FMS - 24

15K 1.3K 40
                                    

A/N : Seburuk-buruknya perbuatan Jooheon, tolong jangan terlalu memakinya dengan bahasa yang sangat-sangat kasar, jika begitu sayalah yang merasa bersalah karena menggunakan Jooheon sebagai karakter cerita saya.

***

Changkyun duduk di ruang tengah. Tentunya bersama dengan Sarang. Anaknya, sibuk bermain lego.

Changkyun mengelus perutnya dan termenung. Pikirnya melalang buana entah kemana.

"Perut Papa masih sakit?" Tanya Sarang menyadarkan Changkyun. Rautnya cemas. Sarang pikir itu masih berefek setelah insiden tak sengaja ia menendang perut Papanya.

"Tidak. Papa hanya sedang memikirkan sesuatu." Changkyun tersenyum kecil melihat raut bingung Sarang kini.

"Sesuatu?" Sarang mengulangi.

"Iya. Em....." Changkyun menggigit bibir bawahnya. Ia ingin mengatakan pada Sarang perihal kehamilannya.

Tapi ia takut.

Sarang tak suka akan adiknya nanti.

Entah ia memulai dari mana.

"Papa....em... Papa...ah ingin membuat puding. Sarang mau?"

Sarang sumringah. Dan mengangguk antusias, "Hehe mau! Sarang mau Pa! Boleh rasa taro?"

Changkyun tersenyum gemas. Dan mengacak surai Sarang.

"Boleh. Baiklah, Papa ke dapur terlebih dahulu."

"Sarang ikut."

"Tentu. Ayo."

Changkyun mengandeng tangan mungil Sarang. Mengajaknya pada dapur.

"Papa?"

"Ya?"

"Sarang boleh ikut latihan Taekwondo?"

Senyum Changkyun luntur tergantikan raut seriusnya.

"Untuk apa?" Tanya Changkyun serius.

"Sarang tertarik Pa. Sarang sering melihat Kakak-kakak sedang latihan di lapangan. Sarang mau mencoba."

Changkyun berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Sarang. Memegang bahu sempit Sarang dengan lembut.

"Tapi Sarang masih kecil. Papa takut latihannya akan berat. Nanti saja, bagiamana jika Sarang sudah masuk SD?"

"Tapi Sarang mau sekarang Pa." Tatapan Sarang serius.

Changkyun tersentak sebentar sebelum akhirnya kembali bersikap normal. Tatapan itu menyerupai tatapan Jooheon.

"Papa akan pikirkan nanti." Changkyun berdiri dan segera mencari panci untuk memanaskan air.

"Semoga jawaban Papa tidak mengecewakan." Lirih Sarang. Matanya dengan tajam menatap Papanya.

Ia hanya ingin lebih kuat untuk melindungi Papanya dari Jooheon.

"Selamat sore." Jooheon datang. Tersenyum tak seperti biasanya.

"Sore." Jawab Changkyun tanpa berbalik. Ia sibuk mengaduk panci yang sudah berisi campuran serbuk puding.

Sedangkan Sarang. Anak itu menatap Jooheon dengan tatapan musuhnya. Lalu kembali menjadi tatapan polos khas anak-anak kala Jooheon memandangnya.

"Bagaimana hari Sarang hari ini hm?" Jooheon tersenyum lantas mengendong Sarang.

Sarang merasa tak nyaman. Tapi disini ada Papanya, jadi tak bisa menolak gendongan ayahnya.

"Baik. Pam– Ayah."

For My Sarang ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang