"Kau sudah menerima undangan pernikahan Stella?"
Aku memejamkan mata dan memijat batang hidungku dengan pelan, sejak aku menerima undangan itu tadi malam, aku tidak bisa berhenti memikirkannya.
"Ya, aku sudah menerimanya."
Kiara, yang tiba-tiba saja meneleponku di sela-sela jam kerjaku terdengar menarik napas panjang. Ia tentunya juga terkejut dengan berita ini. "Mengapa terlalu tiba-tiba? Aku tidak percaya dia merencanakan pernikahannya tanpa memberitahu kita."
"Aku tidak tahu." Balasku dingin. "Aku hanya memikirkan Skandar."
"Skandar?"
Aku mengangguk dan seketika merasa tolol karena Kiara takkan mungkin melihatku. "Apa kau tidak tahu tentang perasaan Skandar terhadap Stella?"
"Tentu aku tahu." Jawab Kiara cepat. "Lalu apa hubungannya dengan Stella, apa dia juga tahu bahwa Skandar menyukainya sejak dulu?"
Astaga! "Kau benar-benar tidak tahu?"
Kiara mendengus keras di ujung sana dan berkata. "Berhenti memancing emosiku, Cailsey! Kau masih sama seperti dulu! Katakan saja apa yang ingin kau katakan padaku!"
"Dan kau juga sama cerewetnya seperti dulu." Cibirku masam. Sepertinya, dua tahun tidak berkumpul bersama dan jarang berkomunikasi membuat kami tidak mengetahui keadaan satu sama lain. Aku pikir seluruh sahabatku sudah tahu bahwa Skandar telah mengungkapkan perasaannya kepada Stella.
"Cailsey!" Suara Kiara yang melengking terdengar menyakitkan di telingaku.
"Baiklah, akan kuberitahu." Aku menarik napas dalam-dalam. "Skandar sudah mengungkapkan perasaannya kepada Stella, entah sejak kapan. Dan beberapa bulan yang lalu, dia pergi ke Inggris untuk menemuinya. Aku mengira Skandar akan melamar Stella, tapi ternyata tidak."
"Oh Tuhan! Ini pasti menyakitkan untuknya. Apa kau sudah bertemu dengan Skandar?"
"Belum." Jawabku sambil mendesah berat. "Dia pasti sangat terpukul."
"Tapi." Kiara menyanggah ucapanku dengan cepat. "Apa menurutmu mungkin, jika sesungguhnya Skandar telah melamar Stella, hanya saja... kau tahu... keluarga Stella bukan keluarga biasa. Walaupun Skandar tidak miskin, tetap saja status sosial mereka tidak sama."
"Aku juga berpikir seperti itu!" Sahutku. "Stella gadis yang baik, walaupun dia tidak mencintai Skandar, aku yakin dia tidak akan menolak jika Skandar melamarnya. Sepertinya keluarga Stella-lah yang menjadi alasannya. Mereka tidak menerima Skandar."
"Apa Skandar juga mendapatkan undangan itu?"
"Aku tidak tahu. Mungkin sudah. Stella pastinya mengundang kita semua ke pernikahannya." Dan mungkin saja, ini akan menjadi ajang reuni kami yang kedua.
"Kau harus melihatnya, Cailsey." Ujar Kiara di ujung sana, ada kepedulian yang bergitu besar dalam suaranya. "Kau harus memastikan Skandar baik-baik saja."
Aku tersenyum tipis, menatap layar komputer di depanku dengan pandangan kosong. "Aku akan melakukannya. Dan kau juga harus melihatnya. Sejak dia pulang dari London, Skandar sangat berbeda-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Temperature
FanficSequel of Coldest Temperature Book One : https://www.wattpad.com/myworks/31259503-coldest-temperature