Chapter 29.

21 4 9
                                    

" I think i've seen this film before, 

and i didn't like the ending. "

◂◂ ► Ⅱ ▸▸

Resta sampai di lorong koridor serba putih ditambah dengan aroma khas rumah sakit. Sedari tadi ia dengan patuh terus mengikuti Oki dari belakang, layaknya anak ayam yang mengikuti induknya.

Mereka akhirnya sampai di depan suatu ruangan. Resta dapat melihat keluarga Valery yang berkumpul dengan wajah risaunya masing-masing. Oki yang baru datang juga sama herannya karena makin banyak member yang bertambah. Semua keluarganya kini ada menatap tersemerat harapan jendela ruangan tersebut.

"Loh, kamu—" ucap Azizah terkejut ketika melihat wajah yang pernah main ke rumahnya dulu, "Resta?"

"Halo, tante. Ketemu lagi. Iya, saya Resta," Resta membungkuk sopan kepadanya, tak lupa juga dengan Silvia yang berdiri di samping Azizah. Di belakang Azizah berdiri ada Kenan tengah memangku Qahtan yang tertidur.

"Nan, kamu gak sekolah?" tanya Oki kepada remaja tersebut.

"Enggak, bang," jawabnya ia pada Oki.

Gimana dia mau kesekolah kalau dirinya terus diliputi rasa khawatir. Belum lagi dia harus menjaga adiknya, Qahtan yang belakangan ini menjadi sering menangis.

"Lu, Kal? Kenapa gak ke sekolah juga?" Oki menunjuk Haikal yang duduk disamping Kenan.

"Kenan, gak sekolah, Haikal juga gak ke sekolah," jawab Haikal yang ingin dihadiahi oleh Oki sebuah jitakan.

Cuma Haikal doang memang yang masih berani bercanda-canda di kala waktu semuanya tengah risau ini. Tetapi seenggaknya dia berhasil membuat orang-orang disini terkekeh sebab sedikit terhibur. Memang terkadang orang seperti Haikal dibutuhkan untuk merubah sedikit warna mood suasana.

"Valey tadi afeknya sempat naik lagi," Silvia memberi tahu pada anak sulungnya tersebut, "Dia barusan habis dibius obat penenang. Kayaknya masih tertidur."

Oki menatap pintu berwarna cream tersebut yang tengah mengurungi Valery di dalamnya, "Kayaknya lu belum bisa ketemu dia di waktu sekarang."

Resta tersenyum kecil. Tak apa, ia terbiasa menunggu tanpa putus asa.
Resta akan tetap disini menunggu sampai bisa melihat bola mata biru indah Valery.

"Resta, sini duduk," Azizah mulai mendudukan dirinya di kursi satu panjang. Mengalihkan perhatian Resta karena perintah halus itu.

Resta berjalan mendekat padanya. Lalu mengambil duduk di samping beliau. Wanita tersebut memberikan senyuman padanya yang amat terlihat sangat mulia nan cerah, "Jadi perjalanan kamu sama ponakan tante udah lebih jauh lagi, ya?"

Azizah seolah dapat mengetahui bahwa tampaknya usaha Resta telah membuahkan hasil saat melihat pria tersebut datang menjenguk ponakannya.

Resta tertawa kikuk malu-malu.

Melihatnya seperti mengingat masa mudanya dulu bersama mantan suaminya.

"Ngeliat kamu disini, sepertinya kamu sudah tahu kisah tentang Valery, ya?" tanya Azizah masih menatap Resta teduh. "Kita gak ngajak siapa-siapa lagi sedari dulu untuk ngelihat kondisi Valery selain keluarga dan 2 sahabatnya sedari kecil. Sekarang, nambah jadi ada kamu. Kamu udah menjadi orang spesial bagi Valery."

Azizah kemudian mengendikkan dagunya pada 2 bocah remaja dan 1 bocah kecil yang sudah mulai bangun, terlihat dari caranya mengucek mata, "Kamu bisa bujuk adik-adik Valey ke sekolah?"

"A--dik? Adik yang mana?" ucap Resta memberikan tatapan tak dapat mencerna semuanya.

"Loh, kamu belum tahu? Tante kira kamu sudah tahu soal hal itu juga," ucap Azizah sedikit tak menyangka karena perkiraan salahnya.

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang