Chapter 41

1.6K 184 8
                                    

Cailsey's View


Beberapa jam terakhir adalah saat yang sulit bagi Justin, dia tampak sangat khawatir, sedih dan lelah. Aku menarik napas dalam-dalam, menoleh untuk melihat wajahnya gelisahnya yang bersandar di bahuku. Justin tertidur. Sejak aku datang ke rumah sakit, ia hanya memelukku, tidak sedetikpun melepaskanku hingga akhirnya ia terlelap di pundakku.

Skandar masih berada di dalam sana, entah apa yang dokter lakukan padanya hingga memakan waktu selama ini. Kami belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Skandar, yang dapat kami lakukan hanyalah menunggu hingga salah satu dari mereka keluar dan menjelaskannya kepada kami. Walaupun dengan apa yang kami lihat sudah dapat disimpulkan bahwa yang menimpa Skandar bukanlah hal yang sepele, aku tetap berharap bahwa ini tidak seburuk yang ku bayangkan.

Connor tampak sibuk di ujung lorong, menelepon seluruh teman-teman kami sementara ibu dan adik Skandar telah dihubungi sejak berjam-jam yang lalu. Dia juga tampak gelisah dan cemas, kami semua merasakannya.

"Dia tertidur?" Elise tiba-tiba muncul dan duduk di sampingku, memberikan sebotol air mineral terbuka yang aku terima dengan satu tangan karena lenganku yang lain berada dalam genggaman Justin.

"Ya. Hampir sepuluh menit." Kemudian, aku mendekatkan bibir botol ke mulutku dan mulai meneguk isinya, membiarkan kerongkonganku yang kering di aliri oleh air. Setelah kurasa cukup, aku mengembalikannya pada Elise, dan membiarkan Elise menutup botol air tadi.

"Bisa jelaskan apa yang sesungguhnya terjadi?" Tanyaku pada Elise.

Elise menunduk sejenak, menghela napas lantas kembali menatap pintu yang tertutup. "Justin menemukan Skandar di kantornya, dalam keadaan tidak sadar dan sangat pucat. Para pekerjanya bilang bahwa Skandar tidak keluar dari ruangannya sejak siang. Kurasa, Skandar sudah pingsan berjam-jam sebelum Justin menemukannya."

"Itu buruk." Lirihku pelan, sama sekali tidak ingin membangunkan Justin.

"Kau benar." Elise membalas dengan nada lemah, ia terlihat sedih dan sedikit kebingungan. "Aku hanya berharap para dokter berhasil menyelamatkannya."

"Mereka memang harus melakukan itu." Tegasku dingin. Elise langsung menatapku, tersenyum sedih lantas menggenggam tanganku yang bebas. Aku menolak untuk membalas tatapannya.

"Tentu. Dia akan baik-baik saja, Cailsey." Kata Elise dengan suara serak.

"Apa mereka sama sekali tidak memberitahu apa yang menyebabkan Skandar pingsan seperti itu?"Dan Elise hanya menggeleng sedih. Aku berdecak kasar, berusaha untuk tidak bergerak banyak agar Justin tak terbangun di sampingku. Baiklah, ini artinya, kami hanya bisa menunggu sampai pintu ruangan sialan ini terbuka.


Satu jam berikutnya, beberapa orang suster keluar dari dalam sana, diikuti oleh seorang dokter pria yang tampak kelelahan. Kami langsung berdiri, begitu pun Justin yang sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu.

"Bagaimana keadaannya?" Connor langsung bertanya, memegang lengan atas pria itu dan mendesaknya untuk segera menjawab.

"Dia berhasil melewati masa kritisnya." Ujar dokter itu membuatku menghela napas lega. "Dia masih tertidur, kami akan memindahkannya ke ruang perawatan agar kalian bisa melihatnya. Tapi menurutku, lebih baik biarkan dia beristirahat hingga besok pagi."

"Apa yang menyebabkannya pingsan seperti itu?" Justin bertanya dengan dingin, membuat tatapan kami tertuju padanya, namun Justin hanya memandang pria ini dengan datar, dingin dan keras.

Perfect TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang