12

1.9K 173 0
                                    

...

Setelah Mark mendapat telfon dari Chenle ia langsung membuat pertemuan dengan ke 3 temannya. Sebelumnya Mark sudah diberi tahu kepada Jeno tentang rencananya mempertemukan Chenle dan Jisung setelah kepulangan Chenle dari China.

"Chenle akan pulang besok sore jadi kemungkinan pukul 9 baru sampai dirumah." jelas Mark pada tiga orang di depannya.

"Lalu bagaimana dengan pertukaran sekertaris itu? Apa jadi?" tanya Renjun.

"Aku rasa Chenle benar-benar serius untuk masalah ini dan Sungchan menyetujui nya jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa." jawab Mark.

"Apa kau tidak bisa mencegahnya hyung? Kau kan bossnya Sungchan." kini Jaemin yang bertanya.

"Bisa saja, tapi aku takut jika dia dipaksa Chenle untuk mundur dari perusahaanku lalu Chenle memecat Jisung dan Jisung akan kehilangan pekerjaannya." Renjun, Jeno dan Jaemin mengangguk membenarkan ucapan Mark.

Karna bagaimanapun Chenle memiliki sifat yang keras seperti ayahnya jadi apapun yang ia mau harus dilakukan.

"Lagian... bukannya bagus ya kalau Chenle dan Sungchan kerja bersama, itu artinya kita bisa membuat Jisung semakin cemburu dan meyakinkan perasaannya." pikir Renjun.

"Iya sih, tapi aku tidak tega melihatnya, karna bagaimana pun dia sudah ku anggap sebagai adikku sendiri." balas Jaemin.

"Sudahlah Jaem, ini demi kebaikan adik mu dan Chenle, aku yakin mereka memang sudah ditakdirkan untuk bersama." ucap Jeno.

"Yasudah besok malam kita kumpul dirumah ku." final Mark.

...

Besok malamnya Mark dan kawan-kawan sudah berkumpul dirumah Mark, sudah ada beberapa snack makanan dan minuman berakohol. Disaat yang lain mempersiapkan makanan dan berberes Mark sedang bersiap-siap untuk menjemput sang adik di bandara.

"Apa kalian ada yang ingin ikut menemaniku menjemput Chenle?" tanya Mark sebelum pergi.

"Hah! Aku ingin sekali ikut tapi aku sangat lelah." jawab Haechan.

"Bagaimana jika uri Jisungie saja yang menemani Mark hyung?" saran Jaemin.

"Oh, iya Jisung. Lebih baik kau ikut Mark hyung saja." Renjun setuju.

"Benar Jisung, kasian Mark hyung jika pergi sendiri." kini Jeno yang bicara.

Karna banyak paksaan dari hyung-hyungnya akhirnya Jisung menerima pergi dengan Mark, lagi pula dia tidak enak jika menolaknya.

"Baiklah tuan aku ikut." ucap Jisung yang membuat hyung-hyungnya tersenyum kemenangan.

Akhirnya Jisung mengambil jaketnya lalu mengikuti Mark dari belakang.

Setelah sampai di bandara Mark dan Jisung menunggu Chenle di starbucks tadi Mark juga sudah mengirim pesan pada Chenle untuk menemuinya di Starbucks.

"Jisung-ssi, ada yang ingin aku bicarakan pada mu." ucap Mark dengan nada serius.

"A-ah iya tuan, kata kan saja." balas Jisung, ia merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

"Tapi kau jangan marah ya." Jisung mengangguk. "Jadi adik ku punya niatan untuk bertukar sekertaris."

"M-maksud tuan?" Jisung bingung.

"Maksud ku, kau dan Sungchan bertukar tempat. Kau bekerja dengan ku dan Sungchan dengan adik ku." jelas Mark.

"Memangnya kenapa tuan? Tuan Chenle tidak menyukai cara kerja ku ya tuan?" tanya Jisung.

"Tidak, bukan seperti itu. Aku juga kurang paham mengapa dia minta seperti itu, tapi dia bilang dia sedang membutuhkan Sungchan."

Jisung mengangguk, ada perasaan kecewa didalam dirinya. Tapi ia bisa apa, ia hanya sekertaris mana mungkin menolak perintah bossnya.

"Kau tidak keberatan kan Jisung-ssi?" tanya Mark memastikan.

Jisung melamun, ia memikirkan gimana nantinya jika dia sudah tidak bekerja dengan Chenle pasti ia tidak bisa sering-sering bertemu seperti sebelumnya.

"Jisung-ssi?" panggil Mark.

Namun tak ada jawaban dari sang pemilik nama.

"Jisung-ssi, kau tak apa-apa?" tanya Mark menyentuh pundak Jisung.

Jisung tersentak. "A-ah? iya maaf tuan saya melamun."

"Kau tidak apa-apa?" Mark memastikan lagi.

"Tidak apa-apa tuan." balas Jisung meyakinkan.

"Baiklah."

"Ada apa ge?" tanya seseorang yang ditunggu.

"Ah baby Leo kau sudah sampai?" Mark mengusap rambut adiknya, sayang.

"Ge, kau dengan nya?" Chenle menggunakan bahasa Chinanya.

"Iya." sahut Mark. "Bagaimana perjalanan mu? Apa menyenangkan?"

"Tunggu-tunggu mengapa kalian memakai pakaian couple?" lanjut Mark.

"Mama, menyuruh kita memakai ini." Chenle mempoutkan bibirnya.

"Sudahlah, ayo baby kita pulang." ajak Mark.

Mark mengambil alih koper Chenle yang berada digenggaman Sungchan.

"Kalian sudah makan?" tanya Mark.

"Sudah dong dipesawat." balas Chenle.

"Kau juga sudah, Chan?" kini Mark bertanya pada Sungchan.

"Sudah tuan tadi bersama Chenle."

"Baguslah, kita langsung pulang saja."

...

"Mwo?!" Chenle terkejud melihat teman-temannya yang tengah berkumpul diruang tamu rumahnya.

"Selamat datang uri Chenle!" teriak teman-temannya saat Chenle memasuki area rumahnya.

"Belum ada seminggu mengapa kalian heboh seperti ini?" Chenle heran melihat kelakuan teman-temannya.

"Duduk lah Chenle, kita sudah memiliki banyak makanan." perintah Haechan.

Chenle semakin heran melihat kelakuan teman-temannya.

"Aku kan tuan rumahnya, mengapa kau yang seperti ini hyung?"

"Kan aku calon tuan rumah disini juga." Haechan tertawa tanpa dosa.

Disaat semuanya sudah duduk Mark mulai membahas rencana Chenle untuk bertukar sekertaris.

"Jisung-ssi juga sudah setuju kan?" tanya Mark.

"Kapan aku bilang setuju? Aku hanya bilang tidak apa-apa untuk kondisiku." batin Jisung.

"Jisungie?" Jaemin memanggil adik juniornya itu.

Renjun melirik Jisung, ia tau perasaan adik junior atasannya itu karna tiap malam Jisung selalu curhat padanya. Renjun pindah
duduk disamping Jisung.

"Kau beneran menerima ini?" bisik Renjun bertanya.

"Mola." balas Jisung malas.

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang