"Beritahu aku!"
Tatapanku langsung tertuju pada Justin, terkejut oleh suara kecil bernada datar yang telah meluncur dari bibirnya.
"Apa?" Tanyaku bingung, menatap ke sekeliling area luar bandara dan langit gelap di atas kami. Aku bahkan tidak menyadari bahwa tujuh jam perjalanan yang panjang telah terlewati. Dan sekarang, aku dan Justin sedang duduk di salah satu kursi panjang untuk menunggu Connor yang sedang menemani Elise ke toilet.
"Kau lebih pendiam dan terlalu banyak melamun sejak pagi tadi. Beritahu aku apa yang telah kau pikirkan sepanjang hari ini!"
Aku mengutuk dalam hati, harusnya aku ingat bahwa Justin adalah seseorang yang sangat peka, terlebih terhadapku. Tentunya dia tahu bahwa ada hal yang sangat menggangguku saat ini.
"Aku tidak memikirkan apapun." Jawabku seacuh mungkin, namun itu hanya membuat Justin semakin memperhatikanku dan mengerutkan dahi. "Jangan berbohong, Cailsey."
Dan aku harus tetap melakukannya.
Sejak pembicaraanku dan Elise berakhir, aku tak pernah berhenti memikirkan apa yang telah ia ucapkan. Apa yang selanjutnya akan terjadi dengan hubungan ini jika Justin kembali ke Dycrest? Hal ini membuatku gelisah, khawatir dan gusar sepanjang hari. Aku berusaha bersikap normal dan tidak mengundang kecurigaan siapapun kecuali Elise, tapi ternyata aku salah. Justin mengetahui perbedaan dalam sikapku.
Menghela napas panjang, aku memejamkan mata sejenak, lalu mengerjap dan kembali menatap Justin. "Aku hanya merasa lelah." Kataku dengan suara pelan. Aku tidak bermaksud untuk berbohong, tentu saja aku harus membawa permasalahan ini ke permukaan secepat mungkin. Hanya saja, aku tidak siap. Aku tidak siap dengan jawaban Justin.
Justin masih memandangi wajahku beberapa detik selanjutnya, namun kemudian dia mendesah dan menyerah. Ia tahu aku sedang menyembunyikan sesuatu, dan aku senang karena Justin sama sekali tidak memaksaku. Ia memutuskan untuk menunggu.
"Bersabarlah, jika mereka tidak muncul dalam satu menit, kita akan pergi dan meninggalkan koper-koper mereka disini." Tepat setelah Justin menyelesaikan ucapannya, aku melihat Elise dan Connor muncul dari bagian dalam bandara.
Connor tersenyum pada kami, seolah merasa tak bersalah karena telah membuat kami lama menunggu. Sementara Elise, gadis itu tampak memerah. Yah, aku tahu bagaimana rasanya ditemani oleh seorang pria ke toilet. Nyaris terasa seperti seorang ayah yang menemani gadis kecilnya untuk buang air kecil.
"Apa kami membuat kalian menunggu terlalu lama?" Walaupun begitu, Elise berusaha bersikap biasa.
"Tentu saja." Ketus Justin tanpa berpikir panjang. Aku melotot dan menyikut lengannya saat dia hanya mengangkat bahu dengan acuh.
"Jangan berharap aku meminta maaf padamu, Bieber." Cibir Elise sinis, lalu memandangku. "Kita pulang sekarang?"
Aku hanya mengangguk singkat dan kami semua mulai berjalan ke wilayah parkir bandara. Mobil Justin dan Connor yang terparkir bersebelahan selama empat hari terakhir telah menunggu disana, dan mereka dengan cekatan menaikkan barang-barang kami ke bagasi.
"Maaf karena aku mengacaukan pikiranmu." Elise berbisik di sampingku saat kami menonton kedua pria itu bekerja.
"Kau tidak perlu meminta maaf." Jawabku datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Temperature
Fiksi PenggemarSequel of Coldest Temperature Book One : https://www.wattpad.com/myworks/31259503-coldest-temperature