"Connor?" Aku mengerutkan dahi, menatapnya heran sekaligus bingung. Sungguh, aku sama sekali tidak mengetahui bahwa dia-lah yang akan menjemputku pagi ini. Pasalnya, mobil yang sedang ia gunakan adalah mobil milik Justin. Lantas, dimana pria dingin itu?
"Cepat naik, Cailsey! Aku masih harus menjemput Elise!" Dari nada bicara Connor, aku tahu ia sedang jengkel. Jadi aku segera masuk ke bangku penumpang dan memangku tasku.
"Dimana Justin?" Tanyaku menuntut, Connor sudah melajukan mobil Justin di jalanan namun tampangnya yang cemberut masih tidak memandangku.
"Tidak tahu." Ketusnya.
"Connor!"
"Aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak tahu, Cailsey!" Dan dia menahan diri untuk tidak menaikkan suaranya. Aku semakin bingung dan heran, apa yang sebenarnya telah terjadi?
Mengeluarkan ponselku dengan cepat, aku menelepon Justin, namun aku terhubung dengan pesan suara. Sialan! Apa-apaan ini? Mengapa dia mematikan ponselnya?
"Bisa beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi?" Aku menatap Connor dingin dan keras, dan bisa kurasakan bahwa ia masih kesal dan mencoba menahan emosinya. "Demi Tuhan! Jika kau terus diam, aku akan melakukan sesuatu yang pastinya akan membuatmu menyesal!" Aku tidak serius. Aku bahkan tidak memikirkan apapun saat ini selain keberadaan Justin serta situasi membingungkan yang sedang terjadi.
Connor mendengus masam dan memutar kemudinya dengan kasar saat kami harus berbelok ke kiri. "Aku tidak tahu pasti, Cailsey! Aku terbangun dan tiba-tiba saja Justin muncul di depan pintu kamarku. Dia menyuruhku untuk menjemputmu dan mengantarmu hari ini."
"Mengapa dia tidak memberitahuku sebelumnya?"
"Aku tidak tahu!" Ketus Connor lagi, yang mana itu membuatku ikut jengkel.
"Apa yang salah denganmu?" Cibirku. "Kau bersikap seolah aku adalah musuhmu."
Connor hanya diam, dan aku melanjutkan. "Turunkan aku saja. Aku bisa naik taksi." Itu lebih baik dari pada harus duduk disini bersama seseorang yang terus merengut dan bersikap kasar.
Connor menghela napas, sama sekali tidak tampak akan melambatkan laju mobilnya, ralat, mobil Justin. Namun, sebelum aku bisa membuka mulut untuk kembali mengomelinya, Connor sudah berujar. "Justin mengambil paksa kunciku dan membawa mobilku. Aku bahkan tidak tahu kemana dia akan membawanya."
Oh, pantas saja! Connor sangat menyayangi mobil pertama yang ia beli dengan hasil kerja kerasnya itu, wajar jika sekarang ia merasa jengkel. Dan ini membuatku semakin bertanya-tanya, mengapa Justin pergi tanpa memberitahuku? Dan hal sialan apa yang sedang ia lakukan sekarang?
"Apa dia bilang kemana dia akan pergi?" Tolol. Aku sudah menanyakan hal ini sebelumnya.
"Tidak." Connor menggeleng. "Jika aku tahu, aku sudah memburunya."
"Oh, tenanglah. Dia akan kembali." Karena ini pernah terjadi sebelumnya. Mungkin Justin sedang mengurus masalah pekerjaan, dan biasanya, Justin akan kembali di sore hari. Ya, dia akan segera kembali. Aku tidak perlu khawatir.
"Tentu saja, dia memang harus kembali atau aku akan merusak mobil mahalnya ini."
Aku tidak bisa menahannya tapi aku tertawa kecil. Aku ingat ini adalah mobil pemberian Jeremy, dan aku yakin Justin akan baik-baik saja bahkan jika Connor membuangnya ke laut.
"Kenapa kau tertawa?" Tanya Connor sinis seraya mendelik tajam ke arahku, persis seperti gadis kecil yang sedang marah kepada ayahnya.
"Tidak. Hanya saja, kau harus tahu bahwa Justin tidak akan keberatan jika kau merusak mobilnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Temperature
Fiksi PenggemarSequel of Coldest Temperature Book One : https://www.wattpad.com/myworks/31259503-coldest-temperature