Lelaki berseragam osis itu melangkah cepat memasuki apartemen miliknya. Dia memasukkan sandi dengan tergesa-gesa. Yang hanya dia pikirkan sekarang adalah Ara. Entah apa yang akan terjadi jika foto dirinya dengan sosok anak baru itu sampai di Ara. Pasti gadis itu akan marah.
"Araa.. Kamu dimana?" Al membuka pintu kamar hingga walk in closet miliknya. Namun yang dia dapatkan hanya kekosongan. Kamar mandi pun begitu. Kemudian, dia melangkahkan kakinya menuju dapur dan ruang TV dan hasilnya sama masih tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis yang tengah dicarinya. Dirinya semakin was-was. Jika gadis itu melarikan diri bisa bahaya. Ara sama sekali tak tau jalan pulang. Gadis itu pada dasarnya sudah dimanja sejak kecil akibatnya dia sama sekali tak pernah diizinkan meninggalkan rumah tanpa didampingi siapapun.
Sesegera mungkin Al menghubungi teman-temannya untuk meminta bantuan.
"Kalian berdua bantu gue cari Ara!" Titahnya pada Alvin."Ara mana bos?" Tanyanya.
"Ck. Nggak usah banyak tanya. Bantu gue cari Ara. Kabari secepatnya." Tanpa menunggu balasan Alvin, Al segera mematikan sambungan teleponnya. Dia kemudian menghubungi nomor Ara kembali. Namun sejak tadi HP gadis itu tidak aktif. Dengan segera dia bergegas mengganti seragam sekolah miliknya. Saat akan meninggalkan kamar, diujung ruangan dekat jendela dia menemukan HP Ara tergeletak mengenaskan seperti baru saja dilempar oleh pemiliknya. Dia semakin yakin, jika Ara pasti melihat foto dirinya dan karena sakit hati dia melarikan diri.
"Anak baru brengsek!" Ucap Al dalam hati. Dia kemudian mencari Ara disekitar apartemen. Dugaannya pasti Ara berjalan tak jauh dari sekitar sini.
***
Sementara itu..
Seorang gadis yang masih mengenakan piyama hello kitty miliknya menyusuri trotoar jalan dengan kepala menunduk. Dia sama sekali tak memakai alas kaki. Dia kecewa. Dia sakit. Mungkinkah apa yang ada dipikiran kecilnya benar? Jika Al mempunyai perempuan baru disekolah makanya dia dilarang untuk ikut sekolah tadi pagi? Pertanyaan itu terus bergerilya diotaknya. Hingga.. Ia tak sadar menginjak beling bekas pecahan kaca yang mengenai kaki mulusnya. Ralat. Bukan mulus lagi, kaki gadis itu sudah berwarna kehitaman dengan jejak luka disepanjang telapak kakinya ditambah pecahan beling yang menancap disana.
"Hiks. Hiks,, kenapa sih hidup Ara gini amat" Kesalnya ketika mendapati beling melukai kaki mulusnya. Ara berusaha menahan tangisan miliknya namun sulit. Dasarnya dia memang gadia cengeng. Luka sedikit saja akan menangis.
"Ara benci kak Varo. Hiks.." Ucapnya sesenggukan.
"Ara mau telpon Abang. Tapi kan HP Ara tadi rusak.. Hikss.. Mommy!!!" Teriaknya.
Orang-Orang disekitar hanya menatap gadis itu. Ara sendiri merasa malu tapi ini juga salahnya melarikan diri dari apartemen tanpa menelpon Arnold atau orang tuanya terlebih dahulu. Dengan tenaga yang masih tersisa. Gadis itu meneruskan langkah kecilnya menuju taman yang saat ini nampak ramai dengan pedagang kaki lima yang sedang menjajakan jualannya.
"Kruuk..Krukk.."
"Ara laper. Tapi Ara nggak bawa duit." Dia memilih duduk dibangku taman sekitar penjual yang tadi akan disinggahinya.
Gadis itu terus mengamati sekitarnya dengan mata yang tertuju pada penjual telur gulung. Andai saja Alvaro ada bersamanya mungkin dia akan memborong habis jajanan bapak itu. Perutnya keroncongan ditambah angin berhembus kencang malam ini membuat gadis itu memeluk tubuh mungilnya dengan tangan sendiri.
"Ara lapar.. Ara minta aja deh" Katanya. Sungguh miris nasib gadis itu saat ini. Mungkin orang lain akan mengira dia dibuang oleh keluarganya. Namun kenyataan yang ada sebaliknya. Malah Ara sendiri yang memutuskan menjauh dari Alvaro. Niatnya kabur ke mansion miliknya, namun dia sama sekali tidak tau arah pulang bahkan tempatnya saat inipun tidak tau berada dimana.
"Ehmm. Permisi pak" cicit Ara.
"Eh iya neng? Sabar yah bapak masih melayani pembeli lain. Neng ngantri yah." Kata bapak itu ramah.
Ara yang tau diripun menunggu pembeli telur gulung itu selesai dilayani baru kemudian dia mengatakan keinginannya.
"Ada apa neng cantik?"
"Ehmm pak. Ara boleh nggak minta telur gulungnya. Dua aja" Ucapnya sambil mengangkat dua jarinya.
"Neng ngga..."
"Ara janji pak Ara bakal bayar kalo udah pulang dirumah daddy" Belum selesai bapak itu menyelesaikan perkataannya. Ara segera memotongnya.
"Emangnya neng dari mana? Orang tua neng mana?" Tanya penjual itu.
"Ara kabuur. Hiks" Dia kembali meneteskan air mata saat mengingat alasan dia melarikan diri dari apartemen miliknya.
"Nengnya lapar? Sini atuh bapak masih punya sisa telur gulungnya."
"Bapak ikhlas bantuin Ara?" Tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya neng. Ini dimakan. Supaya perutnya keisi nggak lapar lagi"
Ara menerima telur gulung itu dengan senang. Dia mengucapkan terima kasih dan kembali duduk di bangku taman yang ada didekatnya. Akhirnya dia bisa makan walaupun tidak mengurangi rasa laparnya setidaknya perutnya tidak berbunyi lagi. Setelah menghabiskan makanannya. Gadis itu ingin pergi namun sama saja. Dia pasti akan berujung tersesat seperti saat ini.
Malam semakin larut dan angin berembus semakin kencang meninggalkan sensasi dingin di kulit manusia. Ara merasa kedinginan. Bibirnya semakin kering dan wajahnya terlihat pucat. Dia merebahkan badan dibangku taman yang sangat muat untuk tubuhnya. Suasana taman sudah mulai sepi. Orang-Orang sudah mulai berkurang. Dia semakin takut.
"Hiks, Araa gimana ini. Ara takut"
"Kkak Varoo.. To..long.in Aaara. Ihh Ara nggak mau kabur lagi. Hiks" Dia kembali mendudukkan tubuhnya. Mengecek keadaan sekitar dan tidak menjumpai seorangpun yang dikenalnya. Para pedagang juga akan meninggalkan taman itu.
Ara kemudian bangkit dan mulai menjalankan kakinya, Namun.. Dia terjatuh ditanah. Kakinya sudah membengkak akibat tusukan beling yang sempat menancap tadi. Darah segar masih terlihat mengalir. Dia kesulitan berjalan. Keadaannya sungguh mengenaskan. Saat Ara masih diam dengan tangan yang sibuk memijat kaki, ada sepasang sepatu yang terlihat dipandangannya. Perlahan Ara mendongakkan kepala dan seketika tangisan gadis itu pecah.
"Akhhh kak Varoo. Hiiks Araaa jatuh. Kaki Ara luka" Adunya pada pemuda tampan yang menatap tajam dirinya sambil merentangkan tangan miliknya minta digendong.
"KAK VAROO!" Teriaknya saat Al hanya menatap dirinya tanpa mau membantunya berdiri.
"Hiks.Varoo jahat, Varo nggak sayang Ara lagi. Ara benci.." Sesaat setelah kata itu terucap di bibir Ara. Al membalikkan diri dan berniat mau menjauh dari hadapan gadis itu. Kata terakhir yang keluar dari bibir Ara sangat mengusik hatinya.
"Ihhh kak Varoo.. Hiks.. I..yya Ara nggak jadi benci." Teriaknya.
Alvaro menampilkan senyum tipisnya mendengar ucapan Ara. Dia menghampiri gadis itu dan segera mengangkat Ara kegendongan koalanya. Sebelum itu dia berkata.
"Masih mau nakal lagi hmm?" Tanyanya sambil mengelap ingus dan air mata gadis itu dengan kaos miliknya.
"Nggak" Ucap Ara mantap sambil menggelengkan kepala.
"Good girl".
Alvaro meninggalkan taman itu dengan perasaan lega. Setelah 5 jam mencari dia akhirnya menemukan Ara. Awalnya dia tak yakin gadis yang berada digendongannya berada di taman ini. Namun, seorang pedagang memberitahunya bahwa ada gadis yang tersesat. Dan firasatya benar Aranya yang dimaksud bapak tadi. Lihat saja dia akan memberikan hukuman kecil untuk gadisnya ini agar kapok tidak mencemaskannya lagi.
TBC
TYPO bertebaran hehe
Hope you like it!
#Selamatmembaca
#VoteandComment
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIVE ALVARO (On Going)
Teen FictionHello Everyone! I'm Nia and this is my first story. Hope you like it😋 *************** Ketika dua insan dipertemukan dalam ikatan suci pernikahan. Sosok gadis imut nan manja yang menjadi berlian bagi keluarganya, Arabelle Allisya Walton. Anak kedua...