-main, asal kalian tahu aja.
"Gue kan udah bilang. Bayar KASnya jangan kelewat mulu woi. Kek miskin aja lu congek! Ah elah nih bocah tinggal bayar aja apa ribetnya sih lo?"oceh Nana.
Rafa mengelus kepalanya dengan wajah kesakitan,"ish lama-lama gue beli juga nih kelas sama seisinya. Dan lu gue jadiin pembatu di rumah gue,"timpal Rafa sewot sambil melirik Nana.
"APE LU?"semprot Nana.
"Aish galak amat,"gerutu Rafa.
"Eits,"ucap Rafa sembari mencegah tangan kiri Reila yang akan melewati pintu.
"Apa?"tanya Reila malas.
"Bayarin KAS gue dung,"ucap Rafa sembari menautkan salah satu alisnya.
"Ogah!"
"Eits gitu bales budi lu?"tanya Rafa yang membuat alis Reila terangkat.
"Aish,"desah Reila sembari memutar bola matanya malas,"dasar bantuinnya nggk iklas huh. Berapa Na?"
"Ha?"Nana yang mendengar pertanyaan tiba-tiba Reila pun mengerutkan keningnya.
"Rafa Na Rafa."
"Ouh dia nunggak ada 2 minggu nih,"sahut Nana yang sibuk memungut buku KAS dan mencari-cari nama Rafa.
"Dasar MISKUEIN!"ucap Aya secara tiba-tiba di hadapan Rafa yang membuat lelaki itu sedikit memundurkan dirinya dan menabrak sisi pintu.
Aya pun hanya lewat tanpa merasa bersalah, membuang sampah dan kembali melewati mereka bertiga menuju bangkunya.
Entah mengapa rasa sesak di dada seakan melekat melihat kedekatan Rafa dengan Reila. Membuat Aya memutuskan menunduk dan membaringkan tubuhnya pada kursi dan memfokuskan dirinya pada ponsel digenggamannya.
___________
"Tante, Reyhan?"
Dewi hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu terlontarkan dari bibir Rafa.
"Tante pamit ya Fa. Tante cuman mau minta tolong kasih surat itu buat Reila. Karena tante enggk sanggup kalau harus ketemu sama dia."
Rafa hanya mengangguk. Hatinya sakit, dadanya sesak. Sahabat sedari smp itu kini sudah bepergian hingga tidak dapat lagi Rafa susul. Kini hanya doa dan rasa rindu yang sedang ia panjatkan dalam hati. Lalu lelaki itu pun tersenyum hangat menyayat luka pada mata indahnya, sorot mata penuh harap itu masih saja ia pancarkan.
Setelah melihat kepergian tante Dewi. Rafa pun bergegas menuju rumah Reila.
____________
Drrrt Drrrt
Ponsel yang sedari tadi berdering itu segera Reila raih dan mengangkat panggilan dari orang itu.
"Halo Na? Iya bentar gue lagi siap-siap nih,"sahutnya selagi tangannya heboh memasukkan beberapa barang di atas ranjang ke dalam tas kecilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
🥀Destiny🥀[ON GOING]
Novela Juvenil[BUDAYAKAN FOLLOW DULU] Selamat menikmati🐾:") "Pacaran yuk!"ucap Aksa dengan wajah yang serius. Cuaca yang mendung, dengan banyak awan terlihat di langit siang itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah, kini dihadapanku pria tinggi dengan...