Chapter 13

1.6K 149 4
                                    

            “Jadi mereka pergi bersama?”

            Connor mengangguk semangat, sambil memasukkan segulung spagetti ke dalam mulutnya. “Cailsey yang bilang sendiri bahwa ia akan pergi bersama Justin. Harusnya aku ikut, tapi sayang pekerjaanku menumpuk dan mengharuskanku lembur di kantor.”

            Elise mengangguk mengerti, tersenyum kecil saat melihat cara makan Connor yang kekanakan. Ia memang sengaja mengajak Connor keluar untuk makan bersama. Meskipun akhirnya mereka bertemu saat jam hampir menunjukkan pukul sepuluh malam (karena pekerjaaan Elise dan Connor yang menumpuk), Elise tetap senang. Karena ia akan mengungkapkan keinginannya untuk pergi ke pesta Freed bersama Connor. Elise kemudian berpikir, mungkinkah saat ini Cailsey juga melakukan hal yang sama terhadap Justin?

             “Apa kau tidak mau kentangmu?”

            Elise tersentak saat Connor menyentuh tangannya. Bukan karena suara Connor yang mengagetkan, tapi karena sentuhan kulit mereka yang membuat sekujur tubuhnya menegang. Mungkinkah Connor merasakan hal yang sama?

             “Apa kau bilang?”

            Connor tersenyum begitu manis,”Kentangmu. Apa kau tidak mau memakannya? Aku masih punya tempat kosong di perutku untuk menampung semua itu.”

            Elise tergelak dan tertawa kecil. Ia memang lapar, tapi melihat Connor senang melebihi apapun di dunia ini. Elise menggeser sepiring kentang pesanannya ke arah Connor. “Makanlah.”

            Mata Connor langsung berbinar, seolah yang ada di hadapannya saat ini adalah emas, bukan kentang goreng. “Terimakasih.” Ucapnya senang dan penuh semangat.

            Elise kembali tertawa kecil. Ia lantas melihat ke sekitar, dan dalam sekejap permisi untuk pergi ke toilet. Ia perlu menyiapkan mentalnya untuk mengajak Connor ke pesta.

            Gadis itu menarik napas dalam-dalam, berdiri di depan cermin kamar mandi yang besar sambil mengamati dirinya sendiri. Penampilannya tidak buruk, ada semburat kemerahan di pipinya karena terus tersenyum sejak tadi. Dan itu membuat wajah Elise semakin mempesona. Ia kembali menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Tangannya mulai mendingin dan jantungnya berpacu semakin keras. Ya Tuhan, aku sangat gugup!

            Mengajak Connor pergi seperti memintanya untuk menjadi kekasihnya. Elise sangat takut jika Connor menolak, meskipun kemungkinannya sangat kecil. Tapi tetap saja, ia begitu menyukai Connor dan sulit untuk  bersikap normal terhadap lelaki itu. Elise selalu merasa kasmaran di setiap waktunya.

            Setelah menyisir rambur dengan jari, Elise memutuskan untuk keluar dari toilet. Detak jantungnya semakin keras seiring langkah yang ia ambil. Elise menyusuri lorong sempit dan ketika ia kembali memasuki ruangan cafe, kakinya tiba-tiba membeku. Ia melihat Connor disana, sedang berdiri sambil berbincang dengan seorang perempuan. Sepertinya mereka baru saja berkenalan.

            Elise menelan ludahnya, ini pertama kali ia melihat Connor dengan gadis lain. Meskipun gadis itu bukan siapa-siapa. Ia lantas mulai berjalan, bersuaha bersikap biasa saat Connor melihatnya mendekat.

             “Kau sudah selesai?”

            Elise hanya bisa mengangguk kaku. Entah mengapa ia merasa iri saat melihat wajah Connor yang lebih cerah dan lebih berbinar di banding beberapa menit yang lalu. Apa karena gadis itu? Elise lalu memperhatikan gadis yang berdiri di depan Connor. Dan harus Elise akui, gadis ini tampak begitu manis dan baik, terbukti dari senyuman ramah yang kini ia berikan untuk Elise.

Perfect TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang