bonus chapter (3);

18 1 0
                                    

I'll Be Okay (If You Stay) - Julia Carbajal

I'll Be Okay (If You Stay) - Julia Carbajal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

◂◂ ► Ⅱ ▸▸

Ya, disinilah aku sekarang. Sudah lewat lebih dari 5 tahun aku bersamanya. Bersama dengan orang yang aku sayangi dan cintai.

Dia yang sampai detik ini ada menemaniku, mengertiku, memedulikanku, dan selalu melindungiku.

Ya, Faresta. Dia adalah Resta, atau bisakah ku bilang Resta-ku?

Walaupun banyak masalah yang telah ia lewati, begitu juga denganku, tetapi kini kami benar-benar bisa melewatinya.

Orang yang begitu konyol dan sangat tidak jelas, tapi aku selalu menyukai apapun kekonyolan dan ketidakjelasan darinya. Yang tak disangka dari sifat itu ternyata menyembunyikan sifat-sifat menakjubkan lainnya.

Lucu rasanya setiap mengingat betapa gigih dan keras kepalanya ia semasa itu.

Aku tak menyangka uluran tangan semasa aku di hukum itu, bisa berubah menjadi suatu hal yang besar. Tak pernah terpikir bahwa aku dan dia akan menyatu. Takdir memang selalu punya cara yang tak teduga.

Kini, aku berusaha untuk selalu ada untuknya juga. Memberikan yang terbaik padanya. Resta... pantas untuk menerima hal-hal menakjubkan lebihnya dariku.

Kini juga, hidupku berjalan baik-baik saja. Aku lebih bahagia, segala permasalahan dikehidupanku telah terselaikan.

Terima kasih juga kepada tuhan telah mengirimkan orang-orang yang menguatiku. Terima kasih juga atas pelajarannya. Terima kasih akhirnya kau membuatku bahagia,

Bersama orang yang aku sayangi, orang tuaku, adik-adikku, sahabatku, sepupuku, dan lelakiku.

"Romantis juga ya kamu," ucap Resta tepat ketika Valery kembali memasuki dapur.

Melihat buku apa yang tengah pria itu genggam, Valery lantas membelalak panik dan buru-buru meraihnya.

"Faresta!"

Langsung saja Valery berusaha mengambil buku diary itu, walaupun dicegah-cegah oleh Resta tapi akhirnya ia berhasil mendapatkannya.

Ia memeluk buku itu erat dengan wajah ditekuk dan bibir memerucut seperti bebek, seakan tidak boleh dipegang oleh siapapun lagi. Jangan lupa, kini wajahnya juga sudah benar-benar merah, menahan malu. Kenapa buku ini bisa sampai ada ditangannya?

"Aku liat tadi di atas kulkas," jawab Resta seakan-akan dapat mendengar pertanyaan batin Valery.

Ah, pantas saja. Valery baru ingat kalau ia menaruh sembarangan buku diary sedari kecilnya ini setelah menulis tulisan yang dibaca Resta tadi karena bel rumah yang berbunyi.

Resta terkekeh, "Coba bacain," usilnya lagi.

"Enggak, ah, males," Valery menahan malu, lalu pergi ke arah kamar— kembali menaruh lagi buku di tempat yang semestinya.

Ponsel yang ada di sakunya berdenting.

Walaupun masih kesal tetapi ia tetap keluar menemui Resta dengan wajah yang masih cemberut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walaupun masih kesal tetapi ia tetap keluar menemui Resta dengan wajah yang masih cemberut.

"Bentar lagi, ntar juga orangnya keluar, nih." Tepat saja setelah Resta berkata seperti itu, Valery sudah berada dihadapannya lalu berdiri disampingnya menampilkan wajahnya yang masih kesal pada kamera laptop.

"We'eleh, kenapa tuh muka? Cemberut ae," kaget Revaldy saat melihat wajah Valery. "Res, lu apain tuh sepupu gue?"

Resta yang ditanya mengalihkan pandangannya ke Valery dengan tersenyum, "Ngambek dia, abis gue baca buku diary-nya."

Valery pun memukul lengan Resta.

"Yaelah, udah tunangan kok jadi ngambekan mulu," sahut Revaldy, "Gue aja pernah kok Res, baca buku diary-nya dia."

"Terus lu kena amukan juga?"

"Enggak dong gue. Gue juga waktu itu posisinya gak sengaja buka tapi si Valey santai ae pas gue baca, padahal dia liat gue lagi baca."

Resta pun langsung menghadap kearah Valery lagi, "Valdy aja gak kena amukan, kenapa aku iya? Masih aja nih kamu mah ngebeda-bedain." Kini gantian Resta yang ngambek.

"Lah, emang kamu mau disama-samain?" delih Valery.

Revaldy yang melihat dan mendengarkan dua sejoli itu bertengkar hanya terkekeh, "Weh, udah dong, niat mau ngeliat lu pada jadi pada ngeliat lu berantem. Jangan lupa pulang lu."

"Iya, pasti pulang, lah," jawab Valery.

Posisi mereka berdua sekarang berada di London. Study S2 mereka kebetulan bersamaan di salah satu universitas di kota ini.

"Eh, gue cabs dulu, ya. Istri gue manggil. Sehat-sehat kalian!" tutup Revaldy.

"Ya, sehat-sehat buat lu juga sekeluarga," ucap Resta.

"Salam buat Kira, ya, Val!" ucap Valery.

"Enak, ya, bisa manggil istri gitu," ucap Resta setelah sambungan terputus.

Valery yang selesai menutup laptop menggulirkan pandangan aneh kepada Resta, "Ngode, pak?"

Resta membalas dengan terkekeh mesem-mesem saja. Tak lama ia mengkerutkan hidungnya karena aroma yang tidak sedap mulai memasuki radar penciuman, "Kok kayak bau gosong-gosong, ya?"

"Kamu emang masak apa, sih?" delik Valery.

"Anjir! Popcorn-nya!" Resta melesat ke counter penggorengan.

Voila! Ketika membuka tutup panci itu popcorn yang harusnya berwarna putih telah berubah menjadi hitam gersang.

Valery mendesah berat disana, "Makanya, kalau orang lupaan jangan keseringan sok-sok an masak."

Pasalnya sudah belasan kali makanan yang dimasak Resta berubah menjadi hitam karena kelupaan. Seringnya penyakit pikun Resta datang di berbagai macam hal setelah ia benar-benar masuk ke jenjang perkuliahan. Padahal rambutnya belum berubah menjadi abu-abu dan tak ada tanda-tanda garis keriput.

Popcorn yang hitam sudah dibuang oleh Valery. Kini ia mengambil lagi bungkus biji jagung yang baru, lalu membersihkan bekas panci yang sedikit menghitam karena ampas popcorn.

Resta dari arah belakang melingkari lengannya disekitaran pinggang Valery seiringan menyandarkan kepala diatas pundaknya. Senyumnya menungging keatas tinggi dengan pejaman mata bahagianya.

"I love you, so much. Valey, i love you!" ucap Resta.

Valery yang mendengar kalimat itu tepat di telinganya mendengus, "Random banget."

Tiba-tiba sekali pikirnya.

"Kamu gak mau bales?" Resta mengubah posisi kepalanya menghadap Valery.

Valery tertawa halus disana, "Love you too, Faresta."

•❅•

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang