14

1.7K 166 14
                                    

...

Jisung masih malu dengan kejadian tempo hari, setiap bertemu dengan Chenle ia selalu menghindar sebisa mungkin. Tentunya membuat bossnya itu terheran-heran.

Dan sekarang waktunya bekerja dengan Chenle tinggal 2 hari saja, ia sudah membereskan sebagaian barang-barangnya.

Rasanya enggan untuk meninggalkan ruangan ini, walau belum ada 1 tahun tapi tetap saja ia sudah merasa nyaman di sana.

Telfon ruangan Jisung berbunyi dengan segera Jisung mengangkatnya.

"Halo?"

"..."

"Eo? Siapa?"

"..."

"Baiklah, suruh saja dia menemuiku diruanganku."

"..."

"Terima kasih."

Jisung berfikir, siapa wanita yang datang ingin menemuinya selain Wony?

Tok tok tok.

"Masuklah."

Pintu ruangan Jisung terbuka dan menampakan seorang resepsionis dan satu orang perempuan yang sedang menampilkan senyumnya.

"Oppa." panggil wanita itu.

"Lami?" sahut Jisung melihat wajah orang didepannya.

"Maaf tuan, saya pergi dulu." izin resepsionis itu.

Setelah sepeninggalan resepsionis tersebut wanita yang diketahui bernama Lami itu langsung memeluk Jisung, seperti orang yang sudah lama tidak bertemu.

"Dengan siapa kau kesini?" tanya Jisung.

"Tadi aku bersama dengan Jaemin-ssi tapi dia hanya mengantarku sampai depan gedung." jelas Lami.

"Sejak kapan kau di Seoul?" Jisung mengusap surai hitam milik Lami.

"Aku baru sampai tadi pagi, ternyata kau sudah ke kantor." Lami mempoutkan bibirnya.

"Mengapa tidak mengabari ku, aku bisa menjemput mu."

"Ini surprise." ucap Lami semangat.

"Baiklah-baiklah." jeda Jisung. "Setelah ini kau ingin kemana?"

"Aku akan menunggu mu dan kita lunch bersama." seru Lami.

"Apa tidak terlalu lama?" tanya Jisung memastikan.

"Tidak apa, oppa aku akan menunggu mu." Lami berjalan ke arah sofa ruangan Jisung.

Lami menatap seisi ruangan Jisung yang tampak kosong. "Oppa mengapa ruangan mu sangat kosong?"

"A-ah ini, besok aku akan pindah ke perusahaan lain." jawab Jisung.

"Loh kenapa?" Lami heran.

"Aku tidak tau."

"Oppa." panggil Lami seperti orang yang sedang mengintrupsi. "Apa benar kau menyukai boss mu?"

Jisung membulatkan bola matanya. "K-kau? Dari mana kau tau?"

"Jaemin-ssi bercerita pada ku." Lami terlihat sangat sedih. "Mengapa kau sangat bodoh? Kau bisa saja jujur tentang perasaan mu itu padanya."

"Bagaimana bisa, Lami? Itu perbuatan yang lancang."

Lami memutarkan bola matanya, malas. Menagapa oppanya ini sangat pengecut untuk masalah percintaan.

"Seterah kau saja. Lebih baik kau lanjutkan perkerjaamu."

Karna sudah mendekati waktu makan siang Lami langsung menyiapkan bekalnya yang ia bawa tadi. Sedangkan Jisung masih sibuk dengan urusan kantornya.

"Oppa, makan lah dulu." perintah Lami.

Jisung berjalan kearah Lami dan duduk disampingnya, Lami langsung menyodorkan kotak bekal berisi makanan yang ia buat pada Jisung.

Mereka makan dengan khidmat sampai akhirnya pintu ruangan Jisung terbuka dan menampilkan seseorang.

"A-ah maaf." ucap seseorang itu. "Park, nanti setelah selesai makan siang kau antarkan berkasnya pada ku."

Setelah berbicara seperti itu Chenle langsung keluar dan kembali ke ruangannya. Otak Jisung masih berfikir, memikirkan kejadian yang baru saja terjadi.

"Apa itu orang yang kau sukai oppa?" tanya Lami membuyarkan lamunan Jisung.

"Lupakan saja." balas Jisung.

"Dia sangat lucu oppa. Pantas saja kau menyukainya, bahkan aku kalah lucu." Lami iri melihat penampakan orang yang disukai oppanya itu.

"Sudahlah Lami, perasaanku tidak akan terbalaskan juga." Jisung lesu.

"Tidak boleh seperti itu oppa, aku akan membuat kalian bersama." ucap Lami penuh semangat.

...

"Sungchan-ahh, bagaimana ini? Aku melihatnya membawa perempuan lain kedalam ruangannya." ucap Chenle pada Sungchan yang berada disebrang sana.

"Tenanglah Zhong, sebentar lagi kalian akan berpisah."

"Mengapa waktu berjalan sangat lama? Aku sudah gregetan, Jung."

"Kau ini bagaimana si, sabar lah."

"Baiklah." Chenle menghela nafasnya. "Kembali lah bekerja Jung."

Chenle mematikan sambungannya lalu merebahkan kepalanya di atas meja kerjanya.

Tok tok tok.

"Masuklah."

Jisung masuk dengan membawa beberapa berkas yang diminta Chenle.

"Ini tuan berkas yang anda minta." Jisung menyerahkan berkas tersebut.

"Baiklah, terima kasih." Chenle mengambil berkas itu dari tangan Jisung.

Terkadang Jisung heran mengapa bossnya ini tak pernah marah saat ia melakukan kesalahan, seperti saat ini bukan kah membawa seseorang di jam kerja itu dilarang dan Jisung melakukannya tapi Chenle tidak marah.aneh.

Jisung kembali keruangannya dan Chenle memeriksa berkas-berkasnya itu. Lagi-lagi ia harus menormalisasikan keadaan, padahal hatinya begitu sakit melihat orang yang disukai makan bersama orang lain:)

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang