22

1.6K 143 0
                                    

...

Jadi hari ini Jisung sudah berjanji akan menemani Chenle mencari apartemen. Awalnya Jisung berfikir ingin mencari di luaran tapi bukan kah lebih baik jika mereka berada di satu gedung yang sama?

Jadilah sekarang Jisung hanya mengelilingi sekitaran gedung apartemennya. Ternyata Chenle mendapatkan unit di sebrang gedung apartemen Jisung, tidak apa asal masih bisa sering bertemu dari pada di China begitulah pikir Jisung.

"Kapan kau akan pindah?" tanya Jisung pada Chenle.

"Mungkin 3 hari lagi." jawab Chenle.

"Yasudah ayo kita makan siang." ajak Jisung yang diangguki Chenle.

Mereka kembali ke gedung Jisung untuk mengambil mobil Jisung dan mereka langsung pergi menuju salah satu restoran terdekat.

Diperjalanan keadaan sangat hening hanya ada lagu yang terputar di audio mobil Jisung. Chenle menikmati lagu tersebut begitupun dengan Jisung.

"So lucky to have you." nyanyi Jisung sambil melirik Chenle.

"So lucky to be your love." balas Chenle tersenyum.

"I'am." nanyi keduannya.

Mereka sama-sama tersenyum ntahlah mungkin dewa cinta sedang berpihak kepada keduanya.

Setelah sampai mereka langsung menempati salah satu kursi disana dan memesan makanan.

"Zhong." panggil Jisung. "Aku bingung mengapa marga mu dan gege mu berbeda? Bukan kah kalian adik kakak?"

"Kita hanya saudara tiri." balas Chenle. "Mark ge bilang dia tidak ingin mengganti marganya."

Jisung mengangguk paham.

"Eo? Jisungie." panggil seseorang membuat Chenle dan Jisung menoleh berbarengan.

Itu Wony_-

Wanita itu terduduk disamping Jisung dan bergelayut manja, membuat Chenle mual melihatnya.

"Jisungie aku merindukan mu." ucap Wony dengan nada manjanya. "Kau bilang ingin mengajak ku bertemu dengan eomma dan appa mu. Ayo."

Chenle melirik sinis Wony.

"Diam lah, Jang. Kau membuat mood makan ku turun." Jisung kesal melihat perlakuan Wony.

Wony mempoutkan bibirnya tapi itu tak berhasil membuat Jisung luluh justru Jisung semakin kesal melihatnya.

"Zhong, lebih baik kita cari restoran lain." ajak Jisung.

Jisung langsung menarik Chenle dari sana dan meninggalkan Wony sendirian disana.

"Park Jisung sialan." sarkas Wony.

...

"Lalu kita bisa apa sayang, dia sudah membayarnya."

"Kau kan gegenya hyung, setidaknya laranglah dia."

Haechan kesal mengapa suaminya itu tidak pernah menolak kemauan adiknya padahal ini juga demi kebaikan adiknya juga.

"Paksalah dia supaya tetap tinggal bersama kita." ucap Haechan lagi.

"Aku akan coba ya sayang." Mark mencoba menangkan suaminya itu.

"Awas saja jika tidak berhasil, siap-siap tidur di luar." ancam Haechan lalu pergi meninggalkan suaminya sendiri.

Mark bingung bagaimana caranya membujuk adiknya agar mau tinggal bersama.

Hah! Mark menghela nafasnya berat. Ia mengeluarkan ponsel di handphonenya dan segera menelfon Jisung agar mengajak Chenle untuk pulang ke rumah.

Tadi pagi orang tua Chenle sudah kembali ke China mereka membiarkan Chenle tinggal di Korea karna banyak orang yang meyakinkan untuk menjaga anak bungsunya itu.

Setelah menelfon Jisung Mark kembali merebahkan dirinya di sofa ruang tamu, ia kembali menonton tv sambil menunggu kedatangan sang adik.

Lama menunggu akhirnya Jisung datang membawa Chenle dibelakangnya. Mereka menghampiri sang tuan rumah yang masih fokus menonton tv.

"Siang tuan." sapa Jisung.

Mark menoleh dan mendapati Jisung beserta Chenle, ia langsung mengubah posisinya dan menyuruh ke dua orang itu duduk bersama.

"Ada apa ge?" tanya Chenle.

"Kau benar-benar serius akan tinggal diapartemen baby?" Mark menatap mata adiknya dalam.

"Tentu saja ge, aku sudah mendapatkannya." jawab Chenle.

"Kau tau? Echan sangat marah pada ku saat dia tau kau akan tinggal di apartemen." ucap Mark. "Dia khawatir kalau kau tinggal sendirian."

"Jjinja?" Chenle tidak menyangka jika lelaki yang baru beberapa hari ini menjadi kakak iparnya begitu mengkhawatirkannya.

"Aku akan menemuinya dulu." ucap Chenle lalu pergi menuju kamar kakaknya.

Chenle membuka pintu kamar tersebut dan melihat Haechan yang sedang melipat cucian yang mungkin saja baru diangkat dari jemuran.

"Hyung?" panggil Chenle.

Atensi Haechan beralih pada adik iparnya yang masih berdiri didepan pintu.

"Masuklah." setelah mendapatkan izin Chenle segera masuk dan duduk disamping Haechan.

"Sejak kapan kau sampai?" tanya Haechan mengenyampingkan cuciannya.

"Baru saja hyung." jawab Chenle.

Keadaan kembali hening, Chenle melirik Haechan yang mungkin saja moodnya sedang tak baik.

"Hyung." panggil Chenle lagi. "Maafkan aku telah membuat mu khawatir."

Chenle menunduk memainkan jarinya, ia merasa bersalah karna membuat hyungnya itu khawatir.

Haechan meraih tangan adik iparnya. "Mengapa kau meminta maaf?"

"Karna telah membuatmu khawatir."

"Wajarkan seorang kakak mengkhawatirkan adiknya."

Chenle menatap mata sang kakak. "Biarkan aku tinggal sendiri ya hyung, aku janji akan menjaga diri ku."

"Bukannya tidak mengizinkan mu tapi aku khawatir jika membiarkan mu tinggal di luar sendirian." Haechan mengusap surai hitam milik Chenle.

Saat ini Haechan sangatlah berbeda di mata Chenle, biasanya dia melihat Haechan yang slengekan dan brisik tapi kali ini dia melihat Haechan yang soft dan dewasa.

"Percayalah pada ku hyung, nanti setiap bulan aku akan pulang ke sini." Chenle meyakinkan Haechan.

"Tinggalah bersama orang lain Zhong yang dekat dengan mu agar aku tenang." pinta Haechan.

"Iya nanti akan ku cari." final Chenle. "Lebih baik kita kebawah hyung, aku ingin makan masakanmu."

Merekapun pergi ke lantai bawah dengan saling menggandeng tangan satu sama lain.

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang