10

2.1K 168 2
                                    

...

Hari ini hari Sungchan dan Chenle pergi ke China, mereka diantar Mark dan Haechan sampai ke bandara. Sungchan sangat senang karna mendapat liburan gratis walau harus menjadi baby sister dari bayi lumba-lumba seperti Chenle.

Selama dibandara Sungchan terus-terusan menggandeng tangan Chenle agar ia tak ilang, beruntung Chenle tidak berontak kalo tidak bisa-bisa disangka penculikan anak Sungchan.

"Kapan kita akan take off?" tanya Chenle pada Sungchan.

"Nanti sebentar lagi." jawab Sungchan memperhatikan sekeliling.

"Jung, tukarlah posisi dengannya sekarang." pinta Chenle.

"Sepertinya kau sangat ingin bersama-sama ku terus, Zhong." goda Sungchan.

"Tidak begitu bodoh, aku ingin move on dari nya." sanggah Chenle.

"Kau tidak ingin menyatakan perasaan mu dulu?" tanya Sungchan.

"Tidak, tidak ada harapan." jawab Chenle putus asa.

"Siapa tau dia menyukai mu balik."

"Tidak mungkin, kau tau sendiri jika dia sudah bersama orang lain."

Sungchan mengusap surai coklat milik Chenle. Menurutnya Chenle adalah seorang adik yang penurut, banyak orang yang menyukainya.

"Sudahlah tak usah dipikirkan, lebih baik pikirkan rencana mu setelah sampai dirumah." ucap Sungchan. "Dan masalah merolling nanti aku bicarakan pada gege mu."

Chenle mengangguk patuh.

Tak lama mereka take off, didalam pesawat Chenle hanya mendengarkan music menggunakan aerphonenya sedangkan Sungchan memilih tertidur.

...

Dan disinilah Jisung sibuk bekerja sendirian, biasanya ia selalu mendatangin meja Chenle ntah itu meminta tanda tangani berkas ataupun hanya sekedar menyerahkan berkas-berkas tapi untuk hari ini dan seminggu kedepan ia akan bekerja sendiri.

Jisung mengeluarkan hpnya dan mulai memencet sesuatu disana.

"Halo hyung?"

"..."

"Bisakah kita bertemu nanti saat istirahat makan siang?"

"..."

"Di restoran biasa ya."

"..."

"Oke."

Setelah sambungan terputus Jisung kembali melanjutkan kerjanya lagi, ia berusaha untuk fokus agar tidak mengecewakan sang atasan.

Waktu terus berlalu tak terasa semua pekerjaan Jisung telah selesai. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke restoran yang tadi ia janjikan ditelfon.

Ia menunggu seseorang itu dengan memesan minuman. Keadaan restoran sangat sepi mungkin karna ini belum jamnya makan siang jadi masih terlihat sepi.

"Kau sudah datang, Park?" tanya seseorang laki-laki.

"Hyung duduk lah." Orang itu terduduk didepannya.

"Kali ini ada apa?." tanya orang itu.

Laki-laki itu Huang Renjun, orang yang belakangan ini sering menjadi tempat curhat Jisung.

"Aku bingung hyung dengan perasaanku sendiri, aku merasa kesepian saat tuan Chenle pergi dan ketika ku tau dia pergi bersama orang lain aku merasa tidak suka." jelas Jisung.

"Kau tidak ingin menyatakannya saja? Aku sangat yakin jika kau menyukainya." ucap Renjun yakin.

"Aku tidak yakin hyung. Dia bahkan sangat dekat dengan lelaki Jung itu."

"Maksud mu Sungchan?"

Jisung mengidikkan kedua bahunya. "Mola."

Renjun tertawa mendengar penuturan Jisung, bagaimana bisa ia cemburu terhada seseorang yang sudah memiliki tunangan.

"Kau tenang saja, masalah Sungchan bisa diatasi."

"Mengapa kau begitu yakin bisa mengalahkannya hyung? Bahkan tubuh mu saja kalah besar dengannya." Jisung meremehkan Renjun.

"Kau meremehkan ku?" jeda Renjun. "Lihat saja semua yang ku katakan akan kejadian."

Jisung menatap hyung didepannya dengan tatapan ngeri.

"Labih baik sekarang kau pesan makan setalah selesai makan kau kembali ke kantor mu, jangan tinggalkan kantor terlalu lama." peringat Renjun.

Mereka langsung memesan makanan dan makan bersama setelah selesai makan Jisung langsung pergi kembali kekantornya sedangkan Renjun masih menunggu beberapa orang disana.

...

"Mereka berdua sama-sama suka lalu apa lagi yang ditunggu, langsung saja jodohkan." ucap Jaemin semangat.

"Tidak seperti itu juga, kita harus bermain hati-hati kau tau kan Jisung masih ragu dengan perasaannya. Biarkan dia meyakinkan perasaannya dulu setelah dia sadar baru kita laksanakan rencana kita." kata Jeno panjang.

Renjun mengangguk setuju dengan ucapan Jeno, mau bagaimanapun yang nama nya perasaan tak bisa dipaksakan.

"Nanti setelah Chenle pulang dari China kita buat pertemuan saja dirumah Mark hyung, biar aku yang bicara padanya." saran Jeno.

"Apa tidak apa-apa?" tanya Jaemin memastikan.

"Untuk adiknya pasti Mark hyung mengizinkannya." jawab Jeno.

"Bawa Sungchan sekalian aku yakin pasti Jisung akan merasa cemburu." ucap Renjun percaya diri.

"Baiklah nanti kita bicarakan dengan Mark hyung, kita ajak kerja sama sekalian."

...

"Sungchan-ahh, pergilah mandi. Jangan tidur sebelum mandi." teriak Chenle dari arah dalam kamar mandi.

Sungchan yang ingin memejamkan matanya langsung kembali terduduk diatas kasur Chenle, ia mengantuk tapi mengapa lumba itu terus berteriak.

Dengan malas Sungchan membongkar kopernya dan menyiapkan beberapa pakaian dan alat mandinya yang lain, dia menunggu Chenle untuk bergantian kamar mandi.

Sungchan melihat interior kamar Chenle yang terlihat sangat alami di luar jendela kamarnya terdapat pepohonan bambu, terasa sangat segar.

"Mandilah Jung." ucap Chenle saat keluar kamar mandi.

Sungchan langsung pergi kekamar mandi dengan membawa pakaian dan alat mandinya. Setelah 10 menit didalam kamar mandi Sungchan sudah melihat Chenle yang sudah tertidur dikasurnya.

Chenle tertidur sangat tenang berbeda ketika dia sedang dalam keadaan sadar, sangat bar-bar. Sungchan memperbaiki selimut agar menutupi tubuh Chenle, ia ikut membaringkan tubuhnya diatas ranjang Chenle tak lupa menaruh guling ditengah-tengah mereka lalu menyusul Chenle ke alam tidur.

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang