FMS - 10

15.8K 1.4K 76
                                    

A/N : Seburuk-buruknya perbuatan Jooheon, tolong jangan terlalu memakinya dengan bahasa yang sangat-sangat kasar, jika begitu sayalah yang merasa bersalah karena menggunakan Jooheon sebagai karakter cerita saya.

***




Sarang terus menangis dengan memeluk Papanya. Namun tidak ada isak tangis yang terdengar seperti pada anak umumnya.

"Sarang sudah tidur?" Changkyun bertanya dan gelengan kecil ia dapatkan. Lukanya sudah ia obati, tentu dibantu oleh Sarang.

"Pa kenapa ada orang jahat?"

"Mereka tidak jahat sayang."

"Tapi tadi orang itu memukul Papa. Padahal Papa tidak bersalah apapun."

"Ya itu...em.. itu karena Papa..."

'Ya tuhan apa yang harus aku katakan kepada Sarang?'

Ia hanya berpikir kata apa yang pantas untuk ia ucapkan. Sarang masih terlalu kecil.

"Sarang mengantuk"

"Mau minum susu?"

"Tidak. Sarang sudah terlalu mengantuk." Lantas Sarang membenamkan wajahnya pada dada Changkyun.

Changkyun hanya mengecupi pucuk kepala Sarang.

Saat Sarang benar-benar pulas. Air matanya tak dapat ditahan lagi. Jooheon akan mengambil Sarang dari hidupnya. Lantas apa yang akan ia lakukan?

Ia ingin pergi. Namun, bagaimana dengan hutangnya terhadap Kihyun? Ia belum membayar hutangnya saat Sarang sakit saat itu.

Ia juga tak enak hati jika ia terus meminta pengertian terhadap keluarga Yoo.

"Jangan tinggalkan Papa hikss...". Kata Changkyun dengan pilu. Air matanya masih setia mengalir.

Sakit di badannya tak sebanding dengan sakit dihatinya.

Jooheon datang dengan seenak hati, dan ingin mengambil Sarang dari hidupnya.

Apa laki-laki itu tidak sadar, bahwa ia jua lah yang telah mengusir dan membuat hidupnya hancur.

Membuang dirinya dengan cairan sperma yang melebur didalam rahimnya.

Bagaimana orang-orang mencacinya saat ia kedapatan hamil tanpa seorang suami. Atau orang memandangnya jijik karena ia hamil.

Apa Jooheon tau, lelah dirinya saat harus bekerja keras untuk biaya persalinannya?

Apa Jooheon tau seberapa takutnya ia saat menghadapi pisau, gunting dan alat operasi lainnya yang siap membelah perutnya?

Tentu tidak.

Bahkan ia tak yakin Jooheon akan simpatik terhadapnya saat itu.

"Tuhan jangan biarkan orang itu mengambil anakku hikss...."

Ialah yang berjuang untuk kebahagiaan Sarang disini.

Jadi tidak akan ia biarkan Jooheon mengambil Sarang dari hidupnya.

.

"Pastikan apartemen tersebut rata dengan tanah."

Jooheon memutar kursi kerjanya, hingga ia di bisa menatap pemandangan Seoul dari jendela kaca yang merangkap sebagai dinding.

Memainkan bolpoin yang ia pegang dengan kedua tangannya.

Menyadarkan punggungnya dengan angkuh.

Kaki kanannya ia silang kan pada kaki kirinya.

"Sejauh mana kau bisa bertahan?"

.

Changkyun pulang dari kerjanya, tentu ia sudah menjemput Sarang.

For My Sarang ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang