Chapter 12.

44 7 6
                                    

Hai! Apa kabar?

Apakah semua sehat?

Anwys, here's chapter 13. Happy Reading!

◂◂ ► Ⅱ ▸▸

Penampakan keseharian dari mereka setiap di sekolah. Anin, Valery, Nabila. Dengan Anin yang banyak tingkah, Nabila yang kewalahan menghadapi tingkah Anin, dan Valery dengan ekspresi dinginnya seolah-olah setiap hal yang dilewatinya akan menjadi beku, sama seperti karakter Elsa di animasi Frozen ketika kutukan didalam dirinya belum hilang.

Sejujurnya, tak satupun dari mereka yang ingin pergi ke gedung IPS, kecuali Anin. Dia dapat kenalan di jurusan tersebut.

"Anin, Anin. Kalau mau ngebucin mah gak usah ajak-ajak napa," celoteh Nabila.

"Yeh, daripada lu gak ada kerjaan," sahut Anin.

"Kalau lu berdua doang, mana mungkin bisa bikin suasana," kalimat kedua yang digumam Anin, sampai tak bisa terdengar oleh siapapun.

"Mana sih, orangnya?" Nabila sudah marah, ini bukan niatannya, "Dari tadi muter-muter gak ketemu juga."

"Hish, sabar lah," dengus seorang Anin.

Mereka terus memutari area kawasan IPS. Valery masih dengan sabar menuruti apa yang Anin mau, kalau ditanya apakah Valery juga merasa geram? Tentu, iya, sama kok seperti Nabila yang sedari ikut mukanya masih tak enak.

"Udahlah! Lu cari sono si Tara, Tara, dublek. Val, lu kalau ditinggal samper gue aja di toilet," final Nabila yang memilih meninggalkan.

Anin spontan berusaha mencegah, "Eh, eh! Yah, dia ngambek."

"Yang itu bukan sih, Nin, orangnya?" tunjuk Valery tiba-tiba pada seorang cowok yang sedang mengobrol dengan salah satu perempuan.

Anin memicingkan matanya, "Eh, iya, Val. Bener yang itu. Kok lu bisa tau, sih? Kan gue belum pernah tunjukin."

Valery bisa tahu karena tadi dia mendengar suara perempuan yang memanggil nama 'Tara.'

Anin dengan begitu saja menghampiri sosok tersebut. Valery dibuat tak tahu harus berbuat apa karena baru saja ia ingin menahan Anin, perempuan tersebut sudah memperlancar aksinya. Hah, ya sudah, akhirnya Valery pergi menyusul Nabila di toilet terdekat.

Seharusnya Nabila bertempat di toilet dekat sini. Lagi pula juga untuk apa jika misal dia pergi ke toilet yang lebih jauh, mereka tak begitu teradaptasi dengan kawasan ini. Dirasanya juga, jika Nabila ada urusan di toilet sepertinya, sih, sudah selesai menurut waktu yang telah terhabisi. Jadi, Valery langsung memasuki toilet tersebut, tapi tampaknya sosok yang ia cari tak ada disini. Toilet penuh dengan perempuan berseragam dengan logo IPS di badge pundak mereka.

"Ada liat yang tanda badge IPA gak yang masuk kesini tadi?" tanya Valery kepada mereka.

Mereka semua reflek menggeleng. Siswi terlama yang berada di toilet ini menambah, "Dari tadi gak ada anak IPA yang masuk kesini."

Ah, sial. Pasti ini Valery ditinggal begitu saja olehnya. "Makasih, ya."

Valery lantas bergegas kembali ke tempat dimana si Anin bertemu pujaan hatinya. Tapi saat sampai disana, Anin sudah tak ada.

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang