21

1.7K 150 3
                                    

...

Jadi malam ini Chenle memutuskan untuk menginap dirumah Jisung. Jisung juga sudah mengabarkan bossnya itu bahwa adiknya menginap di apartemennya.

Dan sekarang mereka berada dikamar Jisung dengan Chenle yang terduduk di pinggir kasur Jisung dan Jisung yang sibuk mencari piyama yang cocok untuk Chenle.

Setelah mendapatkannya Chenle langsung pergi kekamar mandi dan mengganti bajunya.

"Sebenarnya ada apa?" tanya Jisung saat Chenle sudah duduk disampingnya.

"Baba ku memaksa ku untuk kembali ke China." jawab Chenle dengan nada yang terdengar sedih.

"Kau menerimanya?" Jisung takut jika Chenle benar-benar akan di bawa ke China.

"Tidak. Mark ge dan hyungnya Haechan hyung sedang membujuk baba supaya membiarkan aku untuk menetap disini." jelas Chenle.

"Apa aku harus ikut membujuknya?" tawar Jisung diakhiri kekehan.

"Tidak perlu, kasian babaku diserang." balas Chenle tertawa.

Jisung memeluk Chenle erat, ia mengecupi kepala Chenle. Biarlah orang mengatakan ini hal lancang yang terpenting ia harus membuat Chenle tenang disisinya.

"Park, apa kau akan menunggu sampai aku siap?" tanya Chenle.

"Sudah jelas bukan jawabannya." jawab Jisung.

"Kau tidak ingin mencari orang lain?"

"Kau ini bicara apa? Kita bahkan baru memulainya kemarin."

"Tapi kita kan tidak ada status, jadi kau bebas memilih siapapun."

Jisung tampak berfikir. "Jika aku bebas memilih siapapun maka aku akan memilih mu, bagaimana?"

Chenle memukul dada bidang milik Jisung. "Ternyata kau pintar menggobal ya, Park."

Jisung membawa Chenle merebahkan tubuhnya dikasur masih dengan posisi saling memeluk.

"Selain pintar menggombal aku juga pintar membuat orang jatuh cinta, kau mau coba?"

Chenle hanya menatap Jisung, heran.

Tapi lama-kelamaan tubuh Jisung semakin maju sampai hidung mereka saling menempel. Chenle memejamkan matanya sedangkan Jisung menatap wajah damai Chenle.

Jisung mengecup bibir Chenle membuat sang pemilik bibir terkejud dan langsung membuka matanya. Chenle membuka mulutnya memberikan celah agar Jisung leluasa menciumnya.

"Eunghh." lenguh Chenle saat kehabisan oksigen.

Jisung melepaskan ciumannya dan menatap wajah sayu Chenle.

"Apa aku harus memerkosa mu agar kau bisa menjadi milik ku seutuhnya?" Chenle menatap Jisung sengit.

"Jangan bodoh Park."

Jisung kembali memeluk tubuh Chenle dan membiarkan pria itu tertidur dipelukannya. Merekapun tidur dengan saling memeluk satu sama lain.

...

Pagi harinya Chenle terbangun dan mendapati wajah Jisung yang sangat dekat dengan wajahnya. Chenle mengusap rahang Jisung, ia masih tak menyangka bisa 1 ranjang dengan orang yang disuka nya itu.

Saat masih sibuk mengamati wajah Jisung tiba-tiba orang itu mengeratkan pelukannya.

"Kau menyukai wajahku?" tanya Jisung yang masih memejamkan matanya.

"Lepas Park." Chenle memberontak dipelukan Jisung, ia tertangkap basah sekarang.

"Kau tidak ingin memberiku morning kiss, hm?"

Chenle menggeleng cepat membuat Jisung mempoutkan bibirnya.

Chup.

Chenle mengecup bibir Jisung sebentar. "Jangan seperti itu Park, sangat tidak cocok."

Jisung tersenyum senang dan semakin mengeratkan pelukannya. "Jangan pulang, tinggalah bersama ku disini."

"Bagaimana bisa begitu, kau mau menculikku." Chenle menggelengkan kepalanya tak mengerti pda orang dihadapannya itu.

Tok tok tok.

"Oppa! Sarapanlah dulu nanti dilanjut lagi." terdengar teriakan Lami dari luar kamar Jisung.

Chenle ingin bangun tapi sayangnya tangan kekar Jisung lebih dulu menahannya.

"Lepas Park, aku ingin mencuci wajahku." Chenle berusaha menyingkirkan tangan Jisung dari atas tubuhnya.

"Ck! Menganggu saja anak itu." Jisung melepaskan pelukannya dan berjalan ke luar kamar sedangkan Chenle berjalan kearah kamar mandi.

Setelah berkumpul mereka langsung sarapan bersama. Sedari tadi Chenle dan Lami sibuk mengobrol sampai membuat Jisung heran, mengapa sepupunya itu sangat nempel ke Chenle apa dia juga menyukainya?

Selepas sarapan Jisung langsung pergi ke ruang tamu, dia menonton tv bersama Lami sedangkan Chenle memaksa untuk menyuci piring bekas ia sarapan tadi padahal Jisung sudah melarangnya.

Dirasa cucian piring sudah bersih semua Chenle menghampiri Jisung dan Lami yang masih sibuk menonton tv.

Chenle mendudukan dirinya disamping Jisung dan langsung dipeluk oleh sang empu. Chenle menyenderkan diri pada sofa dan fokus pada tontonan didepannya ia tak perduli dengan pelukan Jisung.

"Jisung oppa mengapa sangat manja pada Chenle oppa, padahal kan Chenle oppa atasannya." ucap Lami membuat atensi keduanya teralih padanya.

"Kau iri tidak bisa seperti ini?" sahut Jisung.

"Lihat saja, jika Chenle oppa aku ambil kau akan menangis-nangis." kata Lami terdengar sangat sarkas.

"Jangan macam-macam." peringat Jisung.

"Sudahlah Park, Lami hanya bercanda." lerai Chenle.

Lami pergi kekamarnya menyisakan Jisung dan Chenle di ruang tamu.

"Sepertinya kau tidak bisa berlama-lama disini, Zhong." Chenle terkejud mendengar perkataan Jisung.

"Kenapa?" tanya Chenle.

"Aku khawatir dengan Lami. Dia sepertinya tidak bercanda dengan yang dikatakannya tadi." jawab Jisung.

Chenle menyenderkan kepalanya pada bahu kokoh Jisung. "Tenang saja, aku tidak akan semudah itu berpaling."

"Tetap saja aku takut."

Chenle menegakkan tubuhnya dan menatap wajah Jisung.

"Baiklah, lebih baik kau temani aku mencari apartemen supaya aku tidak berlama-lama disini." Jisung melirik Chenle heran.

"Mengapa tiba-tiba ingin mencari apartemen?" tanya Jisung.

"Ya karna aku tidak mungkin tinggal bersama gege ku lagi, dia sudah memiliki keluarga sekarang aku tidak ingin merepotkannya lagi." jelas Chenle.

"Sebenarnya aku ingin sekali mengajakmu tinggal disini bersamaku tapi ada Lami." ucap Jisung lesu.

"Tidak apa, aku mengerti."

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang