CHAPTER 16 - Arnold Pulang

15.3K 946 10
                                    

Suasana di ruang tamu apartemen Alvaro sedikit tak mengenakkan. Pasalnya semua pasang mata menatap tajam kearah dua pasangan baru itu. Ara dengan tatapan takutnya asyik memilin tangan mungil miliknya berbanding terbalik dengan Alvaro yang masih setia menampakkan raut datarnya. Sungguh menyebalkan.

"Coba jelasin!" singkat Aurel.

Ucapan singkat bernada ketus itu membuat gadis mungil yang masih setia menunduk mengarahkan atensinya kepada sahabat barunya, Aurel.

"Hiks. Maafin Ara" Tatapan berkaca-kaca itu menatap takut kearah Aurel. Dia takut Aurel membencinya setelah mengetahui semua ini.

Alvaro yang mendengar tangisan tergugu Ara segera menarik kepala gadis itu menuju dada bidangnya. Melihat tatapan mata Aurel yang seakan mengintimidasi Ara. Al menggeram marah.

"Tundukin pandangan lo" Ucapnya tajam. Aurel sontak terkejut. Dia tidak bermaksud menyakiti Ara. Dia hanya tak habis pikir kenapa Ara tega membohongi dirinya.

"Hiks. Hiks. Kak jangan bentak Aurel." Ucap Ara dengan suara paraunya seraya menatap manik mata tajam milik suaminya.

Suasana semakin menegangkan seiring dengan isakan Ara yang belum berhenti sedari tadi. Alvin berusaha mencairkan suasana dengan tingkah konyol miliknya. Namun, hasilnya tetap sama.

"Sudah. Al coba lo jelasin sama kita semua. Kenapa kalian bisa nikah?" ucap Alden berusaha menyelesaikan dan menuntaskan rasa penasaran mereka.

"Kami dijodohkan. Awalnya nggak saling kenal." Ucap Al berbohong. Dia belum mau mengungkapkan masa lalu antara dirinya dengan Ara. Dia akan mengungkapkan semuanya hanya kepada Ara seorang.

"Terus lo terima gitu aja? Tanpa bantahan? Gitu?" Cerocos Alvin panjang lebar.

"Hmm. Gue juga suka". Alvaro mengingat kembali pertemuan singkat antara dirinya dengan perempuan yang saat ini berada dipelukannya. Kejadian hari itu sungguh menyempurnakan hidupnya. Pikirnya.

Alvin dan Alden yang menyaksikan smirk Alvaro hanya memutar kedua bola mata mereka malas. Dasar. Mereka berpikir apakah senyum seorang Alvaro itu sangat mahal sehingga saat bahagia saja yang ditampilkan olehnya hanya senyuman tanpa raut wajah seperti itu? Sungguh miris.

"Terus Aranya gimana? Kak Al nggak maksa dia kan?" Aurel mengungkapkan keluhannya dengan menunduk takut menatap mata tajam itu.

Ara yang mendengar sahabatnya mulai membuka pembicaraan. Dia sontak menatap mata itu dalam.

"Ara nggak dipaksa kok. Ara nurut aja. Tapi sekarang Ara suka. Hehe" Entah kemana perginya tangisan tergugu gadis itu sebelumnya. Saat ini yang nampak diwajah sembabnya hanya senyuman lebar  khas miliknya.

"Kita bahagia kalo kalian sama-sama menerima ini semua. Tapi apa kalian nggak mikir ini masih terlalu dini buat kalian berdua. Kita masih pelajar yang bisa saja labil. Apa kalian sanggup melawan ego masing-masing jika suatu saat terjadi masalah?" Tanya Alvin.

"Sanggup" ucap Ara menggebu.

Alvaro tersenyum tipis dan mengacak rambut gadis itu pelan.
" Semua akan baik-baik saja" singkat Al.

Ketiganya hanya mengangguk pelan. Semoga keluarga Al dan Ara langgeng. Doa mereka bertiga.
" Hah berhubung kalian berdua habis nikah terus nggak undang kita bertiga sebagai gantinya kalian harus traktir kita bertiga seminggu! Bagaimana guys" Alvin menampilkan wajah watadosnya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Lumayan menghemat uang jajan.

"Ara mau. Ara bakal traktir kakak-kakak sama Aurel deh. Ara bakal nebus itu semua" ucapnya yakin.

"Lo Al? Ara aja setuju masa lo nggak. Cuman seminggu doang ini mah" ucap Alvin balik memanasi.

"Hmm. Sebulan kalo perlu". Singkatnya. Sontak semua orang yang ada di apartemen mewah itu loncat kegirangan. Kapan lagi mereka menguras kekayaan seorang Alvaro Zanendra Alexander.

...

Setelah kepulangan ketiga sahabat mereka. Ara memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sementara Alvaro masih asyik dengan kertas-kertas osisnya.

"Kak Varo.. Ayo mandi." titah Ara seraya menarik kedua tangan Al untuk menuju kamar mandi.

"Hmm"

Setelah melihat Alvaro memasuki kamar mandi. Ara memutuskan untuk membuat makan siang. Ara memang manja bahkan seperti anak kecil jika disandingkan dengan anak-anak seusianya. Namun, dia ahli dalam masak-memasak. Kebiasaannya saat berada di kediaman orang tuanya adalah masak bersama Mommy tercintanya.

Setelah tiga puluh menitan memasak. Akhirnya omelet dan ayam kecap telah tersaji cantik diatas meja makan mini itu. Ara membuka apron dan mencuci tangannya tak lupa menyiapkan kopi dan susu vanilla kesukaan mereka berdua.

"Horee. Semoga kak Varo suka deh sama makanan Ara" Harapnya.

Melihat kedatangan Alvaro dengan setelan baju hitam polos dengan celana kain selutut membuat Ara deg degan tak karuan. Bagaimana jadinya jika makanannya tidak enak. Ara menyendokkan lauk serta nasi untuk Al setelah itu baru dirinya.

"Ehmm kak. Enak nggak? Ara cuman bisa masak yang begini aja. Ara nggak bisa kalo masak yang ribet gitu." ucapnya menjelaskan.

"Enak. Lain kali masakin aku sup ayam yah" Ara yang mendengar request-an itu sontak tersenyum lebar. Dia bahagia Alvaro menyukai masakan miliknya.

"Siap kakak!" Alvaro mengacak rambut sepunggung itu. Dia merasa bahagia telah memiliki Ara. Orang yang sangat berarti baginya.

Setelah menghabiskan makan siang itu. Ara dan Alvaro memutuskan untuk tidur siang. Sore harinya mereka ingin mengunjungi mansion Walton. Sepertinya Ara sudah merindukan tempat itu. Saat akan memejamkan mata, keduanya dikejutkan dengan bunyi bel apartemen yang menggema diseluruh ruangan.

"Kak Varo ada ngundang tamu? Perasaan tadi kakak-kakak sama Aurel udah pulang deh. Kok kembali lagi sih." Sebalnya. Matanya sudah mengantuk sejak tadi namun bunyi bel itu menggagalkan mata bening itu untuk segera tidur.

"Biar aku cek" Al bangkit dari atas kasur menuju pintu apartemen. Dia berjanji jika teman-temannya kembali dia akan menghadiahi satu pukulan telak. Namun saat sampai disana, Al mengurungkan niatnya untuk menonjok tersangka yang sudah menggagalkan waktu tidurnya. Bisa-bisa dia dipecat jadi adik ipar kalo begini. Dan yah yang datang adalah Arnold.

" Lo kapan pulang?" Ucap Al tanpa mempersilahkan Arnold masuk terlebih dahulu. Dia terlalu penasaran apa yang membuat kakak dari Ara ini memutuskan mendatangi apartemennya jika tanpa ada sebab jelas.

"Tadi. Gue mau ketemu Ara" Singkat Arnold.

Ara yang tak melihat kedatangan Alvaro sejak membukakan pintu untuk seseorang segera menyusul.
"Kak Varo.. Kok lama sih. Siapa yang datang? Teriaknya. Namun saat melihat orang yang berada dihadapan sang suami adalah kakak tercintanya. Ara segera berlari dan menerjang tubuh kekar itu.

"Huaaa kak Arnold. Ara kangeeen" Bahagia Ara. Dia tak menyangka Arnold akan pulang secepat ini. Dia sangat merindukan kakak satu-satunya ini" Alvaro yang melihat kebahagiaan terpancar di mata bening itu tersenyum tipis. Dia sangat menyukai binar bahagia itu dibanding tangisan dari gadis itu. Harapannya hanya satu semoga binar bahagia itu terus terpancar.

TBC

Bagaimana? Nungguin yak? Hehe

Maafkan diriku yang telat update :)


#VoteandComment
#Selamatmembaca

MY POSSESIVE ALVARO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang