Selepas kedatangan Arnold siang itu Ara makin menempeli sang kakak saking rindunya. Gadis itu sedikit bertanya dalam batinnya apa yang menyebabkan kakak sok sibuknya itu rela meninggalkan New York. Setelah wedding day-nya dengan Alvaro dua minggu yang lalu, Arnold memang ditugaskan oleh sang ayah untuk mengurus bisnis disana selama sebulan penuh. Dan yah Arnold harus izin dari sekolah. Namun hal itu tidak menjadi masalah sebab pemilik sekolah itu adalah ayah dari suami adiknya sendiri. Sangat mudah baginya.
Ara masih asyik duduk di depan TV apartemen miliknya. Kedua tangan gadis itu bertaut dengan lengan kiri sang kakak. Acara yang tayang didepan layar berukuran besar itu tak mengusik tatapannya sedikitpun. Dia hanya fokus pada satu Arah dan mengabaikan seorang pemuda yang menatal tajam kearah kakak-beradik itu.
"Sial" Batin Alvaro. Waktu santainya dengan Ara direbut hanya gara-gara kedatangan orang yang sangat dia benci kehadirannya. Bukan maksud mau durhaka kepada kakak ipar sendiri. Namun, ia tak rela melihat Ara yang lebih dekat dengan Arnold ketimbang dirinya sendiri.
"Ehhem" Deheman singkat itu tak dihiraukannya sama sekali.
"Kenapa lo? Keselek?" Canda Arnold berusaha menjahili manusia kulkas yang ada dihadapannya.
Al mengabaikan ucapan Arnold. Dia kembali mengarahkan atensinya kepada gadis mungil yang masih setia bergelayut manja dilengan sang kakak. "Ara.. Tidur!" Ucapnya memerintah.
"Nggak mau"
"Ara.."
"Ih apasih kak. Ara masih kangen" ucapnya membantah perintah Al.
Al yang geram dengan kelakuan Ara mulai bertindak. Dia tak rela Ara mengabaikan perintahnya. Dengan secepat kilat dia meletakkam lengan kanannya kebelakang punggung gadis itu sementara lengan kirinya ia letakkan dibawah lipatan paha Ara. Seketika tubuh mungil itu sudah berada dalam gendongannya. "Tidur! Kamu belum tidur siang". Leganya saat melihat Ara sudah mengangguk takut melawan lagi. Dia heran mengapa gadis ini sangat lengket seperti permen karet saja kepada Arnold.
Sebelum memasuki kamar utama miliknya. Bisikan Arnold sempat membuatnya berhenti "Lo cemburu sama gue?"
"Nggak" Bantahnya.
Arnold yang melihat kepergian dua sejoli itu memutuskan kembali ke Mansion Walton. Sang Mommy sepertinya sudah menunggu kedatangannya.
"Titip adek guee" Teriaknya.
Tak ada sahutan sedikitpun dari dalam kamar ber cat putih itu. Al masih marah kepada keduanya. Namun, demi kepentingan Ara dia memendam kecemburuannya agar gadis itu tidur siang dulu. Gadis mungil ini sangat rentan sakit jika jadwal istirahat dan makannya terabaikan.
...
Sore harinya seperti rencana sebelumnya. Mereka akan mengunjungi mansion Walton. Weekend ini mereka memutuskan kesana karena sudah lama Ara tak menginap di kediaman orang tuanya.
"Kak Varo kenapa dari tadi diemin Ara terus?" ucapnya. Raut wajah Alvaro sedari dia bangun terus datar tak seperti biasanya. Yah walaupun wajah itu memang selalu seperti itu, namun kali ini dia merasa aura dari suaminya itu makin tajam.
Ara sudah selesai dengan koper mini miliknya yang sudah berisi baju mereka berdua. Keterdiaman diantara mereka masih tercipta. Dengan inisiatif tinggi dia menghampiri Alvaro yang masih sibuk dengan gadget hitam yang berada digenggamannya sepertinya mengurus pekerjaan.
Ara dengan isengnya berbaring dihadapan Alvaro. Tak lupa dia menyanggah kepalanya dengan tangan kanan miliknya.
"Kak Varoo.."
"Kakak kenapa diemin Ara sih?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.
"KAK!" Teriaknya saat panggilan darinya tak dihiraukan sedari tadi. Dengan wajah cemberut dia makin mendekati Alvaro. Al yang saat ini bersandar dikepala ranjang dan kedua kakinya yang dilipat hanya melirik sekilas gadis itu. Ara mulai bangkit dari posisi sebelumnya menuju paha miliknya. Ara mendudukkan dirinya dipangkuan Alvaro dengan kedua kaki melingkari tubuh kekar itu dan kedua tangannya melingkari leher Alvaro.
"Hiks..Hiks..Hiks.." Isak tangis itu terdengar nyaring didalam kamar apartemen nan luas. Merasa pelukannya tak dibalas sedikitpun Ara merasa khawatir. Apa yang membuat laki-laki ini mendiami dirinya.
Al yang mendengar tangisan tergugu gadis yang berada dipangkuannya mulai merasa tak tega. Dia perlahan mengarahkan tangannya menuju punggung Ara dan mengelusnya pelan. Ara tersentak kaget saat merasakan pelukannya mulai dibalas.
"Kakak kenapa?" Tanyanya menatap mata tajam hitam itu.
"Nggak" Singkat Alvaro. Respon yang dikeluarkan Alvaro masih datar. Ara memutuskan mencium pipi itu pelan.
"Pasti ada apa-apa. Jujur sama Ara kak" Pintanya.
Menghela napas Al akhirnya mengungkapkan keluh kesahnya. "Tadi ngapain aja?"
"Hmm tadi habis bobo siang"
"Sebelum itu?"
"Kak Arnold datang di apartemen"
"Selain itu?" Tuntut Al.
"Ih kok pertanyaannya makin banyak sih kak?" Cemberutnya saat tak mampu lagi menjawab pertanyaan Alvaro.
"Coba inget dulu"
"Tadi kak Arnold datang lalu kita nonton bertiga di ruang TV kan? Itu aja" Ara berusaha mengingat apa yang dilakukan sebelumnya.
"Yakin hanya itu?" Tanya Alvaro kembali.
Ara mengangguk yakin. "Siapa tadi yang abaikan aku? Enak nggak diabaikan seperti tadi?"
Ara menggeleng lesu. Ia kembali menyandarkan kepala miliknya diatas bahu lebar itu. Sepertinya dia mengerti mengapa Al mendiaminya. Hanya satu kata. Cemburu.
"Jadi kak Varo cemburu nih?" Ara berusaha menahan tawanya. Wajah Alvaro saat ini memerah karena malu.
"Nggak" Tolaknya.
"Udah deh. Kak varo ketahuan tuh blushing" Ejeknya.
Alvaro yang sudah tertangkap basah memilih mengalah. Jika meladeni gadis ini tentu akan panjang urusannya.
"Jadi kerumah mommy daddy?"
"Heem"
Akhirnya keduanya bersiap untuk berangkat. Untung saja perlengkapan seperti baju dan alat mandi sudah dipersiapkan sebelumnya. Ara yang sudah siap menarik koper mini miliknya malah tersentak saat tangan Alvaro menarik koper itu pelan dari genggamannya.
"Biar kakak saja" Uhh so sweet :)
Saat ini mereka sudah berada didalam perjalanan menuju Mansion Walton. Tak lupa Ara singgah membeli cokelat kesukaannya. Alvaro yang melihat Ara yang asyik memakan permen berbentuk love itu mendengus pelan. Lihat saja sebentar lagi pasti Ara akan mengadu kepadanya karena giginya yang sakit. Al sudah melarangnya sebelumnya namun sifat keras kepala mengalahkan semuanya. Dia tak sanggup melihat gadis itu menangis untuk kedua kalinya dalam seharian ini.
Mobil mewah keluaran terbaru milik Al sudah terparkir manis didepan mansion itu. Al memerintah seorang pengawal yang berada disana untuk memarkirkan mobilnya. Melihat Ara yang begitu antusias keluar dari dalam mobil dan berlari itu dia segera menyusul sang istri. Ara sangat ceroboh bisa saja dia tersandung saat menaiki tangga dihadapannya.
"Mommy.. Daddy.." Teriak Ara menghebohkan seluruh mansion. Pelayan dan seluruh anggota keluarganya hanya tersenyum tipis melihat kelakuan Ara yang masih saja kekanakan walaupun sudah menikah.
"Pelan-Pelan sayang nanti jatuh lagi" Tegur sang mommy yang sudah mengetahui sifat sang anak.
Ara mengangguk. Dia memeluk semua orang yang ada disana. Namun saat akan memeluk sang kakak. Alvaro dengan datarnya berdehem untuk menyadarkan Ara yang akan membuatnya cemburu lagi. Ara yang mendengarnya berusaha menahan tawa. Dia hanya memeluk pelan sang kakak.
"Ada yang cemburu kak" Akunya saat Arnold melihatnya dengan tatapan bertanya. Ucapan Ara sontak menghebohkan seluruh mata yang menyaksikan wajah memerah seorang Alvaro Zanendra Alexander.
TBC
Hope you like it!
See you next chapter guys#Selamatmembaca
#VoteandComment
KAMU SEDANG MEMBACA
MY POSSESIVE ALVARO (On Going)
Teen FictionHello Everyone! I'm Nia and this is my first story. Hope you like it😋 *************** Ketika dua insan dipertemukan dalam ikatan suci pernikahan. Sosok gadis imut nan manja yang menjadi berlian bagi keluarganya, Arabelle Allisya Walton. Anak kedua...