Yang aku sukai dari hari Minggu adalah, Calis akan datang pagi-pagi sekali sehingga aku bisa membuat makanan dan sarapan bersamanya. Kami akan di rumah seharian, menonton film selama berjam-jam hingga akhirnya mataku perih dan kami tertidur sampai sore. Tapi terkadang, kami juga pergi keluar, sekedar berjalan-jalan atau menemani Calis membeli perlengkapannya sehari-hari.
“Jen akan pulang malam, apa yang kita lakukan seharian ini?”
Jen adalah putri keluarga Breinstein, sahabat Calis sekaligus pemilik rumah tempat Calis tinggal saat ini. Biasanya setiap minggu Jen akan pergi ke rumah keluarganya, sedangkan Calis ke apartemenku.
“Kita pikirkan nanti.” kataku sambil meletakkan roti panggang di atas piring. Aku sedang tidak punya rencana untuk keluar. Mungkin kami akan di rumah saja seharian ini. “Bagaimana sekolahmu?” aku meletakkan piring di atas meja makan, duduk lantas mulai menggigiti roti yang masih terasa hangat di mulutku. Calis sendiri sudah menyantap sarapannya sejak beberapa menit lalu.
“Biasa saja. Setelah ujian, aku dan teman-temanku berencana untuk berlibur.”
“Berlibur?”
Calis mengangguk semangat. “Jangan khawatir. Jen akan mengurus penginapan dan menyewa tour guide, yang lainnya hanya perlu menyiapkan tiket pesawat saja.”
Aku memutar mata jengah, keluarga putri kaya itu sepertinya benar-benar kelebihan uang. Setelah memberikan tempat tinggal gratis untuk Calis, sekarang ia mau memberikan liburan yang hampir gratis kepada teman-temannya. Bisakah aku lebih kaya dari gadis itu?
“Dimana?” tanyaku kemudian.
“Rencananya kami akan menentukan tempatnya setelah mendapat ijin.” Calis menghentikan acara makannya sejenak dan menatapku. “Kau mengijinkanku pergi, kan?” pintanya dengan sorot memohon.
Aku menghela napas panjang. Aku tahu Calis pantas berlibur. Selama ini gadis itu selalu bekerja keras dan menjadi bintang sekolah. Apa aku mengatakan bahwa Calis sangat cerdas?
“Aku mohon.” Kali ini Calis memelas. Kalau sudah begini, mana mungkin aku menolaknya. Tapi, aku tidak yakin Connor atau Carlos akan mengijinkan Calis pergi. Dua pria itu terlalu menyayangi dan mengkhawatirkan kami. Meskipun itu bagus, tetap saja akan terasa menyebalkan untuk Calis yang masih harus meminta ijin kemanapun ia ingin pergi. Sedangkan aku, aku sudah dewasa, Connor dan Carlos tidak lagi mengaturku.
“Aku mengijinkanmu.” Ucapku acuh. Kulihat senyum indah Calis mulai mengembang. “Tapi aku tidak janji Connor dan Carlos akan mengijinkanmu juga.”
Dan seketika ekspresi wajah Calis menjadi muram. Aku hampir tertawa melihatnya.
“Aku bisa menangani Carlos, tapi Connor, aku tidak yakin.”
Aku juga berpikir begitu. Carlos lebih mudah luluh. Kau tinggal menatapnnya dengan mata yang berkaca-kaca dan dia akan menuruti semua keinginanmu. Tapi Connor, kakakku yang satu itu masih sulit untuk dibujuk. Meskipun dia sudah tinggal jauh dari kami, tetap saja kami tidak bisa membantahnya. Maksudku, Calis tidak bisa membantahnya.
“Jika ia tidak mengijinkanmu, lawan saja.” kataku asal. Calis makin cemberut, merasa saran dariku tidak cukup membantu. Biarpun dulunya Calis adalah gadis kecil yang dingin dan tidak terlalu memperdulikan Connor, sekarang ia sudah berubah menjadi gadis baik yang tidak bisa berkutik di depan Connor . Calis tidak mungkin melawan ataupun membantah kata-kata orang yang telah membiayai hidupnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Temperature
أدب الهواةSequel of Coldest Temperature Book One : https://www.wattpad.com/myworks/31259503-coldest-temperature