Chapter 10.

72 9 22
                                    

Hai, gimana kabar kalian semua?

 Smash star button dulu yuk sebelum baca 

Oh ya, aku sengaja naruh judul lagunya di tengah paragraf, bukan di awal-awal intro  karena menurut aku rasanya lebih cocok & pas aja kalau di play pas di bagian tersebut.

Tapi terserah kalian juga, mau play-nya pas kapan :D

Lagunya enak banget, bikin aku tenang! T T

Oke, selamat membaca!

Oke, selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◂◂ ► Ⅱ ▸▸

Kilatan putih menusuk menjulam panjang menghiasi langit sore itu. Tetesan dari derasnya jatuhan air hujan memecah saat menghujam aspal jalanan. Air hujan tersebut ikut berpecah mengenai jaket kulit dan helm yang dikenakan Resta.

Lelaki tersebut menambah kecepatan speedometer pada motor besar hitamnya di jalan sepi dan basah. Tak peduli sudah berapa kali ban motor membuatnya tergelincir. Resta hanya ingin menghindari hujan.

Tak ada orang lain selain dirinya diatas jalanan ini. Kecuali, seorang gadis yang baru ia tangkap dari pandangannya, duduk meringkuh di halte kosong sebrang dengan tembok yang dicoreti pilox. Terlihat mungil. Resta kira tadinya itu penampakan seorang penunggu halte disana, dia sebelumnya sampai terkejut sehingga hampir oleng dari motornya. Ia berhenti di tepian, lalu menatap gadis tersebut lebih seksama. Resta membuka sedikit kaca helmnya.

Orang gila mana yang duduk sendirian dikala langit sudah begitu gelap, ditengah basahan hujan yang menderasnya. Seperti orang yang tak punya rumah. Halte tersebut terpasang atap namun gadis tersebut malah duduk ditempat yang tidak beratapnya. Rambutnya dibiarkan basah begitu saja padahal ia memakai jaket yang terdapat tudung.

Gadis itu mengangkat kepalanya sebentar, mengusap air mata yang bercampur air hujan di wajahnya lalu kembali menenggelamkan, kembali menekuk dirinya di guyuran deras hujan.

Wait, tunggu sebentar. Bukannya itu... tunggu, tunggu. Resta seperti mengenali wajah tersebut. Dia mengucek matanya sekali lalu berusaha melihat lebih jelas dari kejauhan.

Bodoh.

Helaan nafas yang terdengar seperti suara tak habis pikir dikeluarkan oleh Resta.

Sebenarnya Resta tak mau menambah kelelahannya dari sehabis tournament basket, namun perasaanya tak bisa tertahan untuk mendekati gadis yang berada di seberang sana. Resta menarik pedal gasnya. Bersiap untuk memutar balik mencari garis kosong untuk sampai menyebrangi jalan sana.

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang