20

1.9K 164 9
                                    

...

"Tapi aku akan langsung segera menikahi mu." Chenle membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Jisung selanjutnya.

"Will u merry me?"

Air mata Chenle berhasil lolos, ia tak bisa membendung tangisnya lagi. Jisung menangkup kedua pipi Chenle dan mengusap jejak air mata itu.

Tangan Chenle meraih tangan Jisung yang berada dipipinya, ia genggam tangan tersebut.

"Aku menyukai mu, tapi aku takut." ucap Chenle.

Jisung paham akan ketakutan Chenle tapi dia harus bisa membuat Chenle percaya jika dia berbeda dengan orang yang menyakitinya dulu.

"Kau harus percaya pada ku Zhong. Aku janji akan selalu membuat mu bahagia." Jisung meyakinkan Chenle.

"Seharusnya aku tidak memiliki perasaan pada mu, Park."

"Tidak-tidak ini takdir yang tepat. Ayo berjuang bersama-sama."

Chenle tersenyum dan langsung menubrukan tubuhnya kepelukan Jisung.

"Tolong yakin kan aku, Park." ucap Chenle disela-sela pelukanny.

"Pasti." balas Jisung.

"Park-Zhong. Ayo kita poto bersama." teriak Jeno dari depan pintu gedung.

Jisung menghapus air mata Chenle dan langsung mengajaknya menemui hyungnya yang lain.

"Awas saja Zhong aku akan buat hidup mu menderita." sarkas seseorang yang sedari tadi memperhatikan interaksi Jisung dan Chenle.

...

Malam ini keluarga Zhong dan keluarga Lee sedang mengadakan makan malam bersama sebelum keluarga Haechan kembali ke Thailand.

Mereka, para orang tua sibuk membicarakan tempat tinggal untuk sang pengantin baru sedangkan Chenle sibuk pada makanannya.

"Apa Chenle kita bawa pulang ke China saja?" saran Tn.Zhong membuat Chenle tersedak makanannya.

Kakak Haechan yang berada disampingnya langsung memberikan minum untuk Chenle.

Chenle menerima air minum yang disodorkan kakaknya Haechan itu lalu menatap babanya kesal.

"Aku tidak mau." tolak Chenle ketus.

"Gege mu sudah menikah sayang, lalu kau akan tinggal dengan siapa?" Ny. Zhong membela suaminya.

"Aku sudah besar, aku bisa hidup sendiri." balas Chenle.

"Kau hanya akan menyusahkan gege mu saja."

"Tidak, biarkan Chenle tinggal dengan ku. Jika kalian ingin pulang, pulang saja tidak usah membawa adik ku." Mark buka suara.

Haechan mengusap punggung laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya itu. Ia tau bagaimana hubungan suaminya dengan sang papa mertua.

"Tapi dia akan merepotkan mu Mark."

"Selama ini aku tidak merasa direpotkan olehnya."

"Sekarang keadaannya sudah berbeda, kau sudah memiliki keluarga."

Perdebatan orang tua dan anak itu semakin memanas. Mark sangat benci ketika babanya sudah memaksa sang adik, sudah cukup masa kecil Chenle yang di korbankan ini waktunya Chenle mencari kebahagiannya sendiri.

"Maaf tuan, aku memang orang asing disini tapi aku mohon biarkan anak anda memilih jalannya sendiri. Jika memang Mark dan adikku merasa terbebani aku siap menampungnya." ucap seseorang yang diketahui bernama Johnny, kakak ipar Haechan.

"Benar tuan, aku siap mengurus Chenle layaknya adikku sendiri." lanjut kakak Haechan, Ten.

Chenle iri melihat keharmonisan dan kekompakan keluarga Haechan tidak seperti keluarganya yang serba memaksa, bahkan untuk menentukan masa depannya saja Chenle tidak bisa.

Chenle bangkit dari duduknya lalu keluar dari rumahnya, ia ingin mencari angin jadi ia memutuskan untuk berjalan kaki.

Biasanya saat sedang galau sperti ini Chenle langsung datang ke apartemen Sungchan tapi sekarang pria itu sudah memiliki kehidupannya sendiri jadi ia tak bisa bergantung terus pada pria itu.

Chenle mengambil handphonenya di saku celananya lalu mulai menelfon seseorang disana.

"Halo Park." ucap Chenle saat sudah tersambung dengan orang disebrang sana.

"Ada apa, Zhong?"

"Kau dimana?"

"Aku diapartemen ku."

"Bisakah aku kesana?"

"Ah? U-uh memangnya ada apa? Tumben sekali."

"Tidak ada si, jika kau tak mengizinkannya tidak apa-apa."

"E-eh, boleh kok. Ingin ku jemput?"

"Tidak perlu, aku akan naik bus saja."

"Naik bus? Tidak-tidak, ini sudah malam. Lebih baik kau shareloc lalu aku akan menjemput mu."

"Tapi aku merepotkan mu."

"Tidak Zhong. Cepat shareloc agar aku bisa segera menjemput mu."

"Baiklah."

Chenle memutuskan sambungannya dan mulai mengirim lokasi pada Jisung.

Selang beberapa menit akhirnya Jisung datang, ia langsung menghampiri Chenle yang terduduk di trotoar.

"Mengapa kau disini?" tanya Jisung saat melihat Chenle yang menundukan kepalanya di trotoar.

Jisung mengeluarkan jaket dari dalam mobilnya dan dipakaikan ke tubuh Chenle.

"Ayo naik ke mobil." Jisung merangkul Chenle hingga ke dalam mobil.

Selama diperjalanan Chenle hanya diam, Jisung juga belum berani bertanya lebih banyak. Sebenarnya ada apa? Itulah yang sedari tadi melintasi pikiran Jisung.

Setelah sampai diapartemen Jisung menggandeng tangan Chenle dan membawanya menuju unit miliknya.

Chenle menatap seseorang saat pintu apartemen Jisung terbuka, disana ada seorang perempuan yang teduduk di sofa apartemen Jisung.

"Dia siapa?" tanya Chenle pada Jisung.

"Masuklah nanti akan ku jelaskan."

Jisung membawa Chenle masuk kedalam unitnya, Chenle mendudukan dirinya disamping wanita itu dan disambut ramah olehnya.

"Halo tuan." sapa wanita itu sambil menampilkan senyumnya.

Chenle membalas senyum itu, kikuk.

"Dia adik sepupu ku." ucap Jisung dari arah dapur. Ia membawa minuman dan snack untuknya dan juga Chenle.

"Tenang saja, tuan aku tidak akan merebut lelaki sipit ini dari mu." Chenle tertawa mendengar ucapan sepupu Jisung itu.

"Oh iya, perkenalkan aku Lami. Kim Lami." Chenle membalas jabatan tangan wanita itu.

"A-ah aku Chenle. Panggil Chenle saja."

"Oh iya, apa kau akan menginap Zhong?" tanya Jisung.

"Apa boleh?"

"Boleh saja jika kau mau."

"Benar oppa, kau bisa tidur dengan ku. Kalau kau mau."

Jisung sedikit menjambak rambut sepupunya itu. "Mengapa kau sangat lenjeh."

"Aku hanya menawarkan, dari pada dia tidur dengan mu bisa-bisa bahaya."

Chenle tertawa melihat kerandoman kedua saudara itu. Seketika moodnya naik.

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang