Chapter 33

1.8K 189 19
                                    

           Aku menunggu untuk rasa sakit yang sebelumnya menghampiriku ketika aku melihat Louis di toko perhiasan tempo hari, sengatan rasa sakit saat aku tahu bahwa dia ternyata telah dijodohkan dengan wanita lain dan akan segera menikah. Tapi, setelah menunggu cukup lama, tidak ada sedikitpun rasa sakit yang kurasakan. Detak jantungku yang awalnya berpacu kencang juga mulai berdetak normal, seolah Louis hanyalah sebuah kejutan biasa yang tidak berarti lebih.

            "Apa yang membawamu kesini?" Tanyanya kemudian, terlihat sedikit bingung dan ragu, aku tahu ini juga sangat mengejutkan baginya karena telah bertemu denganku, mengingat pertemuan terakhir kami sangatlah buruk.

           Menarik napas panjang, aku tersenyum pada Louis. Dan tampaknya ia terkejut dengan respon yang kuberikan. Aku hanya ingin membuatnya merasa nyaman denganku, meyakinkan dirinya dan diriku sendiri bahwa kini tak ada lagi yang perlu dipermasalahkan di antara kami. Kisah kami telah usai, dan hatiku telah kembali menjadi milik Justin. Kami tidak perlu merasa canggung seperti ini, dan aku tidak perlu bersikap dingin padanya karena Louis sudah pernah menjadi orang terdekatku dan melihat sisi lembut dalam diriku.

            "Ini pernikahan sahabatku. Aku datang untuk memenuhi undangannya." Ucapku menjawab pertanyaannya.

           Louis mengangguk pelan, dan masih terlihat kaku dan bingung harus berbuat apa. Kemudian, matanya meninggalkan mataku, beralih pada seseorang di belakang tubuhku. Tanpa harus menoleh ke belakang, aku telah tahu bahwa orang itu adalah Justin, terlebih ketika ia melingkarkan lengannya pinggangku dan menarikku mendekat.

            "Cailsey." Justin berucap dengan datar dan dingin sementara pandangannya tertuju lurus pada Louis. "Makan malam akan segera dimulai, Elise memintaku untuk membawamu kembali bersama kami."

           Aku menggigit bagian dalam pipiku, tahu jelas apa yang sedang terjadi disini. Dan ketika aku menatap Louis untuk mengucapkan selamat tinggal untuknya, dia mengangguk mengerti.

            "Pergilah. Justin benar, makan malam akan segera dimulai."

            "Kau masih mengingatku?" Justin bertanya dengan nada masam dan aku harus mendongak dan menatapnya dengan tatapan memperingati. "Justin.." kataku pelan namun ia tidak menghiraukanku.

            "Tentu." Tidak seperti yang ku bayangkan, Louis tersenyum ramah. Dimana semua sikap kasar dan tempramen yang ia mikili dulu? "Kita belum pernah berkenalan secara resmi." Kemudia Louis mengulurkan tangannya, yang mana itu membuatku semakin terkejut dan terheran-heran. "Louis Cleider."

           Untunglah Justin tidak menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menyambut uluran tangan Louis. "Justin Bieber." Balasnya masih dengan nada dingin yang terkontrol.

            "Bieber?" Entahlah, namun Louis tampak agak terkejut. Aku menaikkan sebelah alisku, menunggu respon dari Justin ketika ia hanya diam dan tampak berpikir.

            "Bieber." Katanya kaku, lalu beralih memandangku. "Kita pergi?" Tak ada yang bisa kulakukan selain mengangguk pelan. "Baiklah. Senang bertemu denganmu, Louis."

            "Ya, senang melihat kalian berada di tempat ini."

           Aku menatap Louis sejenak, tersenyum kecil padanya dan mengucapkan selamat tinggal sebelum Justin menarikku lembut dan menjauh dari mantan kekasihku itu.

            "Aku hanya membiarkanmu pergi beberapa menit dan mantan kekasihmu tiba-tiba hadir dari tempat yang hanya Tuhan yang tahu." Justin merangkul pinggangku, menuntunku ke tempat yang sama sekali tidak ku ketahui menuju kemana.

Perfect TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang