Chapter 11.

55 10 7
                                    

Night Air - DOYOUNG

Play lagu di mulmed, tuh, lagunya enak.

◂◂ ► Ⅱ ▸▸

Valery tengah duduk di teras rumah sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Valery tengah duduk di teras rumah sekarang. Menatap langit malam dimana bulan sudah kembali muncul setelah hujan melewatinya. Menghirup aroma bekas hujan yang meresap kedalam tanah dan berbekas di daun-daun tanaman rumah. Ia sehabis menangis tadi.

Pulang dengan keadaan basah kuyup, disapa oleh tangisan kerisauan Ibu dan tatapan Ayah yang sama dengan keadaan Ibu. Valery merasa bersalah. Hal itu membuat hatinya seperti tergores. Satu kesalahan lagi yang menyisakan rasa baru di orang tua. Ini sudah jam 10 lebih, harusnya pintu rumah sudah tertutup rapat, tapi Valery disini untuk menenangkan hatinya.

Tak disadari bahwa ada Oki yang sedaritadi mengamatinya, tengah bersender di kayu pintu kemudian memutuskan untuk menghampiri Valery, "Woy! Bengong aja!"

Kejut yang diberikan Oki membuat Valery menoleh cepat kearahnya. Oki mendudukan dirinya di kursi sebelah Valery. Lelaki itu kemudian meletakkan sesuatu yang ia genggam sedaritadi, "Nih, ketinggalan tadi di mobil."

Cokelat pemberian Resta tadi. Valery terkejut dan dengan cepat langsung mengambilnya.

"Siapa lu sih dia?"

"Bukan siapa-siapa," jawab Valery apa adanya.

"Masa' dah?" ucap Oki masih ingin menggali lebih dalam lagi.

Namun, Valery memberikan geraman yang membuat Oki merespon dengan, "Iya, iya. Galak. Enggak lagi, deh."

Ada satu hal yang mengaliri rasa ketakutan Oki. Bukan karena siapa orang baru yang ia lihat tadi bersama Valery. Bukan. Entahlah, Oki merasa ada sesuatu yang mengganjal perasaanya. Oki merasa bahwa akan ada suatu kejadian besar yang terjadi jika tuas gas tersebut terus didorong. Akan ada suatu ledakan jika bom tersebut mulai terasa panas. Mengarah ke kebahagiaan atau kesengsaraan. Tapi Oki berharap, sang pemilik bisa menurunkan kecepatan pada tuas gasnya, Oki berharap sang pemilik bisa buru-buru memadamkan api pada ujung bom tersebut.

"Bang," sahutan yang diberikan Valery membuat Oki keluar dari pemikirannya, "Lu sebenernya tadi mau marah, kan? sama gue?"

Oki menatap adik perempuannya dalam. "Enggak," jawaban tersebut membuat Valery yang tertunduk mulai menolehkan kepalanya menuju wajah Oki, "Ngapain gue marah. Lu liat sendiri tadi, emang ada yang marah? Gak ada, kan?"

"Gue gak marah sama lu, Val. Gue gak marah yang lu dibawa pulang telat. Gue gak marah yang lu bohong, ternyata lu pergi kemana tau. Gue gak marah nemuin lu dengan keadaan basah kuyup kayak habis disiram air 10 ember. Gue malah beryukur, beryukur banget," Oki memanjangkan kata bersyukur pada kalimatnya. "Gue masih bisa nemuin lu. Gue masih bisa lihat lambaian tangan lu tadi dan senyuman kecil tadi. Gue masih bisa lihat tatapan lu yang natap wajah gue ini. Begitu juga yang dirasain sama Ibu, Ayah, dan Haikal, Valey."

"Tapi, gue udah bikin kalian sedih. Gue udah ngerepotin kalian-" Valery mulai sesenggukan lagi, menahan bongkahan air yang ingin keluar dari matanya. Ini bahkan rasanya lebih besar dibandingkan dengan yang tadi sehabis baru tiba dari rumah.

Oki yang melihatnya buru-buru berdiri dihadapan Valery, menengadahkan pelan kepala Valery keatas, menghapus air matanya perlahan, "Udah, ah. Jangan nangis lagi. Jangan bilang ngerepotin-ngerepotin lagi. Kamu adik perempuan aku, Val. Lu anak Ibu sama Ayah juga. Udah berapa kali dibilang, kita gak ngerasa kayak begitu."

Oki menghantarkan kepala Valery tenggelam di kaos hitamnya. Memeluknya seperti benda kesayangan. Oki paham sangat, jika Valery tengah down dia akan melakukan tindakan yang seperti tadi. Pergi ke suatu tempat. Membiarkan alam seakan-akan biar menyakitinya. Tentu saja, Oki takut, keluarganya takut, mereka semua takut.

"Valey takut, bang."

"Takut kenapa?" tanya Oki.

"Takut kalau Valey kumat lagi," ucap Valery dengan suara sumbang.

Oki menghela nafasnya, lalu berjongkok agar wajahnya berjarak sama dengan Valery, "Valey kuat. Valey bisa ngelewatin semuanya. Kata dokter, kan, itu gak bakal balik lagi. Oke?"

Tapi ada suatu kemungkinan penyakit itu bisa balik lagi.

Valery merespon dengan anggukan kepala yang dihiasi senyuman kecil di bibir. Oki kembali berdiri lalu mengajak Valery untuk tidur, "Udah yuk, ah. Masuk. Udah mau jam 11, lu harus istirahat, kan. Obat yang tadi udah dimakan?"

Obat pemberian Resta yang dimaksud Oki. "Iya, udah."

"Sampein terima kasih abang, ya, ke cowok tadi. Makasih udah nemenin Valery," ucap Oki.

Ah, iya. Memang benarnya Valery harusnya mengucapkan rasa terima kasih ke Resta. Apalagi sekarang Oki juga meminta dititipkan rasa terima kasihnya juga ke lelaki tersebut.

"Ayo, masuk," Oki sudah berada di daun pintu bersiap untuk masuk.

"Abang duluan aja, deh. Valey sebentar lagi," jawab Valery.

Oki menarik napasnya kecil, "Yaudah, gue tungguin di ruang tamu, ya."

Valery mengganguk meng-iyakan. Melihat Oki yang benar-benar masuk kedalam lalu mengeluarkan handphone-nya dari saku celana piyama. Valery mencari di riwayat chat orang yang dulu bertanya kepadanya seolah-olah dia adalah apoteker. Ia mengganti barisan nomor tersebut dengan nama pemiliknya.

Setelah mengetik kata itu, Valery kemudian mematikan handphone-nya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengetik kata itu, Valery kemudian mematikan handphone-nya, lalu berjalan masuk ke dalam rumah. Tak lupa, mengunci pintu terlebih dahulu. Ah, benar, tubuhnya terasa amat lelah. Berbaring di kasur yang empuk memang obat terbaik untuk kasus ini.

•❅•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•❅•

Aku suka banget ngeliat interaksi Oki, dan sikap Oki ke adik-adiknya, Valery dan Haikal.

Gak tahu kenapa kayak suka aja nulis interaksi mereka bertiga, dan kalau udah jadi kayak nikmat banget gitu, seakan-akan gua yang ngedapetin perlakuan itu. HAHAHA.

Gua emang pengen punya abang, sih (ಥ﹏ಥ)

Oh, ya, sudahkah kalian vote?

Sudah, ya, sampai jumpa minggu depan!

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang