SHENNA. 27

21 4 0
                                    

"Akankah aku dapat menemukan cahayaku kembali? Akankah aku bisa menjadi seperti bunga matahari?"   
-Shenna Aprillia Wijaya-      




27.
Lucas terbangun tepat jam 05. 00 AM. Dia duduk sebentar lalu menuju kamar mandi, kemudian ia menjalankan solat shubuh. Selepas itu, ia memakai Sweater putih dan celana training hitam, tak lupa dengan sepatu sneaker hitamnya. Dia sudah siap untuk menjumpai Shenna dan segera meluruskan semua kesalahpahaman yang terjadi kemarin sore.

Kedua orang tuanya belum terbangun, itu tandanya dia mempunyai banyak kesempatan. Segeralah Lucas mengambil kunci mobilnya lalu meminta satpam untuk membuka gerbang rumahnya, kemudian ia masuk dan menancap gas menuju rumah Shenna. Didalam mobil Lucas teringat untuk membawakan sesuatu untuk Shenna, tak mungkin ia pergi ke rumah pujaan hatinya dengan tangan kosong.

Lucas membelokan mobilnya menuju salah satu toko kue dan memakirkan mobil lalu masuk kedalam toko tersebut. Kasir toko kue begitu ramah, membuat senyumnya tertatik keatas.

"Mba, saya pesan dua kue brownice."

"Baik, silahkan ditunggu ya mas."

"Terima kasih."

10 menit kemudian, kedua tangannya sudah memegang kantong berisi kue Brownice. Lucas begitu bersemangat, barulah dia siap untuk menemui sang pujaan hatinya. Sesekali kedua matanya melirik kearah samping,  memandangi beberapa pejalan kaki yang sedang berolahraga di pagi yang cerah ini.

Lucas sudah sampai dipekarangan rumah Shenna. Langkah kakinya begitu ringan bersamaan jemari yang begitu bebas memencet bel rumah dengan senyum yang ia pancarkan, detak jantungnya begitu cepat bersamaan dengan kedua tangan yang begitu dingin. Tak lama, pintu perlahan terbuka, namun senyumnya mengendur kecewa karena bukan Shenna yang membukakan pintunya, melainkan Wijaya dengan wajah tegasnya.

"Pagi Om, permisi. Saya Lucas teman sekolah Shenna," ucap Lucas sopan.

"Pagi. Ada keperluan apa? Kamu datang sepagi ini kerumah saya?" tanya Wijaya tanpa ekspresi sama sekali. Lucas menelan salivanya pelan, sungguh menghadapi ayah Shenna jauh lebih mengerikan daripada Kak Ros.

"Saya ingin bertemu dengan Shenna, om. Sebelumnya, tolong terima kue ini, om Wijaya."

"Bawa pulang dan tinggalkan rumah ini!"

"K-kenapa om? Niat saya baik dan saya hanya ingin bertemu dengan Shenna."

"Pergi!! Jika tidak, kamu akan saya teriaki Maling!"

Dengan berat hati Lucas meninggalkan rumah tersebut, pintu rumahnya ditutup dengan sangat keras. Lucas sangat kecewa, Wijaya sama sekali tidak memberitahu keberadaan Shenna, ia merasa ada yang aneh dengan sikap Wijaya. Lucas masuk kedalam mobilnya dengan hati yang sangat kecewa.

"Bagaimana ini? Rencana gua gagal, gua ingin segera meluruskan semuanya. Shenna harus tahu yang sebenarnya, ayo Lucas berpikir! Berpikir! Jangan pikirin kue bolu pandan doang. Ayo, otak. Bekerjalah!"

Sekita lampu neonnya menyala, dia mendapatkan ide. Segera ia mengambil handphonenya dan menelpon salah satu sahabat Shenna. Senyumnya terangkat, karena teleponnya terhubung.

"Siapa ini? Gak tau apa? gua lagi mimpiin idola korea gua."

"Gua Lucas. Orang yang kasih tiket konser boyband korea buat tahun depan, jangan lupakan VVIP - nya." 

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang