"Bagaimana menurutmu?" Elise memegangi dua gaun berwarna merah di depan tubuhnya seraya menatapku dari pantulan cermin.
"Terserah." Cetusku masam, lantas berpaling ke sudut lain toko. Ini membosankan! Sudah hampir dua jam aku menemani Elise berbelanja dan sejak tadi, dia selalu meminta pendapatku dan menyuruhku memilih gaun mana yang harus ia beli. Sedangkan aku, aku sama sekali tidak berminat untuk membeli apapun. Jika biasanya aku selalu tergiur dengan gaun, sepatu ataupun tas-tas yang dipamerkan di etalase toko, maka tidak untuk saat ini. Otakku hanya di penuhi oleh Justin, terimakasih untuknya.
"Cailsey! Kau harus membantuku!" Elise kembali berucap, "Aku tidak mungkin membeli dua gaun berwarna merah sekaligus!"
Aku memutar mata dan mendengus kasar, wanita ini benar-benar membuatku gila! "Jika kau memang menyukai keduanya, mengapa tidak, Elise?"
"Aku masih harus membeli tas dan sepatu!"
"Lalu?"
"Seluruh gajiku bulan ini akan terkuras habis, Cailsey!" Kini giliran Elise yang memutar mata jengah. "Entah apa yang terjadi padamu hari ini, kau menyebalkan!"
Dan dia adalah orang ketiga yang mengatakan hal itu. Pertama, Justin dan yang kedua Sarah. Aku sendiri tidak tahu apa yang membuat moodku sangat buruk hari ini. Baiklah, aku tidak akan berbohong, aku tahu ini berkaitan dengan Justin, hanya saja kali ini berbeda. Aku benar-benar merasa terganggu akan semua rahasia yang ia simpan. Padahal, aku telah memutuskan untuk menunggu Justin hingga ia siap untuk menceritakan semuanya padaku, ini sudah hampir satu minggu sejak perjalanan kami ke Dycrest. Tapi tadi malam, aku tanpa sengaja melihat ponsel Justin, memeriksanya. Dan tebak apa? Ada nama Clara di daftar panggilan keluar di ponselnya.
Mungkin aku bereaksi berlebihan, namun aku benar-benar merasa mendidih saat mengetahuinya.
"Cailsey..." Elise memanggilku dan kali ini suaranya berubah lembut. "Kau tahu aku akan selalu mendengarmu bukan?" Tanyanya serius, Elise tentunya tahu ada yang salah dengan diriku. Aku sendiri belum menceritakan tentang perbincangan Justin yang tanpa sengaja aku dengar, aku hanya memberitahunya tentang Courtney saat ia bertanya apa saja yang terjadi di Dycrest.
"Aku tahu." Jawabku datar, enggan untuk menatap matanya.
"Cailsey-"
"Lupakan, oke?" Sergahku cepat. "Aku akan memberitahumu, tapi tidak sekarang!"
Elise masih menatapku untuk beberapa saat, matanya meneliti wajahku dan itu membuatku merasa tidak nyaman. "Baiklah." Dia menghembuskan napas panjang, tanda bahwa dia menyerah. Kemudian dia kembali mengangkat dua gaun merah itu ke depan tubuhnya. "Jadi, mana yang harus kubeli?"
Aku menggeram jengkel dan memejamkan mataku, sementara Elise tertawa lepas, tahu bahwa ia telah berhasil membuatku kesal setengah mati. Namun, tawanya seketika terhenti, bersamaan dengan suara berat namun ramah yang terdengar di dekat kami.
"Apa kau memerlukan bantuan, Nona?"
Aku mengangkat sebelah alisku dan memperhatikan pria itu. Dia tampan... dan seksi. Dia memakai celana linen hitam dan kemeja berwarna biru tua dengan logo toko di dada kanannya. Kulitnya kecoklatan, ada bayangan hitam di sepanjang dagu dan rahangnya, itu membuatku teringat dengan sosok pengusaha tampan yang sering ku lihat di beberapa film. Bukan berarti aku mengaguminya, aku hanya tidak bisa membohongi mataku, dan apa yang ku lihat saat ini bukanlah pemandangan yang buruk.
"Umm a-aku hanya merasa bingung." Elise menjawab sambil tergagap. Serius? Dia bersikap setolol itu di depan pria ini?
Pria tersenyum pada Elise, bukan jenis senyuman ramah ataupun sopan yang harusnya di berikan oleh seorang pegawai toko pada pelanggannya, namun senyuman manis yang menggambarkan ketertarikan. Dia tertarik pada Elise?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Temperature
FanfictionSequel of Coldest Temperature Book One : https://www.wattpad.com/myworks/31259503-coldest-temperature