CHAPTER 9 - Shopping

21.4K 1.2K 11
                                    

Hello!

Alvaro kembali lagi 😄

HAPPY READING

Sebelum bel pulang berbunyi, seorang pemuda sudah lebih dulu meninggalkan kelas yang masih ramai oleh celotehan guru yang menjelaskan. Siswa itu bisa keluar dengan mudah tanpa ditegur sedikitpun. Yah siapa yang mau mencari masalah dengan anak pemilik yayasan itu. Alvaro.

Dia menelusuri koridor yang sangat sepi sebab jam pulang belum menggema. Tujuan Alvaro saat ini adalah kelas Ara. Dia tak ingin kecolongan seperti tadi saat dikantin. Oleh karena itulah dia memilih pulang sebelum waktunya.

Saat telah berada didepan sang gadis, Alvaro menyandarkan punggung tegapnya ke sisi tembok. Tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sementara kedua matanya terpejam menikmati angin yang meniup pelan wajahnya. Damai.

Sekitar 15 menit dia menunggu, bel pulang akkhirnya berbunyi. Dengan sigap dia bangkit dari sandarannya menuju depan kelas dan langsung menyelonong masuk begitu saja. Mengambil tas Ara dan menggandeng tangan itu. Semua siswa yang ada dikelas itu menganga tak percaya. Ara tentu dibuat kaget karena tingkah pria ini.

"Kak! Ara belum beres-beres nih" Ucapnya seraya mengambil buku dan polpen yang dipakai sebelumnya.

"Nggak usah. Besok aja diambil" Alvaro lantas menarik tangan Ara yang masih memegang buku dan polpen miliknya.

"Astaga kak varo" Ara menggerutu akibat dia ditarik begitu cepat. Kakinya yang pendek itu tidak dapat menyamai langkah kaki Alvaro. Dia kesusahan. Alvaro yang melihatnya memperlambat langkah kakinya.

Setelah sampai di parkiran, Alvaro melepaskan tangan Ara dan menyuruhnya segera masuk kedalam mobil.

"Kakak kenapa? Kok jemput Ara buru-buru gitu biasanya kan nunggu di parkiran"

"Biar nggak kecolongan lagi" ucapnya singkat. Ara yang tak mengerti ingin bertanya namun Alvaro menggagalkannya.

"Nggak usah dipikirin, kita ke supermarket belanja dulu. Persediaan bahan makanan di apartemen sudah habis."

Ara mengangguk.

...

Mereka telah tiba di supermarket yang berdekatan dengan apartemen. Alvaro menarik salah satu troli dorong yang tersedia. Ara yang melihat itu tertawa senang. Dia ingin merasakan betapa asyiknya naik didorongan itu.

"Kak! Ara mau naik dong" pintanya sambil mengangkat kedua tangannya meminta untuk digendong.

Alvaro mengangkat satu alisnya. Namun dengan sigap ia mengangkat tubuh Ara dan meletakkannya didepan troli. Mereka menelusuri rak demi rak yang ada. Saat berada di depan rak khusus camilan. Ara berusaha mengambil makanan ringan kesukaannya dengan susah payah.

"Kak ambilin yang itu dong" Tunjuknya pada makanan ringan yang diincarnya.

"Ini?"

"Bukan yang itu kak. Yang disamping kiri ituloh."

"Aku ambilin berapa?" Alvaro bertanya seraya memperbaiki letak duduk Ara yang sudah dikelilingi oleh belanjaan mereka.

"Terserah kakak aja." Ucapan Ara membuat dirinya menyesali ucapan yang dilontarkan mulutnya sendiri. Bagaimana tidak Alvaro tidak mengambil satu atau dua melainkan langsung 7 kemasan sekaligus.

"Kak kebanyakan. Nggak usah boros" Keluhnya.

"Uang aku banyak. Kalo cuma beli ginian nggak bakal habis" Sanggahnya dengan nada sombong.

Ara hanya diam saja daripada terus membalas celotehan suaminya itu yang akan berubah panjang nantinya. Mereka terus menelusuri rak hingga semua list sudah terpenuhi. Alvaro akhirnya mendorong troli belanjaan menuju kasir. Semua orang turut memperhatikan kedua sejoli itu. Banyak bisikan yang masuk ke telinga mereka. Salah satunya adalah "kakaknya baik yah. Rela relain dorong adiknya dalam troli itu". Ucapan itu membuat Ara mengerucutkan bibirnya lucu. Enak saja dibilangin adik. Dia sudah besar malahan sudah bersuami. Batinnya.

Semua belanjaan sudah selesai dihitung dan selanjutnya Alvaro mengambil kantongan belanjaan itu dengan kedua tangannya dan berlalu pergi begitu saja tanpa menoleh kearah Ara yang menatapnya memelas. Itu memang rencananya. Dia ingin membuktikan apakah Ara secengeng itu. Menurut Clarissa Ara itu orangnya mudah nangis bila kemauannya tidak dituruti. Makanya mereka tidak pernah menolak kemauan gadis itu. Namun berbeda saat bersama Alvaro, Ara terlihat lebih dewasa dan belum pernah ia lihat menangis sama sekali.

Ara yang melihat kepergian Alvaro tanpa memperdulikan keadaan dirinya yang masih berada diatas troli belanjaan dengan kaki menggantung berusaha menahan tangisannya. Apakah Alvaro akan setega itu meninggalkan dirinya. Ara sudah tidak sanggup mendengar bisikan dan lirikan yang bersifat mengejek dari orang-orang disekitarnya pun akhirnya mengeluarkan isakan kecilnya.

Hiks

Masih dalam keadaan menangis sesenggukan, Ara berusaha turun sendiri dari troli itu. Namun usahanya selalu gagal sebab sekali dia bergerak troli itu akan berjalan karena kedua roda kecil pada kakinya. Akhirnya dia hanya pasrah dengan buliran bening yang masih berjatuhan pada pipi mulusnya. Ara terus menunduk menyembunyikan buliran itu, hingga tiba-tiba ada seseorang yang mengangkat badannya turun dengan meletakkan kedua tangannya di ketiak gadis itu. Ara yang melihat bahwa Alvaro yang barusan menurunkannya sontak memeluk tubuh itu erat. Dia menyembunyikan wajah sembabnya kedepan dada bidang Alvaro.

Alvaro membawa tubuh gadis itu ke dalam gendongan koalanya. Sementara Ara menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alvaro. Setelah Ara masuk dimobil, Alvaro berusaha menenangkan kembali Ara yang masih menangis dengan memeluk dan menepuk punggungnya pelan.

"Sudah sayang" ucap Alvaro menenangkan.

"Hiks..Hiks.. Kak Varo jahat" Ucapnya parau.

"Ternyata istri aku cengeng sekali" ucapnya dengan nada mengejek yang begitu jelas.

"Kakak ih"Ara memukul pelan bahu pemuda yang ada dihadapannya.

"Kakak hanya buktiin ucapan mommy, katanya kamu cengeng banget dan hari ini terbukti" Ucapnya merasa puas.

"Yah tapi nggak gitu juga kak. Ara jadi malu." Dengan tak tau malunya Ara mengusap ingusnya pada seragam sekolah milik Alvaro. Alvaro yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya pelan. Tak ada rasa jijik sedikitpun malah dia membantu membersihkannya menggunakan baju seragamnya sendiri.

Setelah bersih dan tangis Ara sudah mereda. Alvaro menjalankan mobilnya menuju apartemen. Total belanjaan mereka hari ini ada empat kantong hitam besar. Dan semua itu kebanyakan makanan ringan milik Ara sendiri. Perempuan mungil itu memang memiliki badan yang mungil akan tetapi kalo soal ngemil jangan diragukan lagi. Alvaro sampai dibuat heran karenanya.

Saat memasuki apartemen, Ara segera merebahkan tubuhnya diatas sofa ruang tamu tanpa melepas sepatu sekolahnya terlebih dahulu. Dia menyalakan tv dan memilih channel favoritnya yang mempertontonkan serial kartun Masha And The Bear. Sementara Alvaro meletakkan belanjaan mereka di meja makan dan menyusul Ara yang sudah asyik dengan dunianya sendiri. Waktu sudah menunjukkan pukul 16:15. Melihat Ara yang sepertinya mengantuk. Alvaro menarik kepala gadis itu untuk berbaring dibahunya.

"Tidur dulu. Nanti sebelum malam kakak bangunin." Ucap Alvaro pelan.

"Heem".

Melihat Ara yang sudah pulas Al berusaha mengangkat tubuh gadis itu menuju kamar agar saat bangun tubuh Ara tidak terasa pegal. Ara merasa terganggu sejenak namun setelah itu terlelap kembali. Alvaro turut merebahkan tubuhnya disamping gadis itu. Ia memutuskan untuk ikut tidur di sore hari yang mendung ini.


TBC




#Semogamenikmati
#VoteandComment

MY POSSESIVE ALVARO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang