Chapter 18.

44 4 8
                                    

Love Me Like That - Sam Kim

◂◂ ► Ⅱ ▸▸

Valery tengah bekerja saat ini. Beberapa jam yang lalu ia benar diantar oleh Resta. Sebenarnya, maksud Valery antarnya ketika dia benar-benar pulang menuju ke rumah, tapi tadi Resta malah main langsung menariknya ke parkiran, hingga disana akhirnya Valery memberi tahu bahwa ia bekerja paruh waktu dan sampai pada akhirnya Resta tetap mengantarnya sampai ke cafe.

Jadilah Resta mondar-mandir. Perjalanannya yang tadinya hanya cukup sampai ke rumah Valery habis itu balik lagi untuk eskul, menjadi cafe-balik ke sekolah untuk eskul-cafe-baru rumah Valery. Iya, hari ini Resta juga ada jadwal eskul, awalnya Valery tak tahu, ia baru tahu saat ia diturunkan di depan cafe. Kalau tahu lebih awal, lebih baik Valery tadi tak memintanya. Dia jadi tak enak pada lelaki itu.

Sekarang posisinya tengah bersandar lengan pada meja kasir sambil memandang kaca jendela cafe yang memampangkan jalanan raya. Entah apa yang ia tunggu.

"Valery, kamu bisa tolongin bikin rosemary tea buat meja no. 6?" Nina tiba-tiba membuyarkan lamunannya.

"Ah, iya, kak," sadar Valery, akhirnya terhenyak dari lamunannya. Ia kemudian bergegas ke arah mesin teh.

Valery baru saja menaruh cangkir teh ketika lonceng di atas pintu berbunyi. Ada senyuman simpul yang membuat hatinya sedikit menghangat disana. Raut mukanya langsung berubah menjadi dingin sehabis menyerahkan pesanan tersebut pada pelanggan.

"Hihi," Resta dengan anehnya terkekeh. "Gue pulang cepet, dong."

Garis mata Valery menukik tajam, seperti biasa, "Terus? Ngasih efek apa buat gue?"

Resta memanyunkan bibirnya kedepan. Tak, asik, Valery tak tahu maksudnya. Dia 'kan pulang cepat karena ingin bisa segera bersama perempuan ini.

Kalian mau tahu gak kisah sebenarnya gimana? Resta yang mengundurkan diri lebih cepat. Sebagai pengurus— apalagi dia adalah seorang kapten sekaligus ketua, sudah menjadi tugas, keharusan, dan kebiasaan dia pulang lebih lama untuk mengurus hal-hal ini dan itu. Tapi hari ini untuk pertama kalinya, dia menganggurkan tugasnya begitu saja, yang lain baru menenteng tas dia sudah lari keluar secepat kilat. Pak pelatih pun sampai bingung.

Hanya Aji disana yang tahu apa penyebabnya. Demi menjaga rahasia sahabatnya, dia pura-pura tak peduli melihat pemandangan itu.

Karena mulai detik momen di saat biang lala itu, ia harus menjadi matahari untuk gadis ini.

"Valey, mau buat apa?" wajah Resta terpampang pada kaca etalase dari bilik depan ketika Valery dari dalam tengah mengambil salah satu cake.

Orang cuma mau ngambil, buat lagi. Valery 'kan lagi gak ngambil bahan-bahan untuk buat sesuatu.

Lalu juga, kenapa, sih, dia mulai sekarang-sekarang ini suka banget manggil 'Valey'?

Resta yang tadinya membungkuk untuk melihat wajah Valery dari kaca etalase yang cantik sama seperti subjek yang ia amati—mulai mengangkat wajahnya ketika disana Valery juga mulai berdiri tegap, "Gue mau cheesecake strawbery, sama peach tea, boleh?"

Dengan dengusan kecil yang tak kentara, Valery kembali membungkuk lalu mengambil cheesecake strawberry yang lelaki ini inginkan tadi dari etalase. Dorongan kecil diberikan ketika mengantarkan cheseecake itu lebih mendekat dari sang pemesan. Ia lalu memulai mengerjakan permintaan kedua si pelanggan bawelnya, dengan cepat membuat peach tea, menyerahkannya dengan perlakuan sama seperti ketika menyerahkan cheseecake tadi. Setelahnya, Valery hanya melirik Resta lalu berjalan mengantar pesanan pelanggan yang lain. Anehnya Resta malah tertawa.

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang