SHENNA. 31

23 5 4
                                    

"Tak ada yang lebih menyakitkan daripada harus berpisah dengan saudara kandungmu."
-Ami Nur Wijaya-






31.
Ami pun masuk ke dalam rumah Erika, dia sangat terpana dengan barang-barang mewah yang terpajang rapih disetiap sudutnya. Sang pemilik rumah turun dari kamar dan menyambut Ami dengan hangat, Shenna memberikan tatapan sinis kepada Erika, ia yakin pasti sahabatnya yang memberi tahu keberadaan dirinya kepada Ami.

"Kamu pergi ke dapur gih, bilang ke Mba Endang kamu mau apa? Nanti sama Mba Endang lansung dibikinin," ucap Erika agar ia dapat berbicara dengan Shenna.

Ami mengangguk. "Iya kak, makasih kak." setelah itu, dia menyeret Shenna menuju teras.

"Apa sih? Lo juga kenapa kasih tahu kebedaraan gua?"

"Ya emang kenapa? Ini rumah gua, suka-suka inces lah."

"Gua lempar ya lo ke rawa!"

"Akal itu dipake, katanya anak kesayangan guru. Kok lemot gini."

"Ya, tapi kan gak secepat ini Erika. Gua baru aja keluar dari rumah, terus ade gua udah tahu, kalo semisal dia dianterin sama siapa gitu. Gimana?"

"Tenang lah, kan ada gua. Gak enak soalnya, itu ade lo karena ya gua kan juga punya ade. Semuanya akan baik-baik aja."

Shenna hanya menghela nafas kasar, berdebat dengan Erika tidak akan menang. Semoga apa yang dikatakan sahabatnya itu benar, lebih baik ia menghampiri adiknya dan melepas rindu.

Langkah kakinya terhenti, saat ia ingin masuk ke dalam. Dirinya melongo melihat sang adik yang sedang menikmati banyak makanan yang ada dihidangkan untuk adiknya,  sudah seperti seorang ratu dirumah nenek. Sungguh, perbuatan adiknya membuat dia malu, sedangkan Ami hanya menyengir sambil melahap semua makanan.

"Kakak mau?" tanyanya polos dengan saus yang menempel di pipinya, Shenna mengusap wajahnya kasar dengan tatapan datar. Ami menatap kembali dengan wajah yang masih polos.

"Udah gak usah pikirin kakakmu, kamu habisin ya."

Ami kembali melanjutkan memakan masakan Mba Endang, sungguh masakannya sangat enak dan membuat dirinya khilaf.

"Eh, aku kesini kan mau tanya soal kotak di kamar kakak. Setelah ini, aku harus tanya!" monolognya dengan wajah serius.

  🍂 ________________________ 🍂

Sore hari memang waktu yang tepat untuk berjalan-jalan, apalagi sambil menikmati indahnya langit sore di sebuah Cafe dengan ditemani secangkir kopi yang begitu menggoda untuk dinikmati.

Adel tengah menunggu seseorang yang sudah membuat janji dengannya, 15 menit sudah ia menunggu. Namun seseorang itu tak kunjung menampakan batang hidungnya, lama kelamaan ia merasa bosan.

"Mana sih ah! Lama amat, padahal bilangnya bentar lagi nyampe!" sentaknya sendiri dengan tatapan yang terus ke layar Handpohe-nya.

Tring ... tring!

Bunyi bel membuat kepalanya bergerak untuk melihat, siapa yang datang? Pucuk di cinta ulat pun tiba, seperti peribahasa tersebut, seseorang yang ia tunggu kini sudah datang dan langsung menghampirinya dengan nafas tersengal.

"Lama amat sih! Gua tuh udah bete, sampe kopi gua juga habis karena nungguin lo!" dirinya kembali meledakan amarah yang sudah di puncak kepala, seseorang itu hanya terkekeh. Kemudian duduk dengan santainya dan memanggil pelayan cafe.

"Mba, saya mau es kopi dua dan nasi gorengnya dua ya."

"Baik, ditunggu."

Adel hanya bersedekap dengan amarah yang masih menggebu dirinya, seseorang itu kini menatapnya dengan tatapan serius.

"Gua ajak lo kesini juga ada tujuannya, maaf soal tadi gua harus pulang dulu kerumah," ucapnya menjelaskan apa yang membuatnya telat datang, Adel hanya mendengar tanpa ingin berkata atau menyeru kembali.

"It's oke, no problem. Jadi, why?" tanyanya tak suka basa basi.

"Lo adiknya Deana kan?"

Adel terkejut bukan main, tepat sasaran. Mengapa dia tahu, jika dirinya mempunyai ikatan darah dengan Deana? Tidak, dia harus tetap menutupinya.

"Apa sih? Udah buat orang nunggu lama dan sekarang lo ngarang cerita?!"

"Jujur aja, gak akan buat lo mati seketika. Gua  tahu, lo ngelakuin ini semua juga terpaksa, iya kan?"

"That's true. Apa yang mau lo lakuin ke gua?"

"Gua gak akan bawa lo ke dalam kejahatan, justru gua mau bebasin lo dari ini semua."

"Caranya? Gua gak mau ya, Kak Deana tahu soal ini!"

"Tenang, pegang ngomongan gua."

Adel pun menyetujui ajakan kerja sama kepada lelaki yang ada dihadapannya, ini kesempatan yang sangat bagus. Lagi pula dirinya pun sudah muak dengan perintah yang diberikan oleh kakaknya, dia tidak ingin terus menerus menjadi seorang babu. Mungkin, dengan cara ini juga dia bisa menebus segala kesalahan terhadap sahabatnya.

Lelaki itu kini sedang mengetik sesuatu di handphone miliknya, Adel sedikit penasaran karena merasa tak dianggap kehadirannya.

"Dasar cowok sukanya cuekin cewe aja." gumamnya dengan wajah dongkol.

Sepertinya aura negatif yang dilemparkan Adel kepada lelaki yang sedang bersamanya, sudah sampai ke dalam sel motorik lelaki itu.
Dia pun mendangakan wajahnya dan mematikan Handphone-nya.

"Lo kesel karena gua cuekin?" tanyanya tanpa rasa bersalah, Adel hanya memberi tatapan sinis.

Gila! Bagaimana mungkin sahabatnya tahan pada sikap tak acuh lelaki yang sedang bersama dengannya, mungkin dirinya akan melempar lelaki itu ke Palung Mariana. Mentang-mentang  sudah terikat kerja sama, sikapnya jadi seenak jidat pada dirinya.

"Gua cuek gini hanya sama orang yang gak terlalu dekat sama gua, apalagi ya. Lo tahu kan? Gua lagi dekat sama sahabat lo?"

"Iya ya! Gak usah bawa sahabat gua. Tapi, lo gak akan jadi bomerang kan?"

"Ini juga menyangkut kebahagiaan sahabat lo, gua tahu kok, sebenarnya lo juga masih punya hati."

"Makasih udah percaya sama gua."

"It's oke, yuk pulang. Gua anter sekalian mau tahu dimana lo tinggal."

Mereka berdua pun pulang tak lupa membayar makanan yang dia pesan, namun kalah cepat dengan lelaki yang mengajaknya kesini. Adel hanya diam dan berjalan duluan menuju mobil lelaki itu yang berada di tepat di depan Cafe.

Lelaki itu pun membuka pintu mobil dan mempersilahkan untuk Adel masuk, tak lupa dia memberi tahu alamat Apartment -nya kepada lelaki itu, setelahnya mobil biru tua tersebut menyusuri jalan dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil keduanya hanya diam tanpa ada yang ingin memulai hingga sampai di Apartment Adel.

"Oke, thanks for today. See you."

"See you."



















Halooo, bagaimana kabar kalian? Wah, maaf ya. Lama banget aku gak update. Oke, aku usahin untuk sering update.

Jangan lupa tinggalkan jejak

Salam Win 😊

SHENNA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang