Chapter 6

1.5K 167 2
                                    

            Dia terlihat sangat mengagumkan. Lebih dewasa, lebih tinggi, dan lebih tampan. Diam-diam aku bangga kepada diriku sendiri karena aku pernah memiliki Justin.

             “Hai, Cailsey...” ia berdiri, masih tersenyum dan mulai berjalan mendekatiku. Aku hanya diam mematung, sudah banyak waktu yang kulewati tetapi tetap saja pengaruh Justin masih tidak hilang. Aku bisa merasakan Connor terkikik di sampingku, mungkin aku memang tampak konyol saat ini. Melongo menatap Justin seolah aku benar-benar hanyut dalam pesonanya. Tapi, percayalah, aku hanya terkejut dan terlampau senang. Sudah dua tahun kami tidak bertemu dan sekarang dia disini! Dia sedang menatapku dan berdiri di hadapanku.

             “Kau tampak lebih pendiam, hmm?” Justin menggodaku sambil memainkan alisnya. Dan aku harus mengingatkan diriku sendiri agar tidak terpesona, aku sudah punya Louis. Dia adalah segalanya bagiku untuk saat ini.

             “Oh ya?” Suaraku lebih datar dari yang kuperkirakan. “Sekarang katakan, kemana saja kau selama ini? Sejak dua tahun yang lalu kau tidak pernah lagi meneleponku atau sekedar mengirimiku pesan!” Tentu saja aku marah! Dia sahabatku, Stella yang super sibuk saja masih sempat mengirimiku pesan tiga bulan yang lalu, sedangkan Justin? Dia seolah hilang di telan bumi. Aku tidak akan tahu keadaannya jika saja Skandar tidak bercerita.

             “Kau merindukanku?” katanya lagi sambil tersenyum jahil.

            Aku mendengus kesal. Itu pertanyaan bodoh. Aku merindukan Justin sama seperti aku merindukan masa laluku.

            Connor yang tadinya berdiri di sampingku kini sudah duduk di sofanya, membuka salah satu kotak pizza. Aku baru sadar bahwa meja itu diisi oleh berbagai macam makanan dan soda. Aromanya juga tercium hingga ke hidungku. Aku melirik Justin yang masih berhadapan denganku, ia masih bertahan dengan senyumnya.

            Aku tidak tahan. Selain karena aku sangat merindukan Justin, aku juga sudah kelaparan dan ingin acara pertemuan ini cepat selesai. Jadi, aku maju. Melingkarkan lenganku di pinggang Justin dan bersandar di depan dadanya yang hangat dan wangi. Kurasa Justin mengganti parfumnya.

             “Aku tebak kau pasti merindukanku.” Justin tertawa kecil sambil membalas pelukanku dengan erat.

             “Seperti kau tidak saja!” ucapku di balik tubuhnya. Aku benar-benar menikmati pelukan ini, rasanya dan kehangatannya sama persis dengan pelukan Justin bertahun-tahun yang lalu. Padahal tubuhnya sudah berubah total.

            Justin kembali terkikik kecil, mengusap punggungku sekali lalu menjauh dengan lembut.

             “Aku juga merindukanmu! Dan aku akan sangat senang jika kau mau menemaniku duduk dan makan sebelum Connor menghabiskan semuanya!”

            Oh, Connor! Aku baru ingat dengan idiot itu dan langsung menatapnya ketika ia baru saja mengambil potongan pizza yang kedua. Itu pizza keju kesukaanku!

             “Tentu aku mau!” aku berkata acuh dan langsung menubruk Connor yang duduk di sofa. Aku langsung merebut kotak pizza dan meletakkannya di pangkuanku. “Ini sekarang milikku!” kataku dengan tegas.

            Connor langsung merengut dan mencoba mengambil satu potong lagi ketika aku menutup kotaknya dengan cepat. “Oh, Cailsey! Aku masih makan dua potong!”

             “Kau bisa makan burgernya!”

             “Tapi aku ingin pizza!”

             “Tidak boleh!” aku memelototi Connor sehingga dia hanya cemberut dan kembali duduk dengan benar. Justin sendiri mengambil tempat di sofa lainnya dan tertawa melihat kami.

Perfect TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang