Justin memakai arlojinya sambil menuruni tangga dengan cepat. Sesampainya di meja makan ia mendekati Pattie, memeluk wanita itu singkat dan mencium pipinya.
“Seperti biasa. Terburu-buru.”
Justin hanya tertawa kecil mendengar ucapan ibunya. Ia lebih memilih untuk segera duduk dan menikmati makanan lezat yang telah terhidang di meja makan.
“Kau akan ke rumah Cailsey?” tanya Pattie yang duduk di sebelah Justin. Justin mengangguk, sambil numpahkan gula karamel pada pancakenya.
“Tidak bisakah kau membawannya ke sini? Mom merindukannya.”
“Dia sibuk, Mom. Lagipula perjalanannya sangat jauh. Mungkin nanti, jika ia punya waktu luang aku akan menjemputnya.”
“Selamat pagi!!!” Suara Jessica terdengar riang. Gadis itu muncul dari pintu dapur dengan senyuman lebarnya.
“Selamat pagi, Honey.” Pattie membalas lembut, sementara Justin yang ada di sampingnya hanya diam. Sama seperti yang Justin lakukan tadi, kini Jessica mendekati ibunya, mencium pipinya lantas mengacak rambut Justin sambil lalu. Lelaki itu hanya mendengus kesal, tidak berniat membalas karena tak ingin tenaganya terbuang sia-sia hanya untuk Jessica.
“Tumben sekali.” Cibir Jessica sambil duduk di depan Justin. “Kau pasti ingin menemui pacarmu kan?”
Justin hanya diam tak menjawab. Dan itu membuat Jessica cemberut. “Dimana Jazzy?” tanyanya beralih pada Pattie.
“Ia menginap di rumah Mrs.Connie. Mungkin siang nanti akan diantar pulang.”
“Jangan terlalu sering membiarkannya menginap di sana, Mom.” Justin tiba-tiba menyahut dengan suara datarnya. Piring lelaki itu hampir kosong.
“Apa masalahnya? Lagipula dia belajar disana. Dan di rumah Mrs.Connie juga banyak anak-anak seumurannya, itu baik untuk Jazzy.”
Justin hanya merengut saat Jessica berceloteh, padahal ia tidak bertanya pada perempuan itu.
“Dimana selai kacangku?”
“Di supermarket!” Justin mencibir masam. Gadis yang ada di depannya mendelik tajam, sudah bersiap-siap untuk pertengkaran mereka yang entah keberapa kalinya. Pattie yang menyadari itu langsung berdehem kecil sehingga perhatian Jessica teralih padanya.
“Ada di lemari. Mom baru membelinya kemarin.” Kata Pattie dengan suara lembut khas keibuan. Wajah Jessica tampak dongkol, tapi ia tetap bangkit dari kursi dan berjalan ke dapur sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan sengaja. Pattie hanya menggeleng, ia menoleh menatap Justin, dan memperingati lelaki itu ketika Pattie mendapati senyum tipis penuh kemenangan di wajah Justin.
“Apa?” Justin berpura-pura polos ketika sadar Pattie terus menatapnya.
“Aku tahu apa yang kau lakukan.” Tegas Pattie, tapi kemudian wanita itu menghembuskan napas. “Lupakan, apa kau akan pulang larut malam ini?”
Justin meneguk air di gelasnya, lalu menjawab, “Sepertinya begitu.”
Pattie menghela napas panjang, ia kasihan kepada Justin yang setiap minggunya harus berkendara jauh selama berjam-jam yang hanya ditebus dengan kebersamaannya dan Cailsey yang hanya sebentar.
“Aku akan baik-baik saja, Mom.” Ucap Justin menenangkan. Pattie tersenyum lembut dan mengangguk.
“Bagaimana hubunganmu dengannya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Temperature
Fiksi PenggemarSequel of Coldest Temperature Book One : https://www.wattpad.com/myworks/31259503-coldest-temperature