Chapter 2.

125 25 14
                                    

In Your Eyes - The Weeknd

◂◂ ► Ⅱ ▸▸

Suasana pagi di kelas hari ini, ricuh. Beberapa ada yang tak menyangka bahwa mereka di satu kelas lagi dan beberapa lainnya lagi ada yang mulai sok akrab. Valery lebih menyibukkan diri dengan membaca note-nya, sedangkan Nabila yang disebelahnya memandang ke sekitar. Biasanya di waktu sekarang, Valery sedang enak-enakan tiduran di kasur dibanding duduk di tempat seperti ini, kegiatan biasa paginya terhapus karena kegiatan pembelajaran sekolah sudah kembali datang.

Gebrakan buku dari Bu Sinta yang datang tanpa terdengar suara langkahan helss-nya mengalihkan perhatian mereka semua dan membuat mereka kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Pagi semua!" sapaan mulainya.

"Pagi, bu!"

"Ibu ingin absen dulu ya, sebelum kalian ke pelajaran pertama. Mungkin aja masih ada yang nyasar sama kelasnya," basa-basi Bu Sinta yang dibalas kekehan.

"Gak mungkin, lah, bu!"

Perempuan berumur 30-an itu mulai mengabsen sampai ke nama murid paling terakhir.

"Woy, lu nyolong pulpen gue, ya?"

"Apaan sih... Gue aja baru nemu nih!"

"Itu pulpen gue, oncom! Gak nyolong apaan lu? Sama aja lu nyolong, main ngambil-ngambil aja!"

Keributan itu membuat Bu Sinta yang telah mengakhiri absensi menengok ke arah mereka berdua, "Itu siapa, sih? Aji! Saddam! Diam kalian!"

"Baru masuk aja udah rebutan pulpen," sahut salah satu siswi.

"Saya nggak punya pulpen, bu," bela yang bernama Saddam.

"Tapi lu gak usah nyolong juga!" marah si Aji.

"Yaelah, Ji. Pinjemin apa, kan lu sohib gue," Saddam memasang ekspresi sedihnya.

"Sudah! Sudah! Diam! Saddam, emangnya kamu gak punya persiapan hah, buat masuk sekolah?" bentak Bu Sinta kepada mereka berdua.

Kericuhan di kelas kembali terhenti ketika seorang cowok masuk begitu saja ke dalam kelas dengan nafas terengah-engah beserta sedikit peluh di pelipis yang membanjiri.

"Ibu... Maaf...." ucapnya berusaha mengambil oksigen di sekitarnya, "Saya telat."

"Aih, bener, Val. Dia sekelas sama kita," ucap Nabila dengan bisikan penuh excited.

Bu Sinta kembali mengambil buku absensi dan melihat bahwa ada satu nama yang terlewat. 'Faresta Ray Athalla' cowok yang telat tersebut.

"Oh! Yaudah, gak apa-apa. Kamu boleh duduk," ucapnya mempersilahkan. "Lain kali jangan di ulangi lagi, ya!"

"Wah, wah, gak bisa, bu!" Aji berdiri dari duduknya, "Diskriminasi nih bu namanya."

Saddam pun yang duduk disebelahnya ikut-ikutan, "Masa langsung dibolehin duduk, sih, bu?"

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang