2

2.9K 244 2
                                    

...

Pagi ini Jisung terlihat sangat semangat untuk memulai harinya. Ia senang bisa bekerja kantoran tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa bekerja sebagai pengantar pizza.

Tapi ia tetap bersyukur setidaknya sekarang ia memiliki tabungan hasil dari kerja kerasnya sendiri tanpa meminta dari orang tuannya.

"Makan lah agar kau memiliki banyak tenaga." ucap Jaemin menyodorkan sepiring nasi goreng kimchi.

Jaemin itu tipe cowo yang serba bisa, ia bisa mengelola perusahaan, bisa mengerjakan pekerjaan teknis dan juga bisa mengerjakan pekerjaan rumah.

Terkadang Jisung iri, mengapa orang seperti Jaemin ini bisa mandiri sedangkan dirinya tidak? Padahal biasanya anak orang kaya seperti Jaemin ini memiliki sifat manja, atau ini karna ia jauh dari orang tuannya jadi keadaan memaksanya untuk menjadi seseorang yang serba bisa?

"Kau ingin berangkat bersama ku?" tawar Jaemin pada Jisung.

"Tidak perlu hyung. Aku akan naik bus, kau jemputlah gebetan mu itu hyung." tolak Jisung yang diakhiri kekehan.

"Yak, berentilah membahasnya." Jaemin kesal melihat Jisung yang seperti meledeknya.

"Bukankah kau senang hyung jika sudah membahas dia?"

"Tidak-tidak, aku masih kesal dengannya."

Jisung menatap hyungnya heran. "Wae?"

"Kemarin dia menolak ajakan pulang bareng dengan ku lalu memilih pulang bersama Jeno-Jeno itu.hih." Jisung kembali tertawa melihat raut wajah Jaemin yang terlihat sangat kesal.

"Sudahlah hyung tak perlu sedih, aku yakin sebentar lagi kalian akan bersama. Tidak hanya berdua, tapi bertiga."

"Maksud mu threesome?"

Jisung mengangguk masih dengan senyumnya yang mengembang.

"Tidak, aku tidak akan membagi Renjun-ku pada pria mata sipit itu."

Jisung melunturkan senyumnya dan diganti dengan pokerface.

"Kalau kau lupa, mata ku juga sipit."

Kini gantian Jaemin yang menertawakan adik juniornya itu.

"Sudahlah hyung aku akan berangkat." pamit Jisung lalu beranjak pergi dari sana.

Jisung menunggu bus, ia masih memiliki banyak waktu tapi ia tak ingin menyia-nyiakan waktunya dengan tidur-tiduran dikasur. Lebih baik kepagian dari pada kesiangan itulah motto hidup seorang Park Jisung.

Jisung masuk kedalam bus dan berdiri tepat disamping orang yang kemarin ia temui, orang itu sibuk dengan handphonenya sedangkan Jisung sibuk memperhatikan kulit mulus pria tersebut.

Ia heran mengapa orang ini menggunakan jas formal bukankah harusnya memakai seragam sekolah? Jisung terkekeh membayangkan jika orang dihadapannya ini bekerja kantoran.

Jisung turun saat bus berhenti di halte tempat ia menunggu kemarin berbarengan dengan orang yang menjadi pusat perhatiannya sedari tadi.

Mereka berjalan beriringan melewati toko-toko roti yang disertai berbagai macam lagu yang disetel dari toko tersebut.

Sampai akhirnya pada tempat yang dituju mereka sama-sama memasuki gedung tersebut, bedanya lelaki itu langsung menaiki lift sedangkan Jisung menghampiri resepsionis terlebih dahulu.

"Mari saya antar ke ruangan tuan Zhong." ucap resepsionis tersebut lalu berjalan mrndahului Jisung.

Jisung berjalan mengikuti wanita tersebut, didalam lift keadaannya sangat canggung. Akhirnya mereka sampai dilantai 5 lalu memasuki ruangan yang dipintunya bertuliskan 钟辰乐 yang Jisung tak tau apa artinya.

"Permisi tuan." resepsionis itu membuka pintu saat sudah diberi izin masuk.

Jisung menatap boss barunya yang sedang menangkupkan wajahnya diatas meja kerja.

"Maaf tuan ini sekertaris baru anda sudah datang." ucap resepsionis membuat orang didepannya mengangkat kepala.

Tubuh Jisung seolah menegang, saat melihat wajah orang yang akan menjadi bossnya. Itu...

Orang yang Jisung perhatikan saat tadi di bus.

"Duduklah." perintah orang tersebut membuyarkan lamunan Jisung.

Ia masih tak percaya orang yang tadi diremehkannya ternyata orang yang menjadi bossnya.

"Kau yang dibus bukan?" tanya pria itu pada Jisung.

Jisung mengangguk, kaku.

"Perkenalkan aku Chenle dan aku juga yang akan menjadi bossmu." ucap Chenle memperkenalkan diri. "Namamu?"

"A-aku Jisung. Park Jisung." ucap Jisung sedikit gugup.

"Baiklah, ruanganmu berada tepat didepan ruangan ku dan tunggu sebentar aku akan meminta kunci ruangannya." Jisung mengangguk patuh.

Chenle mulai melefon seseorang sedangkan Jisung hanya memperhatikan gerak gerik bossnya.

"Nanti kau bisa membersihkan barang-barangmu, hari ini aku kasih kelonggaran." ucap Chenle lalu kembali merebahkan kepalanya diatas meja kerja.

Ntahlah saat melihat Jisung jantung Chenle berdetak tak karuan, ia benci rasa seperti ini.

...

Jisung membersihkan ruangannya dibantu dengan beberapa petugas kebersihan, ia heran kenapa ruangannya sangat berdebu seperti sudah tak berpenghuni lama.

"Ahjussi, kenapa ruangan ini sangat kotor?" tanya Jisung pada petugas kebersihan yang membantunya.

Panggil saja Kang ahjussi, ia sudah lama bekerja disini sebagai petugas kebersihan sebelum perusahaan ini turun ke tangan Chenle.

"Ruangan ini memang sudah lama tak terpakai dan selalu dikunci." jawab Kag ahjussi.

"Lalu bagaimana dengan sekertarisnya yang lama?"

"Sekertaris sebelumnya memakai ruangan di lantai 3A tapi ruangan itu sengaja tak gunakan lagi karna banyak kasus disana."

"Kasus?" Jisung penasaran.

"Iya, beberapa kali ada pegawai yang mendengar atau melihat hal-hal aneh yang tak kasat mata. Begitupun dengan sekertaris lama, ia pindah karna tak tahan terus-terusan diganggu." jelas Kang ahjussi.

Seketika bulu kuduk Jisung berdiri, ia mengusap tengkuknya menghilangkan rasa ketakutannya.

"Tenanglah tidak usah parno, disini banyak orang. Jika kau takut pergilah keruangan tuan Zhong." ucap Kang ahjussi yang diakahiri kekehan.

Wajah Jisung memerah padam, saat ketahuan bahwa dirinya penakut.

"Kau tau, kau terlihat cocok dengan tuan Zhong." Jisung mengerutkan keningnya, tak mengerti.

"Maksud ahjussi?" tanya Jisung.

"Kau terlihat tampan dan gagah sedangkan tuan Zhong terlihat sangat lucu. Kau penakut sedangkan tuan Zhong sangat pemberani. Bukan kah itu saling melengkapi?"

Jisung hanya tersenyum kikuk mendengar penjelasan Kang ahjussi.

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang