Chapter 32

1.9K 166 7
                                    

             Aku dan Justin mengunjungi tempat bernama Harrods, yang mana diisi oleh jejeran cafe, restoran ataupun toko-toko suvenir yang banyak dikunjungi para turis. Salah satunya kami.

             Tanganku memegang kedua kaus dengan gambar bendera inggris dan menara Big Ben, menunjukkannya pada Justin untuk meminta pendapatnya tentang 'mana yang harus ku beli?'.

              "Ambil keduanya." Katanya setelah menilai cukup lama.

              "Aku hanya perlu satu, bahkan mungkin aku tidak akan memakainya sampai berbulan-bulan kemudian."

              "Kau bisa memberikan salah satunya untuk Calis."

              "Aku telah membelikan terlalu banyak barang untuknya." Mataku menatap berbagai macam tas yang Justin bawa dengan sebelah tangannya.

              "Dia tidak akan keberatan jika kau membelikannya satu kaus lagi."

             Aku berpikir sejenak, sebelum akhirnya menyerah dan berjalan menuju kasir. Setelah keluar dari toko suvenir itu, Justin mengajakku untuk singgah ke sebuah kedai kopi dengan beberapa meja di luar ruangan. Kami duduk disana mengingat udara sore ini cukup hangat, dan aku memesan dua kopi dingin untuk kami.

              "Tutup matamu." Kata Justin di sampingku, aku menatapnya dan melengkungkan sebelah alisku.

              "Apa?"

              "Tutup matamu, Cailsey. Aku mempunyai sesuatu untukmu."

             Sesuatu?

              "Baiklah." Aku langsung menutup mataku dan merasakan senyuman Justin. Hanya butuh lima detik bagiku untuk menunggu dan mendengar dia berkata. "Sekarang, buka matamu."

             Mataku mengerjap, dan apa yang ada di depan wajahku membuatku menarik napas takjub. Sebuah kalung dengan rantai tipis berwarna perak dan bandul yang berbentuk abstrak antara bola dan kubus. Senyumku terukir dan pandanganku beralih pada Justin. "Ini sangat indah."

              "Kau suka?" tanyanya tak masuk akal. Tentu saja aku suka. Wanita mana yang tidak menyukai perhiasan secantik ini?

              "Aku harap ini tidak semahal yang kupikirkan." Kataku kemudian, menjadi lebih serius. Dari bentuk dan bagaimana kalung ini berkilauan saat diterpa cahaya matahari, aku tahu Justin tidak membelinya dengan harga murah. Dan memikirkan Justin mengeluarkan uang yang cukup banyak untukku membuatku terganggu.

              "Tidak. Hanya ribuan jika dihitung dalam dollar."

              "Justin!" Sergahku menanggapi perkataannya yang sangat santai. Ribuan dollar? Aku berjanji akan menjualnya dan mengembalikan uangnya.

             Justin tertawa kecil melihat ekspresiku dan menggelengkan kepalanya. "Aku bercanda. Percayalah, ini cukup murah untukku."

             Dan berapa kisaran harga murah untuk seorang ilmuwan sukses seperti Justin?

              "Kau ingin memakainya?" Justin kembali menatapku penuh harap, dan itu membuatku lemah. Kurasa aku memang harus melupakan masalah harga barang ini. Kalungnya terlalu cantik dan sulit untuk ditolak.

             Memberinya sebuah senyum tipis, aku segera mengangguk setuju, membuat Justin menghela napas lega. Aku segera berbalik, menyingkirkan rambutku ke satu sisi dan membiarkan Justin memasang kalung pemberiannya di leherku. Dan ketika bandul kalung itu terasa berat di depan dadaku, aku menunduk, menyentuhnya dan kagum akan bentuknya yang tidak biasa.

Perfect TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang