🥀Happy reading🥀
Semoga kalian suka
..
.
==🍒🍒==
Meski Reila telah mengajukan pendapatnya, bagaimana pun ia menolak ucapan papanya, Herman tetap saja memasukkan Reila ke sekolah elit jurusan ke dokteran ternama di kota mertopilintan itu, dan diminta untuk tinggal bersama tante Nela yang baru saja kehilangan suaminya karena kecelakaan tahun lalu.
Karena jarak antara Surabaya- Jakarta itu tidak main main. Sebenarnya kalau hanya menyewa apartemen itu sangat lah mudah bagi Reila, namun Herman sangat mengetahui kebiasaan anaknya yang belum berumbah hingga sekarang ini itu lah yang membuat sang ayah hawatir yaitu mengatur waktu, bagaimana jadinya anak yang tidak bisa mengatur waktu itu harus mengurus apartemennya, sudah tidak dapat dibayangkan lagi oleh sang ayah.
Dengan berat hati Reila pun mengiyakan keputusan ayahnya itu. Dan kini di sinilah Reila berada, duduk di kursi dengan makanan yang berjejer rapi di hadapannya.
"Dimakan Reila sayang,"ucap tante Nela sambil menaruh satu piring nasi putih dan menyodorkan segelas susu putih dihadapan Reila.
Kalau boleh jujur, sekarang Reila masih sangat lah kesal pada sang ayah. Sebegitu inginnya ayah Reila untuk menyekolahkan anaknya dijurusan kedokteran, tapi rasanya seperti seorang anak yang terusir dari rumah sendiri, bagaimana tidak setelah hari perdebatan itu Reila langsung dikirim ke rumah tante Nela sore harinya.
Sekarang Reila, tante Nela, dan Alita. Alita adalah anak dari tante Nela itu tengah duduk di meja makan dan melakukan makan bersama malam itu.
*****
Beda cerita dengan Reyhan, kini ia juga ada di kota mertopolintan itu namun dengan tujuan menjauh dari Reila, tapi bukan malah menjauh dia seperti menghampiri tepat keberadaan Reila, Reyhan tidak tau pasal Reila yang di paksa sekolah di kota jakarta ini, dia hanya tau bahwa Reila akan melanjutkan sekolah jurusan kedokteran tapi tepatnya dimana ia tidak tau.
Reyhan sudah berusaha keras membujuk ayah dan ibunya untuk bersekolah ke Jakarta namun di tolak. Tapi tanpa menyerah dan terus berusaha, usaha tidak menghiyanati hasil akhirnya pun Reyhan di perbolehkan sekolah di Jakarta.
Kini dia berada disalah satu rumah dekat pinggiran kota, ayah Reyhan telah menyiapkan sebuah rumah minimalis untuk Reyhan tinggal di jakarta, rumah itu memang sengaja di beli oleh ayahnya. Bagaimana pun ayah Reyhan adalah seorang pilot, membuatnya sudah biasa bepergian Jakarta Surabaya, dan membuatnya membeli rumah itu untuk tempat istirahat sementara.
Dengan adanya alasan itu juga Reyhan di perbolehkan bersekolah di Jakarta.
===🍒🍒===
Saat MOS disekolah.
Seluruh siswa duduk pada bangku yang sudah disediakan di aula sekolah, yang berkapasitas setidaknya cukup untuk 1.700 orang itu, aula itu sangat lah luas bernuansa biru langit. Saat memasuki bangunan itu mata kita disambut dengan warna biru langit yang menyejukkan mata, sangat enak untuk di pandang, dan tak lama kemudian acara mos dibuka oleh seorang guru yang berkaca mata, tak lupa dengan hijab berwarna milo dengan seragam has guru sma lengkap yang ia kenakan.
"Baiklah anak-anak saya ucapkan selamat datang ke SMA Bintana yang kita bagakan ini, semoga kalian bisa terbiasa sekolah disini, namun sebelumnya perkenalkan nama saya Bu. Nindi,"ucap sang guru lalu acara mos pun dimulai dengan lumrahnya.
Kini Reyhan hanya bisa mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang ia kenal, namun hasilnya nihil, sampai teriakan seseorang yang familiar itu memasuki indra pendengarannya.
"Reyhan woi,"ucap seseorang sambil berlari ke arah Reyhan.
Reyhan sedikit terkejut melihat seseorang yang ia kenal ini berada tepat di depannya.
"Woi kesambet mampus lu,"lanjut seseorang itu.
"Eh Raf kamu juga sekolah disini?"tanya Reyhan heran melihat keberadaan Rafa di hadapannya saat ini.
"Ye kenapa? lu heran banget liat gue secara gue makin ganteng kan?" ucap Rafa sambil mengangkat kedua alis tebalnya itu,"kepala sekolah disini itu paman gue. Jadi sama papa gue suruh sekolah di sini, selow ae deh muka lu!" cerocos Rafa.
"Kan lumayan gue temenin. Eh btw bukan cuma kita loh yang dari smp pelita,"ucap Rafa lagi.
"Emang ada siapa lagi?" tanya Reyhan sambil dalam hati dia berdoa semoga bukan Reila.
"Woi Raf seenak jidat lu! Nih tas lu anjir! Berat banget. Lu bawa batako ke sekolah?! Gile lu,"gerutu seseorang dari belakang Rafa sambil melempar tas pada Rafa.
Plak!
"Woi anjing banget jadi orang, kagak usah di lempar ke wajah juga juga kalik! Kena denda semiliar mampus lu, kalau wajah gue kenapa- napa gimana?"omel Rafa tidak terima atas wajah tampannya itu di lempari tasnya sendiri, iya kalau tasnya itu tidak berat lah ini beratnya, kaya bawa tiga batako sekaligus gimana nggk panas tuh wajah? Heran apasih yang dibawa, orang masuk sekolah aja belum.
"Ye alay lu kayak cewek,"ucap Akmal sambil mengusap wajah Rafa kasar.
"Najis njir! Tangan lu lumutan,"tepis Rafa dengan kasar.
"Sok iye lu,"timpal Akmal.
Ya itu Akmal, murid dari smp pelita itu, entah takdir atau bagaimana mereka bertiga satu sekolah lagi. Sampai sekarang Reyhan hanya bengong menatap kedua insan ini yang saling melontarkan umpatan satu sama lain.
"WOI RAFA!," sampai suara seseorang yang sangat menggelegar itu membubarkan kegaduhan mereka berdua, membuat ketiga cowok itu berbalik dan melihat suara siapa yang mengalahkan toa masjid itu, sejenak membuat Akmal terkejut.
===🍒🍒===
Okey dikit dulu hehe...
Kira-kira siapa? Comen dong:)
Dan jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri ya, gratis kok tenang aja✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
🥀Destiny🥀[ON GOING]
Ficção Adolescente[BUDAYAKAN FOLLOW DULU] Selamat menikmati🐾:") "Pacaran yuk!"ucap Aksa dengan wajah yang serius. Cuaca yang mendung, dengan banyak awan terlihat di langit siang itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah, kini dihadapanku pria tinggi dengan...