3

2.5K 228 0
                                    

...

Sudah 1 minggu Jisung bekerja diperusahaan Chenle dan sudah selama itu juga Jisung belum pernah melihat senyum Chenle, apa bossnya memiliki sifat dingin? sepertinya tidak, banyak karyawan-karyawan yang menyukai Chenle dan mengatakan jika Chenle itu ramah.

Tapi mengapa tuan Park ini belum menemukan titik keramahannya?

"Park, nanti jam 1 akan ada meeting. Persiapkan proposal-proposal yang sudah di revisi kemarin." ucap Chenle pada Jisung.

Lalu Chenle pergi dari ruangan Jisung dan kembali keruangannya. Perasaan Chenle masih sama ia masih sering merasakan jantung yang berdebar saat didekat Jisung.

Sebab itulah ia terlihat cuek didepan seorang Park Jisung, ia tak ingin perasaannya semakin dalam dan ia tak ingin merasakan sakit hati lagi.

Seperti biasanya Chenle selalu merebahkan kepalanya diatas meja saat semua pekerjaannya telah selesai.

"Annyeong, baby Leo." sapa seseorang yang langsung masuk keruangan Chenle.

Chenle yang tadinya hampir tertidur langsung mengangkat kepalanya dan menatap orang tersebut.

Ternyata itu gegenya, Mark Lee.

"Kau sudah pulang ge?" tanya Chenle melihat barang-barang yang dibawah gegenya itu.

"Iya, dan ini oleh-oleh untukmu." Mark menyodorkan beberapa bingkisan yang ia bawa. "Bagilah beberapa ke sekertaris mu, Jeno bilang kau sudah menemukannya."

Chenle berjalan mendekati gegenya yang sudah terduduk disofa, Chenle menyenderkan tubuhnya pada dada bidang Mark.

"Bagaimana keadaan mama dan baba, ge?" tanya Chenle.

Mark mengusap surai hitam milik adiknya. "Kau tenang saja, mama dan baba baik-baik saja disana."

"Bagaimana dengan anak perempuan ku?"

"Baby Daegal tumbuh dengan baik, bahkan dia sudah menurut padaku." Mark terkekeh saat mengingat betapa manjanya Daegal, sama seperti Chenle.

Tok tok tok.

Chenle mengalihkan pandangannya kearah pintu lalu melirik kearah jam dinding.

"Sepertinya aku harus pergi ge." ucap Chenle pada Mark.

Mark hanya mengangguk lalu bangkit dari sofa Chenle dan berjalan keluar mengikuti sang adik.

"Sudah siap semua?" tanya Chenle pada Jisung yang sudah berdiri didepan pintunya.

Jisung mengangguk lalu pandangannya beralih pada Mark yang sudah merangkul pinggang Chenle.

"Kau ingin kebawah juga ge?"

"Iya, ayo bareng."

Chenle mengangguk sedangkan Jisung hanya bengong, tak mengerti apa yang mereka bicarakan berdua menggunakan bahasa mandarin.

Jisung mengikuti Chenle dan Mark dari belakang, pikirannya masih berkeliaran kemana-mana. Ntah apa yang dipikirkan.

"Dimana kau memarkir mobil mu, ge?"

"Disana." Mark menunjuk kearah pojok basement.

Chenle mengangguk. "Yasudah aku pergi dulu ge."

"Hati-hati." Mark mengecup kening Chenle. "Aku tunggu dirumah."

Lagi-lagi Jisung tak paham obrolan mereka berdua, yang ia tau hanya laki-laki itu menunggu Chenle dirumah.

'Tunggu! Apa dia suaminya?'

...

Setelah meeting berakhir Chenle langsung mengantar Jisung pulang, ia tau jika Jisung selalu pulang-pergi naik bus. Sebenarnya Chenle juga begitu tapi karna hari ini ada meeting jadi ia membawa mobilnya.

"Terima kasih tuan." ucap Jisung saat sudah keluar dari mobil Chenle.

Chenle hanya mengangguk lalu kembali menjalankan mobilnya dan pulang.

Diperjalanan Chenle sempat mampir ke KFC disana ia membeli beberapa potong ayam untuk dimakannya bersama Mark.

Ya, Chenle tinggal bersama Mark. Mamanya tak mengizinkannya untuk tinggal sendiri takut ada apa-apa.

Setelah sampai rumah Chenle segera menyimpan makanannya dan pergi membersihkan diri. Tapi saat keluar dari kamar dan kembali ke meja makan disana ia melihat ada Jeno, Haechan dan Mark yang sudah siap dengan makanannya masing-masing.

"Eh? Kapan sampai?" tanya Chenle.

"Tadi saat kau dikamar." jawab Mark.

Chenle mengangguk lalu mengambil tempat disamping Jeno.

"Hyung, kau tidak bersama Renjun hyung?" Jeno tersedak mendengar pertanyaan Chenle.

Chenle kaget dan langsung memberikan minum untuknya.

"Kau sedang ada masalah dengan Renjun?" kini Mark yang bertanya.

Jano menggeleng. "Tadi saat aku kekantornya petugas keamanan disana bilang dia sudah pulang bersama Jaemin. Yasudah aku ikut kalian saja."

"Bagaimana bisa kau membiarkan orang yang kau suka pulang bersama orang lain, Lee Jeno?" Haechan geram melihat tingkah sahabatnya itu.

"Lalu aku harus apa? aku tidak berhak melarang-larangnya." ucap Jeno.

Chenle prihatin dengan kisah cinta mereka, kenapa tidak pacaran bertiga saja bukankah itu lebih simpel?

"Kenapa kau tidak cari orang lain yang berada disekitarmu saja hyung?"

"Maksud mu aku berpacaran dengan mu, begitu?"

"Ya tidak begitu juga, maksud ku dengan Sungchan atau Yangyang hyung." jelas Chenle.

"Bagaimana bisa? Sungchan sudah bertunangan dan Yangyang sudah menikah dengan om mu."

Chenle melupakan satu fakta bahwa Yangyang sudah menjadi bagian keluarganya tapi tentang Sungchan ia juga baru tau.

"Aku tidak pernah melihat tunangannya hyung."

"Ya, jelas. Ia ada di Jepang."

"Woah! Jauh banget. Hebat Sungchan bisa tahan." ucap Chenle antusias.

"Lalu bagaimana dengan sekertaris baru mu baby Leo? Ku lihat-lihat dia lumayan tampan." sekarang giliran Chenle yang tersedak karna perkataan Mark.

"D-dia biasa saja." balas Chenle sedikit gugup.

"Haha, kau berbohong Chenle-yaa." Jeno tertawa cukup kencang.

"T-tidak, aku tidak berbohong." elak Chenle.

"Sudahlah Chenle jujur saja." ucap Haechan ikut menggoda Chenle.

"Tidak Hyung."

"T-tapi mata mu mengatakan 'iya' baby Leo." kini Mark yang menggoda Chenle.

Chenle menghela nafasnya. "Iya dia menarik dan aku rasa aku menyukainya."

"Tapi aku masih takut. Jadi aku menjaga jarak dengannya." lanjut Chenle.

"Oh ayolah Chenle-yaa, lupakan masa lalu."

"Mola, aku tidak yakin bisa keluar dari zona ini hyung."

Chenle nyaman seperti ini. sudah 5 tahun ia hidup tanpa rasa cinta dan itu cukup membuatnya tenang.

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang