4

2.4K 217 0
                                    

...

Jisung memasuki bus dan melihat Chenle yang sudah terduduk disana dengan aerphone yang bertengger dikedua telinganya.

Jisung mengambil posisi disamping Chenle dan orang itu belum menyadarinya. Sepertinya memang itu sifat Chenle, jika ia sudah fokus akan sesuatu pasti yang lain dilupakan.

"Selamat pagi tuan Zhong." sapa Jisung.

Chenle menengok kearah Jisung lalu menyapanya balik. Jisung menatap bossnya yang sudah kembali fokus pada pemandangan jalanan luar bus.

Setelah turun dari bus Jisung langsung berjalan dibelakang Chenle.

'Bagaimana mungkin anak kecil seperti dia sudah menikah? Bahkan kulitnya sangat mulus tidak seperti orang yang sudah menikah.'

Lagi-lagi Jisung memikirkan hal yang kemarin membuatnya menganga tak percaya. Ia masih belum yakin jika bossnya memilik suami tapi yang kemarin ia lihat benar-benar nyata.

Chenle memasuki ruangannya begitupun dengan Jisung, ia mulai membuka leptopnya dan memulai pekerjaannya.

Hari ini hawanya cukup dingin mungkin karna mulai memasuki musim dingin tapi mengapa tadi ia melihat Chenle hanya menggunakan jaket biasa, apa ia tidak kedinginan?

Sibuk dengan pikirannya ia sampai tak sadar dengan telfon yang berbunyi.

"Ya hyung?"

"..."

"Tumben sekali hyung?"

"..."

"Ah baiklah."

Tak lama sambungan terputus dan Jisung kembali memfokuskan diri agar pekerjaannya selesai sebelum jam makan siang.

Sedangkan Chenle sibuk berbicara dengan laki-laki didalam ruangannya.

"Sebenarnya aku sangat malas keluar hyung." ucap Chenle dengan nada lesu.

"Ayolah Chenle-yaa, kau seperti anak perawan saja." sindir Jeno.

"Jaga mulut mu hyung." Chenle memicingkan matanya melirik Jeno.

"Sudahlah Chenle aku memaksamu. Lagian juga ada Mark hyung disana." final Jano kembali merebahkan dirinya disofa kantor Chenle.

"Ya ya, lebih baik kau kembali kekantormu dari pada membuat kerusuhan disini."

"Aku gabut disana."

"Gabut atau kau malas karna tak bertemu pujaan hatimu hyung?" goda Chenle.

"Diam Zhong, lebih baik kau lanjut bekerja nanti saat makan siang bangunkan aku."

Chenle tak menggubris ucapan hyungnya dia justru lebih fokus pada berkas-berkas didepannya.

Beberapa kali Jeno mendengar helaan nafas dari diri Chenle. Jeno sebenarnya sedikit kasian mengingat Chenle yang masih kecil tapi sudah harus mengelola perusahaan yang cukup besar. Jeno saja sering kwalahan.

Sudah berjam-jam Jeno tertidur dikantor Chenle dan semua tugas Chenle juga sudah selesai, dan sekarang mereka ingin makan siang bersama dengan Mark yang menunggu direstoran dekat kantor Chenle.

"Hyung aku yakin Jaemin hyung akan menang satu langkah dari mu." ucap Chenle tanpa dosa.

"Diam Zhong, aku tak ingin membahas ini." peringat Jeno.

Chenle mempoutkan bibirnya. Mereka berjalan menyusuri beberapa toko dari kantor Chenle sampai akhirnya mereka masuk ke satu restoran cepat saji.

Jeno membuka pintu restoran tersebut dan matanya tertuju pada meja yang tak jauh disana. Disana ada Renjun yang sedang makan bersama dengan Jisung dan Jaemin.

Jeno melewati meja itu tanpa mrlirik sedikit pun membuat Chenle keheranan.

"Siang Renjun-ssi." sapa Chenle dengan senyumnya.

"Siang Chenle-ssi." balas Renjun.

Chenle melanjutkan jalannya menghampiri Jeno.

Jisung melihat kearah Chenle dan ini kali pertama ia melihat Chenle tersenyum, tapi mengapa hanya ke Renjun?

Jisung memperhatikan Chenle dari mejanya, ia melihat Chenle yang berbeda. Chenle yang bisa tersenyum dan itu sangat lucu dimatanya.

"Kau menyukainya Jisung-ah?" tanya Jaemin yang sadar akan tatapan Jisung.

"Tidak, aku heran mengapa dia sering kali menggonta-ganti laki-laki, bukankah dia sudah menikah?" tatapan Jisung masih tertuju pada bossnya yang sedang sibuk bercanda dengan laki-laki yang bersamanya.

"Maksud mu menikah?" tanya Renjun heran. "Bukankah ia tak memilik pacar?"

"Tapi sedari kemarin ia selalu membawa laki-laki kedalam ruangannya." jawab Jisung.

"Bilang saja kau cemburu, Park. Dilihat-lihat dia lumayan lucu." Jaemin mengikutin arah pandangan Jisung.

"Jangankan mempunyai suami, perasaanmu dibalas saja itu sebuah keberuntungan."

"Kenapa?" Jaemin melihat kearah Renjun, meminta penjelasan.

"Jeno bilang dia mengalami philophobia, makanya dia terlihat seperti orang yang cuek karna ia takut memiliki perasaan kepada seseorang." jelas Renjun.

"Tapi mengapa dia memiliki banyak laki-laki?" tanya Jisung heran.

"Setauku dia hanya dekat dengan Jeno, Haechan dan Mark hyung." jawab Renjun ragu.

"Aku sarankan jika kau menyukainya kejar, jangan sia-siakan apalagi dia memiliki trauma." ceramah Jaemin.

"Aku tidak menyukainya hyung." peringat Jisung sekali lagi.

"Siapa tau nanti kau menyukainya." ucap Jaemin.

Jaemin melihat Renjun yang sedang memperhatikan Jeno disana, ia tau jika Renjun juga memiliki perasaan pada Jeno.

"Kau ingin menghampiri Jeno?" tanya Jaemin pada Renjun.

Renjun mengalihkan pandangannya pada Jaemin. "Apa boleh?"

Jaemin mengangguk.

"Terima kasih." Renjun langsung pergi menghampiri Jeno.

"Hyung kau serius?" tanya Jisung tak percaya pada hyungnya itu.

"Tidak apa." jawab Jaemin.

Disisi lain Renjun menghampiri Jeno, Chenle dan juga ada Mark disana.

"Hai." sapa Renjun.

Semua mata disana menatap kearah Renjun.

"Renjun-ssi duduk lah." suruh Chenle sedikit menggeser kursinya.

"Kau dengan siapa disini?" tanya Mark pada Renjun.

"Aku? Aku dengan atasanku hyung." jawab Renjun.

Mark hanya mengangguk. Renjun menatap Jeno yang masih fokus pada makanannya.

"Renjun-ssi, kau mau?" tawar Chenle.

"Tidak perlu Chenle-ssi aku sudah makan." tolak Renjun ramah.

"Pesanlah minum, Njun." perintah Mark.

"Tidak perlu hyung, aku juga tidak akan lama disini." tolak Renjun lagi.

Lagi-lagi Mark hanya mengangguk.

...

My Secretary |ChenJi|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang