CHAPTER 22 - Hukuman kecil

19.9K 1.1K 320
                                    

Hello MPA's !!!

Happy Reading❤

Alvaro mendudukkan Ara disamping bangku pengemudi. Dia memakaikan seatbelt lalu mengelus kening gadis itu. Sejenak ia memperhatikan wajah Ara yang terlihat sangat pucat. Jauh dalam lubuk hatinya. Dia ingin marah kepada gadis ini yang seenaknya kabur namun ini juga kesalahannya. Mungkin sedikit hukuman bisa membuat Ara jera akan tindakannya saat ini.

Setelah sampai apartemen. Al menggendong Ara kembali. Saat berada di lift pemuda itu merasakan cemas karena badan Ara sangat dingin. Saat pintu lift terbuka dia langsung saja menyosor tanpa mendengarkan omelan orang yang ada.

Dia merebahkan tubuh Ara dikasur king size miliknya. Tanpa banyak berkata Al ikut merebahkan tubuhnya dan memeluk tubuh gadis mungil ini erat.

"Sayang.. bangun dulu"

"Araa.. "

"Raa buka mata coba" Perlahan Ara membuka kelopak matanya. Kepalanya terasa berdenyut serta pandangannya buram. Efek berjalan terlalu jauh dan tidak makan siang membuat kesehatannya drop.

"Kak.. Ara dingiin. Mau peluk"

"Ini sudah aku peluk sayang"

"Sini lagi. Ara masih dingin ih"

"Hmm" Al mengusap rambut gadis yang sangat disayanginya.

"Tadi kenapa kabur? Kenapa nggak ngabarin aku?" Tanya Al. Tak ada respond dari Ara. Dia melihat ternyata gadis itu tertidur. Akhirnya Alvaro juga ikut tidur, dia akan mengganti pakaian gadis ini saat Ara sudah terlelap pulas.

***

Pukul 02.00 dini hari Alvaro terbangun dari tidurnya. Pria itu menggantikan baju Ara agar gadis itu bisa kembali nyaman. Gadis itu terus bergerak gelisah mungkin efek bajunya yang belum diganti. Saat akan memakaikan piyama bergambar kartun rusia ketubuh Ara. Alvaro menajamkan pandangannya tepat di kaki mulus. Ck bukan mulus lagi. Kaki Ara terluka parah akibat tidak memakai alas kaki saat kabur tadi.

Al kemudian mengambail kotak P3K dan membersihkan luka itu dengan alkohol secara pelan dam lembut. Ia sangat takut jika gadis ini terbangun dan merasa sakit akibat luka dikakinya. Saat mulai membersihkan kaki Ara, Al perlahan mengamati dengan seksama. Ternyata gadis itu tak hanya mendapat luka gores melainkan ada luka yang menganga besar akibat pecahan kaca yang menusuk.

Alvaro berdecak "Maafin aku. Ini semua gara-gara foto sialan itu"

Seusai melilit kaki Ara dengan perban. Al menggantikan baju gadis itu. Saat seperti ini adalah waktu tersulit bagi pria itu. Dia pria normal. Namun, satu yang terlintas dibenaknya. Mereka masih berstatus anak sekolah. Alvaro mempercepat gerakannya kemudian mematikan AC kamar agar gadis itu tidak kedinginan lagi.

***
Pagi ini Ara terbangun dengan tubuh yang terasa pegal. Kedua kakinya terasa berat. Dia mencari keberadaan Alvaro. Dengan sekuat tenaga gadis itu berusaha bangun dari rebahannya. Saat akan menurunkan kedua kakinya ia terkaget.

"KAK VAROO!"Teriak Ara karena kaget melihat kondisi kakinya yang terlihat seperti mumi. Bagaimana tidak teriak? Kakinya terlilit perban tebal seperti memakai sepatu. Alvaro terlalu berlebihan.

Saat mendengar teriakan Ara, Al berlari dari dapur menuju kamar. Dia kaget mendengar teriakan melengking itu.

"Ada apa hmm? Jangan bangun dulu" ucapnya saat Ara akan berdiri menghampirinya.

"Kaki Ara kenapa diginiin?"

"Salah kamu sendiri. Kenapa nggak jaga diri sampe kakinya luka-luka gitu?"

"Ihh inikan juga salah kak varo. Kenapa Ara yang disalahin?" Tanya Ara pelan.

Mendengar ucapan lirih itu. Alvaro mendudukkan dirinya disamping Ara dan memeluk tubuh mungil ini. Dia harus menjelaskan kejadian kemarin.

"Dengerin aku. Kemarin ada murid baru. Aku baru kembali dari kantin bersama Alvin dan Alden mau ke rooftop tapi dibelokan koridor ada perempuan yang nabrak aku gitu aja. Kalo kamu jadi aku, apa aku biarin aja dia jatuh lalu suami mu ini di cap laki-laki tak tau diri? Nggak kan?"

Ara refleks menggelengkan kepalanya pelan. Hal itu disadari Al sebab kepala gadis itu tepat berada di dadanya otomatis dia merasakan pergerakan kecil itu.

"Jadi? Berita itu nggak bener?" Ara mendongak menatap dagu Alvaro.

"Hmm. Mereka hanya berusaha mencari sensasi. Kakak nggak akan biarkan mereka lolos gitu aja."

Mendengar perkataan itu, Ara sontak menegakkan tubuhnya. Jangan sampai kejadian saat dia di bully Angel terulang kembali.

"Kak Varo jangan gitu lagi. Ara nggak suka. Ara udah maafin mereka kok" Dia berusaha membujuk Alvaro. Bisa bahaya jika pemuda ini tidak segera dihentikan.

Melihat tatapan memohon itu sepertinya dia harus memikirkan kembali ucapannya.

"Makan dulu yuk. Aku udah buatin makanan" Al kemudian mengangkat Ara keatas gendongan koalanya. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Makan apa kak?"

"Makanan kesukaan kamu" Bisiknya tersenyum licik. Kapan lagi dirinya bisa mengerjai gadis cantik ini.

"Seblak?" ucapnya antusias dengan binaran dikedua mata itu.

Alvaro mendudukkan Ara dipangkuannya. Ini adalah salah satu hukuman gadis itu selain kaki Ara yang diperbannya seperti memakai sepatu. Ara paling tidak bisa diam. Ruang geraknya yang terbatas seperti ini pasti akan membuat gadis itu cepat bosan dan yah inilah hukuman kecil yang dimaksudnya.

"Ihh kok disini. Ara mau duduk disitu" Tunjuknya pada salah satu kursi disamping kiri Al.

"Nggak. Disini biar aku suapin" ucap Al datar.

"Nyebelin". Alvaro tak menghiraukan keterdiaman gadis itu. Dia sibuk mengambil lauk berupa sayur dan ayam kecap ditambah bubur di piring.

"Buka mulutnya" Ara membuka mulutnya pelan dengan tangan bersedekap di dada layaknya bos. Saat merasakan tekstur makanan yang sudah mendarat dimulutnya dia menatap meja makan yang dipenuhi dengan masakan yang bisa dibilang masakan rumah sakit.

"Telen. Jangan dilepeh" Ancam Alvaro saat melihat gadis itu berhenti mengunyah makanannya.

"Ara nggak suka makan sayur. Ara juga nggak mau makan bubur ih. Ara nggak sakit KAK!"

"Makan atau besok nggak usah sekolah?" Tawarnya dengan senyum menyebalkan khasnya yang hanya ditunjukkan untuk Ara seorang.

"Iya iya Ara makan. Besok mau sekolah pokoknya. Ara udah bolos dua hari ih" Kesalnya.

Alvaro kemudian kembali menyuapkan gadis itu bubur hingga kandas. Terakhir Al memaksa gadis nakal ini minum obat tapi yang didapatnya hanyalah penolakan. Baiklah sepertinya untuk bagian ini ia skip saja. Setidaknya perut gadis ini sudah terisi dan badannya sudah normal kembali.

Seharian ini mereka hanya menghabiskan waktu berdua di apartemen mewah miliknya. Seperti perkataannya sebelumnya dia tak melepas Ara sedikitpun kecuali gadis itu akan buang air. Mungkin ini adalah waktu luang untuk mereka bersama. Sebab  weekend ini akan ada camping bersama. Sebagai ketua OSIS pasti Al akan disibukkan dengan kegiatan tersebut. Maka dari itu kesempatan ini, ia manfaatkan sebaik mungkin dengan menempeli gadisnya seperti lem. Sungguh bucin.

"Masha jail banget yah kak Hahaha" Gelaknya dengan tawa yang tak bisa ditahannya.

"Kayak kamu" Celetuk Alvaro. Dia mengusap surai lembut gadis dihadapannya.

"Ihh kok Ara disamain sama Masha yang masih bayi itu sih. Ara udah besar" Akunya menantang ucapan Al.

"Badan aja yang besar kelakuan bocah" ucap Al tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Lihat aja Ara bakal berubah" Tantangnya. Bagaimanapun caranya dia akan membuktikan ucapannya.

TBC

Sejauh ini alur cerita ini bagaimana?

Sayang kalian :)

#Selamatmembaca
#VoteandComment

MY POSSESIVE ALVARO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang