I fall in love with words. I really do. I love writing, and mostly, I love reading. Gue ingat satu quotes yang gue baca di Instagram. Intinya gini, falling in love is easy, but staying in love is the 'hard' part. Dan ini yang sekarang terjadi dengan diri gue.
Gue udah gemar baca sejak SD. Entah kenapa, gue suka aja baca kisah- kisah hidup (karangan) orang lain. Seolah di dunia ini, gue gak cuma punya satu kehidupan, tapi banyak. Dan menurut gue, dengan membaca, gue bisa hidup berkali-kali, di kisah yang berbeda, sebanyak yang gue mau. Inilah cikal bakal yang akhirnya membuat gue cinta mati sama sastra. Mungkin bukan sastra yang sebenar- benarnya, tapi yaa... gitu deh.
Jenis novel yang dulu sering gue baca itu novel terjemahan. Gue suka aja sama bahasanya, kata-katanya yang baku tapi juga nyantai. Dan yang bikin gue jatuh cinta sama novel terjemahan itu adalah : A Walk To Remember-nya Nicholas Sparks. Gue gak inget berapa umur gue pada saat itu, yang pasti kisah romansa antara Jamie dan London (kalo gak salah) udah berhasil menyita seluruh perhatian gue. Gue sampe galau karna Jamie meninggal, dan terus ngebayangin gimana rasanya berada di posisi London. Karena ceritanya beda banget dengan novel chicklit yang biasa gue baca, maka gue pun memutuskan untuk menjadikan novel terjemahan sebagai kiblat bacaan gue. Tapi, sama seperti quotes di atas, staying in love is the 'hard' part. Kegemaran gue terhadap novel terjemahan ternyata gak bertahan selamanya.Sejak Justin Bieber muncul, hidup gue mulai berubah (apaan sih). Tapi serius, menjadi seorang belieber, bikin beberapa perubahan positif di hidup gue. Salah satunya, gue jadi rajin belajar bahasa inggris. Dan sama seperti belieber lain di kala itu, hampir setiap hari waktu gue habis buat online di facebook cuma untuk 'memantau' idola gue. Gue inget banget, dulu fanpage belieber selalu ramai bagiin foto-foto terbaru Justin yang unyu'nya kebangetan, ada lagi #bieberfact, #justinfo, sambung lirik, macem- macem deh. Dan yang gak ketinggalan, JD atau Just Dreaming. Gue dulu kagum banget sama Nindya Kartika. Gue juga baca JD nya Renoz, Shela, dan Erisca yang sekarang novel best sellernya udah nangkring di Gramedia.
Kalo diinget-inget, masa lalu itu emang seru banget.Di akhir tahun 2012, gue akhirnya memberanikan diri untuk mencoba menulis. Karna keseringan baca JD dan novel, entah kenapa khayalan gue makin gak terkontrol. Dan berhubung gue juga cinta banget sama sastra, gue waktu itu cuma mikir 'kenapa enggak?'
Dengan tekad yang bulat, gue buat akun fb baru, tentunya dengan nama samaran, Dianka Antika. Artinya? Lain kali gue bahas, itu juga kalo ada yang penasaran.
JD pertama gue adalah Sixteen Years Girl. Agak geli, tapi alasannya gue milih judul itu simpel, saat itu umur gue 16 tahun. Tulisan gue yang satu ini emang parah abis. Gue kalo baca ulang terkadang suka malu sendiri. Mungkin kalo disini ada pembaca lama, dia pasti tau gimana cerita gue dulu wkwkwk
Setelah JD ini kelar, gue lanjut ke There's Only Me. Yah, judul judul yang gue buat dulu emang agak menggelikan. Dan sama seperti SYG, TOM tamat dengan begitu mudahnya. Mungkin karna dulu gue belum sibuk- sibuk amat.
Coldest Temperature pun lahir. Bisa dibilang, ini adalah JD pertama yang gue buat dengan sepenuh hati. Gue ngerencanain alurnya dengan sangat matang, yang biasanya gue asal ketik setiap ada ide, di CT gue emang udah ngerancang semuanya dari awal. Gue cinta banget sama CT, dan ketika tamat, gue gak perlu berpikir ulang untuk ngelanjut sequelnya.
Perfect Temperature pun lahir, dan seiring dengan itu, Freezy Time jugak muncul. Disini, gue mulai mengenal Wattpad. Dan karena banyak author yang pindah haluan, gue akhirnya memutuskan untuk ikutan pindah ke wattpad.
Akhirnya, FT berhasil tamat dengan mulus. Tapi gak seperti JD- JD gue yang lain, Perfect Temperature terhenti di tengah jalan.
Sejak awal pembuatannya, mungkin ini udah hampir tahun ketiga, dan PT belum jugak kelar. Alasannya? Rumit dan panjang.
Mungkin yang selama ini orang- orang gak tau, inspirasi terbesar gue untuk menulis adalah cinta pertama gue, sebut saja dia 'Aldo'. Agak jijik, tapi beneran. Selain Justin, yang membuat gue gampang berkhayal dan nemuin ide-ide cerita adalah Aldo.
Jadi, gue emang ga bisa move on dari Aldo. Sejak tahun 2010, bahkan setelah gue tergila- gila dengan Justin, Aldo masih menguasai hampir sebagian besar hati dan pikiran gue. Jadi semua tokoh utama laki-laki di JD gue, itu berdasarkan karakter Aldo di dunia nyata. Bahkan beberapa kejadian hampir sama dengan apa yang gue dan Aldo lewati saat masih pacaran dulu.
Perfect Temperature mulai mengalami 'gangguan' saat gue masuk kuliah. Gue sibuk ospek, ikut kegiatan organisasi sana sini, dan akhirnya waktu menulis gue berkurang. Di saat ada waktu senggang, gue biasanya istirahat, ngerjain tugas, ataupun baca novel. Di tahap ini, gue udah ga pernah baca novel terjemahan, karena sejak ada wattpad, dan Justin, selera bacaan gue pun berubah. Gue jadi jatuh cinta sama novel bahasa Inggris.
Meskipun sibuk, sesekali gue sempatkan untuk ngetik beberapa part PT, bahkan sampe sekarang, masih ada satu part yang belum gue post. Dokumennya masih setia menetap di folder penyimpanan laptop gue.
Lalu, masuk tahun kedua kuliah. Gue jadi senior, otomatis ini giliran gue ngospek mahasiswa baru. Tugas gue juga semakin menumpuk karna pergantian kurikulum. Dan sibuknya rutinitas hidup malah bikin gue sama sekali gak punya waktu buat nulis lagi.
Akhirnya gue lupa. Karna selera bacaan gue juga udah berubah, jadi gampang banget bagi gue untuk ngelupain tata bahasa dalam menulis yang dulu sangat gue 'cintai'.
Dan lagi, ada alasan terbesar kenapa Perfect Temperature sulit untuk dilanjutkan. Gue. Jatuh. Cinta. Gue move on dari Aldo, dan otomatis, khayalan gue tentang dia udah hilang. Feel yang gue rasain saat nulis Perfect Temperatur dulu udah berubah. Gue stuck, gue lupa ide ceritanya. Bahkan gue lupa sama alur cerita yang dulu udah mateng banget.
Dan lagi, tanpa gue sadari, rasa kagum gue ke Justin juga memudar. Mungkin karena faktor kedewasaan, akhirnya gue menemukan prioritas hidup yang lebih penting. Pandangan hidup gue dan prinsip hidup gue jadi berubah. Gue sadar bahwa hidup lebih serius, lebih rumit dari sebelumnya.
Kembali lagi ke quotes di atas. Falling in love is easy, but staying in love is the hard part.
Gue emang dengan mudahnya jatuh cinta sama sastra, novel, Aldo, dan Justin. Tapi pada akhirnya, gue fall out love of writing, reading, Justin dan Aldo.Tiga jam yang lalu, disaat gue selesai baca cerita di wattpad yang judulnya Rivals, gue sadar bahwa gue 'rindu' rutinitas gue yang dulu nyantai banget. Yang gak serius seperti sekarang. Gue ngebongkar semua inbox, chat di akun gue dan memutuskan untuk setidaknya memberi 'kabar' kepada orang-orang yang masih setia nunggu PT.
Gue gak terlalu yakin sih, bakal ada yang baca ini sampe akhir, gue cuma mau mengungkapkan isi hati gue, cerita yang orang- orang di dunia nyata gue gak tau sama sekali.
Mungkin ini yang paling gue 'rindu', disini gue bisa jadi apa aja, tanpa takut di judge sama orang-orang. Gue bisa lebay, dramatis, bahkan maluin diri gue sendiri, dan gak ada yg bener- bener bisa ngejudge gue karena ini cuma dunia maya. Bukan dunia nyata yang sekarang udah keras banget.Akhir kata, I'll make it up to you guys. Not today, not tomorrow, but I promise, the day would come.
Love you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Temperature
Fiksi PenggemarSequel of Coldest Temperature Book One : https://www.wattpad.com/myworks/31259503-coldest-temperature